. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 05 Oktober 2016

Dua Tradisi Malam Satu Suro Ini Sukses Gaet Wisman

Sejumlah masyarakat Jawa penganut kejawen punya cara sendiri dalam menyambut malam tahun baru Islam I Muharram atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa, terutama di Jogja dan Solo. Baru-baru ini kedua kota budaya ini sukses menggelar acara malam 1 Suro 2016. Masing-masing acara berhasil menggaet wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Di Yogyakarta ada acara yang merupakan tradisi masyarakat sejak lama, yang disebut Mubeng Beteng (mengitari benteng).

Tradisi ini untuk merayakan pergantian malam tahun baru Hijriah atau 1 Muharam atau 1 Suro dalam hitungan kalender Jawa.

Dinamakan Mubeng Beteng atau keliling beteng karena yang dikelilingi merupakan benteng luar wilayah keraton.

Start-nya dari Kagungan Dalem Bangsal Ponconiti dengan rute Keraton, Jalan Kauman, Pojok Beteng Lor Kulon (Parkir Ngabean) ke selatan, Pojok Beteng Kulon ke timur, Pojok Beteng Wetan ke utara melewati Gondomanan, Jalan Ibu Ruswo, masuk alun-alun utara dan kembali ke Keraton.

Keunikan tradisi ini bukan sekadar jalan biasa, melainkan sebuah ritual berjalan tanpa berbicara atau disebut juga Prosesi Lampah Budaya “Topo Bisu Mubeng Benteng”. Kenapa dilaksanakan malam hari, tentu ada alasannya, karena suasana lebih sepi pas untuk tirakatan berkeliling dalam diam.

Tradisi Mubeng Beteng tahun ini sudah berlangsung pada Minggu (2/10) malam. Prosesi dimulai dengan kendurian yang menyediakan sekitar 3.000 porsi makanan berupa nasi gurih dan ingkung untuk para peserta Mubeng Beteng.

Selanjutnya pembacaan doa di Bangsal Pancaniti, diteruskan dengan menyanyikan lagu Macapat Dhandanggula, Kinanthi, dan Sinom. Tepat pukul 00.00, Topo Bisu Mubeng Benteng pun dimulai, rombongan berjalan mengitari benteng dikawal bregada.

Tradisi 1 tahun sekali ini bukan bukanlah hajat dalem atau kegiatan yang diselenggarakan internal Keraton, melainkan acara yang diadakan oleh Komunitas Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat se-DIY.

Namun pesertanya tidak hanya diikuti para Abdi Dalem Keraton tapi juga masyarakat dari dalam dan luar DIY, termasuk wisatawan mancanegara (wisman).

Mereka diperbolehkan untuk ikut berkeliling beteng dengan jarak tempuh sekitar 6 kilometer. Ada yang mengenakan busana kejawen, seperti yang dikenakan para abdi dalem, tak sedikit yang berpakaian biasa tapi bebas rapi.

Tradisi Topo Bidu Mubeng Beteng mendapatkan pengakuan Nasional dengan diraihnya penghargaan pada 2015 sebagai satu di antara warisan budayal yang tumbuh dari masyarakat.

Sementara di Solo berlangsung Kirab Pusaka Malam 1 Suro pada Minggu (2/10) malam, mulai pukul 18.00 WIB.


Kirab ini mengelilingi Karaton Kasunanan Surakarta dengan membawa benda-benda pusaka hingga dini hari.

Tahun ini sebanyak sembilan pusaka milik Kasunanan Surakarta, peninggalan jaman Mataram Islam ikut dikirab pada malam yang dianggap sakral bagi sebagian masyarakat itu.

Kirab diawali dengan 7 ekor Kebo Kyai Slamet, kerbau bule atau kerbau albino milik Keraton Surakarta sebagai cucuk lampah atau yang mengawali rombongan peserta kirab berkeliling Kota Solo.

Sementara di Keraton Mangkunegaran dilakukan (pencucian) benda pusaka kemudian dikirabkan oleh para abdi dalem keliling Pura Mangkunegaran.

Peserta kirab malam satu suro ini diikuti sekitar 7 ribu orang dengan berjalan kaki sepanjang 7 Km tanpa bersuara, mengeliligi Kota Solo.

Saat kirab berlangsung, ada kegitan lain yang digelar pada malam itu seperti wilujengan khol Dalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono X, atau peringatan meninggalnya Paku Buwon X dan juga Salat Hajat di Masjid Paromosono Baluwarti.

Tradisi Kirab Pusaka Malam 1 Suro juga terbukti mampu menjaring wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke Solo.

Keistimewaan Muharram

Bagi umat Muslim, Muharram merupakan salah satu bulan istimewa. Salah satu keistimewaannya sebagaimana tertera dalam beberapa hadist shahih, setiap tanggal 10 Muharram atau dikenal dengan hari ‘Asyura.

Umat Muslim dianjurkan berpuasa ‘Asyura (puasa sunnah 10 Muharram) dengan ganjaran pahala diampuni dosa setahun yang telah lalu bagi yang melaksanakannya.

‘Asyura sendiri berasal dari Bahasa Arab yang artinya hari kesepuluh di bulan Muharram. Bahkan umat Muslim disarankan berpuasa Tasu’a (9 Muharram) sebagai pembeda dengan puasanya orang-orang dari kaum penganut agama/kepercayaan lain.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: dok.surakarta, santapjogja, eventsolo & infonews


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP