. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 01 Januari 2017

Serunya Menikmati Hari Pertama 2017 dari Atas Canopy Bridge Hutan Bukit Bangkirai

Libur akhir tahun bersama keluarga di keramaian kota, makan bareng, pergi ke taman hiburan, ke pantai, dan atau nonton pesta kembang api pas malam pergantian tahun, itu sesuatu yang biasa. Tapi kalau bermalam di hutan Kalimantan dan esoknya menikmati kerimbunan belantaranya dari ketinggian, itu baru tak biasa dan sensasinya jelas beda.

Keseruan berbeda itulah yang dirasakan keluarga W.A Restuningtyas alias Tyas dengan menghabiskan liburan akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama dua anak dan suaminya di Kawasan Wisata Hutan Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur.

Foto-foto liburannya bersama Ryan (kelas 6 SD) dan Panji (kelas 3 SD), dua jagoan kecilnya dan suaminya di sepenggal kawasan hutan tropis tersebut, terpajang di akun Instagram-nya, Minggu (1/1/2017). Pada hari yang sama, dia pun mengirim foto-foto tersebut ke salah satu grup WA yang diikutinya, termasuk japri ke WA Travelplus Indonesia.

Sewaktu melihat foto-fotonya itu di Instagram-nya, terus terang Travelplus Indonesia agak terkejut. Biasanya perempuan lulusan Intitut Ilmu Sosial dan ilmu Politik (IISIP) Jakarta angkatan 1991 ini lebih sering memamerkan berbagai kuliner (makanan, camilan, dan minuman) di grup WA Sendal’91. Maklum, berwisata kuliner memang salah satu hobinya.

Foto-fotonya di Bukit Bangkirai yang pernah menjadi lokasi syutung Film Lima Elang garapan sutradara Rudi Soedjarwo itu menghadirkan tanya, dari mana perempuan berhijab ini tahu Bukit Bangkirai? Dan kenapa dia mau mengajak suami dan kedua jagoannya itu berlibur ke belantara dataran rendah khas Kalimantan tersebut?

Travelplus Indonesia jadi teringat beberapa tahun lalu pernah ke Bukit Bangkirai dan meniti Canopy Bridge-nya, seusai liputan Festival Tenggarong, di Kota Tenggarong, Kaltim.

Lewat pesan WA, Tyas pun mengungkapkannya. Dia tahu kawasan Bukit Bangkirai dari suaminya yang dinas di Balikpapan. “Papi (suaminya-red) kan dinas di Balikpapan. Aku ke Balikpapan setahun bisa 5 kali, jadi tahu Bukit Bangkirai,” akunya.

Kebetulan kedua anaknya laki-laki dan menyukai kegiatan di alam bebas (outdoor activities). “Ryan dan Panji seneng berpetualang, begitupun suami. Jadi 3 lawan 1, kalahlah aku, Maminya ngijit (ngikut-red) aja. Kalau kata Panji, ini urusan lelaki, Mami mah tinggal ikut aja,” terangnya.

Dulu awal-awal ke Balikpapan, Tyas mengaku lebih senang jalan-jalan, makan, dan belanja di mall. “Lama-lama bosen juga ke mall. Sekarang ngikutin kemauan anak ke Bukit Bangkirai dan bermalam di sana. Aku nikmati aja, eh seru ternyata,” akunya.

Di Bukit Bangkirai, Tyas dan suaminya mengajak kedua anaknya naik Canopy Bridge tepat pada hari pertama tahun 2017. “Dengkul aku sampai lemeeesss pas manjat menara, apalagi meniti jembatannya,” terang Tyas.

Dari atas Canopy Bridge, lanjut Tyas pemandangannya indah, serba ijo royo-royo, dan bikin segar. Dia pun mengabadikan momen liburan langka bersama kedua buah hatinya itu. “Kalau nggak narsis kurang lengkap, apalagi di atas ketinggian Bukit Bangkirai,” ujarnya.

Canopy Bridge adalah jembatan gantung bernama Jembatan Tajuk sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 Pohon Bangkirai setinggi 25-30 meter dari permukaan tanah.

Dari jembatan tersebut, pengunjung baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara dapat melihat formasi Tajuk Tegakan Dipterocarpaceae sebagai ciri dari Hutan Hujan Tropis yang berlapis kabut keputihan, terutama di pagi hari.

Kawasan Wisata Hutan Bukit Bangkirai terletak pada Km 38 Jalan Raya Soekarno Hatta Balikpapan, Kaltim. “Selain pengunjung lokal dan wisatawan nusantara, yang datang saat akhir tahun ini juga banyak turis bule. Malamnya banyak yang barbeque-an,” terang Tyas.

Kawasan wisata alam ini berada di areal PT. Inhutani I Unit Manajemen Hutan Tanaman Industri (UMHTI) dan diresmikan pada tanggal 14 Maret 1998 oleh Menteri Kehutanan Ir. Djamalluddin Suryohadikusumo masa itu.

Selain Canopy Bridge yang menjadi magnet utama Bukit Bangkirai, di dalam kawasannya terdapat rumah panjang yang dapat di pergunakan untuk ruangan sarasehan atau ruang serba guna yang berbentuk rumah adat dayak berkapasitas 50-70 orang.

Fasilitas lainnya beberapa cottages bergaya rumah panggung dengan fasilitas yang lengkap. Aktivitas yang bisa dilakukan pengunjung di kawasan konservasi ini, disamping menikmati pemandangan dari Canopy Bridge, juga bisa mengeliling hutan di jalur yang sudah tersedia, yakni adventure jungle dengan 7 trek yang panjangnya 150 meter sampai 6 Kilometer.

Kalau lelah, pengunjung bisa beristrirahat di pondokan(shelter) yang sengaja dibangun di beberapa titik sepanjang treknya. Pengunjung juga bisa berkemah di bumi perkemahan (camping ground), melakukan aktivitas outbound, naik perahu karet, memakai baju tradisional Dayak, dan lainnya.

Tempat ini dinamakan Kawasan Wisata Bukit Bangkirai, karena hutannya ditumbuhi sejumlah Pohon Bangkirai yang menjadi maskot utamanya.

Pihak pengelola Bukit Bangkirai pun menawarkan program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi "orangtua asuh" bagi pohon-pohon Bangkirai yang dikehendaki dengan tujuan menjaga kelestarian hutannya.

Flora lain yang bisa dilihat seperti bermacam jenis anggrek antara lain Anggrek Hitam, Anggrek Tebu, Anggrek Mata, Anggrek Bintang, dan Angrek Berpijar.

Pengunjung juga bisa melihat bermacam faunanya, antara lain 113 jenis burung seperti Punai, Kirik-Kirik Biru, Kacep, Murai Batu, dan Sepah. Kalau beruntung, juga bisa melihat beberapa primata seperti Owa-owa, Beruk, Lutung Merah, Monyet Ekor Panjang. Tak ketinggalan Babi Hutan dan Bajing Terbang.

“Kalau ingin naik Canopy Bridge-nya tiketnya Rp 25.000 per orang, naik perahu karet Rp 20 ribu, pakai baju Dayak Rp 20 ribu-Rp 30 ribu, jadi harga tiketnya tergantung permainannya. Nah, kalau mau bermalam di cottages-nya Rp 200 ribu per orang per malam, sudah termasuk breakfast,” ungkap Tyas.

Sebelum ke Bukit Bangkirai, Tyas mengajak anak-anaknya ke Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang dihuni satwa liar antara lain Orangutan, Beruang Madu, dan Bekantan, masih di kawasan Balikpapan. “Dari Sungai Wain, kita baru ke Bukit Bangkirai, waktu tempuhnya sekitar 1 jam. Tiket masuk ke Sungai Wain cuma Rp 10 ribu per orang,” ujarnya.

Puas menghabiskan akhir tahun 2016 dan menyambut hari perdana di 2017 di Sungai Wain dan Bukit Bangkirai, sebelum balik ke Jakarta, Tyas pun menyempatkan waktu melampiaskan kegemarannya belanja.


Kali ini lokasi yang ditujunya Plaza Kebun Sayur, sentra oleh-oleh khas Kaltim yang juga sudah lama menjadi salah objek wisata belanja tersohor di sana.

“Aneka cinderamata seperti batik motif ampik atau motif khas Dayak, aksesoris dari manik-manik, batu-batuan permata, dan bermacam kerajinan tradisional Dayak seperti Mandau juga ada di sini,” pungkas Tyas.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.tyas

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP