. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 14 Desember 2016

Pesta Adat Reba, Lebih dari Sekadar Pesta Sambut Tahun Baru Khas Warga Ngada

Reba merupakan upacara syukur dan penghormatan kepada leluhur masyarakat Ngada yang dilakukan masyarakat di Kabupten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pesta adat ini pun sekaligus untuk menyambut tahun baru.

Perayaan Reba menggabungkan ritual budaya dan agama. Bagi orang Ngada, reba “wajib” dilakukan setahun sekali di kampung halaman.

Pesta adat ini masih hidup di kampung-kampung yang ada di Bajawa dan daerah-daerah lain di Kabupaten Ngada.

Pesta Adat Reba tahun ini yang dikemas dalam sebuah festival diselenggarakan di Kampung Bena, salah satu kampong megalitikum di kaki Gunung Inerie, yang terletak sekitar 12 Km dari Bajawa, Flores.

Perayaan Reba umumnya memiliki tiga tahap utama, yakni Kobe Dheke, Kobe Dhai, dan Kobe Su’i. Setiap tahap memiliki tiga elemen tetap yaitu kena Ine Ema… (doa), dhi fedhi nee puju pia (kurban), dan ka maki reba/toka wena ebu (perjamuan/makan bersama).

Simbol utama perayaan Reba adalah makan Uwi atau Ubi bersama. Ubi diyakini sebagai roti kehidupan manusia. Ubi yang diserukan namanya dan dipuji-puji pada perayaan Reba lewat tarian.

Simbol O Uwi merupakan personifikasi seorang tokoh mitologis perempuan, seorang utusan dari Wujud Tertinggi bagi manusia dan secara khusus menyimbolkan seorang pribadi yang mengurbankan hidupnya agar sesamanya dapat hidup sejahtera.

Selain itu juga dimeriahkan dengan tarian Ja’i, yaitu tarian adat masyarakat Ngada yang kini populer di kalangan masyarakat NTT. Perayaan Reba juga dipenuhi dengan berbagai macam pata dela (petuah nan bijak Sang Leluhur) atau lese dhe peda pawe (penyampaian pesan kebijaksanaan hidup).

Melalui penyampaian petuah dan kebijaksanaan hidup itu, masyarakat Ngada yang terlibat dalam perayaan Reba melakukan otokritik, penyadaran diri, dan menarasikan nilai-nilai kehidupan yang patut dipertahankan dari konteks riil kehidupan yang terjadi sepanjang tahun yang telah lewat dan harapan akan tahun yang akan datang.

Dalam perayaan ini sejumlah penari baik laki maupun perempuan mengenakan sarung tenun berwarna gelap (hitam) bermotif kuda dan memegang tombak. Khusus pria mengenakan boku atau ikat kepala dan aksesorir kalung dari kerang serta gelang yang dulunya terbuat dari gading namun sekarang diganti dengan bahan lain.

Setelah tarian dan nyanyian dilanjutkan dengan makan bersama. Menu utamanya uwi. Kata Reba itu sendiri berasal dari nama salah satu pohon kayu yang ada di Flores yaitu pohon kayu Reba.

Pesta ini memiliki beberapa sebutan lain seperti Reba Uwi, Buku Reba atau Gua Reba. Reba sangat lekat kaitannya dengan Uwi. Namun, Reba juga bisa bermakna larangan memotong bambu (Reba Bheto) dan juga larangan mengambil kelapa (Reba Nio).

Perayaan ucap syukur Reba ini biasanya dirayakan pada akhir Desember sampai dengan Februari, bertepatan dengan musim hujan dan angin. Tanggal pelaksanaan Reba ditentukan berdasarkan kalender adat yang disebut paki sobhi (tahun sisir) atas petunjuk seorang Mori kepo vesu (pemegang adat istiadat) sebagai pihak yang berwenang.

Biasanya ritual yang sudah ada sebelum Katolik masuk di Ngada ini diselenggarakan mulai tanggal 27 Desember dan puncaknya pada pertengahan bulan Januari sekitar tanggal 14–16 Januari setiap tahun, lalu berlanjut sampai Februari.

Pesta yang diikuti masyarakat Ngada ini dipimpin oleh pemuka adat atau ketua suku atau yang biasa disebut Mosalaki.

Penyelenggaraan Pesta Adat Reba ini selain mampu menjaring wisatawan nusantara dan mancanegara, juga membuat masyarakat Ngada khususnya yang ada di perantauan melakukan mudik atau pulang kampung pada saat acara berlangsung di Ngada.

Ngada merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau Flores, NTT. Di kabupaten ini sudah tersedia fasilitas wisata berupa bergam jenis penginapan. Kisaran harga hotelnya kurang lebih antara Rp 350.000 hingga Rp 800.000. Alat transportasi umum juga sudah tersedia. Bandara terdekatnya Bandara Bajawa.

Usai menyaksikan Pesta Adat Reba lanjutkan ke sejumlah obyek wisata yang ada di Kabupaten Ngada, termasuk ke Kota Ende, Maumere, Danau Tiga Warna Kelimutu, Labuan Bajo, dan Taman Nasional Komodo.

Obyek wisata yang dapat dinikmati di Kabupaten Ngada antara lain Danau Kawah Wawomudha, Lekolodo, Air Panas Wae Bana, dan Kawasan 17 Pulau Riung.

Kawasan 17 Pulau Riung, salah satu pulaunya yakni Pulau Rutong berpasir putih, asyik untuk mandi, berjemur, dan bersantai.


Wawomudha merupakan danau hasil bentukan letusan gunung berapi. Di sini ada kumpulan beberapa kolam dengan warna beragam.

Lekolodo memiliki keunikan pemandangan alam yang masih terjaga keasriannya. Di sini terdapat air terjun dan kolam alami yang dapat digunakan untuk beristirahat.

Selanjutnya berendam di sumber air panas Wae Bana / Wae Robakaba yang terletak di Desa Dariwali Kecamatan Jerebuu, 15 km ke arah Selatan Kota Bajawa. Air sumber panas ini mengandung belerang yang berkasiat bagi penyembuhan penyakit kulit.

Selamat berwisata budaya jelang akhir tahun di Ngada.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & dok. tourism.nttprov

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP