. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 07 Oktober 2016

Bisakah Gunung Terpopuler Jadi Gunung Terbersih? Bisa! Dengan Catatan...

Gunung apa yang terpopuler di Indonesia? Jawabnya Gunung Rinjani. Lalu gunung apa yang paling kotor tahun ini? Ya jawabnya sama, Gunung Rinjani. Alamaaak.., kok bisa? Ya jelas bisa. Soalnya per tahun, Rinjani didaki sekurangnya 36.500 pendaki dengan rata-rata sampah yang dihasilkan sebanyak 160,24 ton. Wow!

Data itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Komunitas Sapu Gunung di sejumlah gunung di Tanah Air, termasuk Gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hasil survei tersebut terbilang miris, sekaligus berbanding terbalik dengan predikat Lombok yang tahun lalu mendapatkan gelar sebagai Destinasi Halal dan Destinasi Bulan Madu Halal terbaik dunia versi World Travel Halal Award (WTHA).

Predikat gunung terkotor tahun ini justru mencoreng wajah Rinjani yang berparas cantik mulai dari kaki gunung hingga puncaknya.

Padahal gunung berketinggian 3.726 Meter di atas permulaan laut (Mdpl) ini pun sudah mendapat sederet penghargaan baik tingkat nasional maupun dunia, antara lain penghargaan "World Legacy Award" dari National Geographic (2004) sebagai daerah wisata yang berhasil mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata.

Rinjani juga pernah menjadi tiga finalis "Tourist for Tourism Award" untuk kategori "Destination Award" (2008) yang diselenggarakan oleh World Tourist and Tourism Council (WTC) yang bermarkas di London, Inggris.

Sebelumnya dua tahun berturut-turut (2010 dan 2011), Rinjani Trek meraih juara pertama penghargaan Citra Pesona Wisata (CIPTA) untuk kategori pengelola Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM). Jalur trekking Rinjani selama 3 hari ini pun merupakan salah satu jalur treking terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Apalagi Rinjani tengah gencar-gencarnya diusulkan untuk ditetapkan sebagai geopark (taman bumi) dunia di bawah jaringan Unesco.

Sayangnya dari temuan 453 ton sampah oleh Komunitas Sapu Gunung terhadap sampah di delapan taman nasional dan tiga gunung yang berasal dari 150.688 pendaki per gunung per tahunnya, sampah terbanyak justru ditemukan di Taman Nasional Gunung Rinjani.

Hasil itu membuktikan gunung yang disebut-sebut sebagai gunung tercantik di Indonesia ini, kini sudah berstempel gunung terkotor alias menjadi tempat sampah pendaki.

Penyebab apa? Bisa jadi jumlah pengunjung gunung yang memiliki 4 jalur pendakian resmi ke puncaknya yakni jalur Torean di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, jalur Senaru di Kecamatan Kayangan (Lombok Utara), jalur Timbanuh di Kecamatan Pringgasela (Lombok Timur), dan jalur Sembalun di Kecamatan Sembalun Lombok Timur ini terlampau banyak.

Bayangkan Rinjani didaki sekurangnya 36.500 pendaki setiap tahun dengan rata-rata sampah yang dihasilkan sebanyak 160,24 ton.

Selain Gunung Rinjani yang berpredikat taman nasional, survei juga dilakukan di sejumlah gunung popular berstatus serupa di Pulau Jawa seperti Gunung Semeru di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Gunung Gede di Taman Nasional Gede Pangrango, Gunung Ciremai, Gunung Salak di Taman Nasional Halimun Salak, dan Gunung Merbabu di Jawa Tengah serta Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Termasuk beberapa gunung tak berstatus taman nasional, antara lain Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat dan sejumhah gunung di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Hasilnya membuktikan bahwa semakin popular gunung itu atau jumlah pendakinya semakin tinggi, semakin kotor pula gunung itu.

Lalu bagaimana solusinya? Tak ada pilihan selain membatasi jumlah pendaki di setiap gunung, terutama jenis pendakian massal (penmas), terlebih di gunung-gunung populer dan gunung berstatus taman nasional agar kelestarian dan kebersihannya terjaga. (Baca tulisan: Sebelas Tips Menjadi Operator Pendakian Massal Idaman, di http://travelplusindonesia.blogspot.co.id/2013/03/sebelas-tips-menjadi-operator-pendakian.html).

Disamping itu memberi sanksi tegas terhadap pendaki yang tidak membawa kembali sampah bekas logistik (perbekalan makanan dan minumannya) selama pendakian.

Sanksinya bisa berupa denda uang, tidak diizinkan mendaki lagi, dan lainnya. Ini untuk memberi efek jera.

Caranya? Sebelum mendaki, setiap pendaki harus mendata jumlah logistik yang dibawanya di pintu masuk dan wajib membawa turun dan melaporkan kembali sampah logistiknya.

Jika sesuai data, ya lolos. Tapi jika tidak atau sampah yang dibawa turun tidak sama/berkurang dengan jumlah logistik yang dibawa sewaktu akan naik, ya dikenai sanksi.

Tak kalah penting memberi sosialisasi tentang pentingnya cinta alam dan menjaga kebersihan di gunung kepada komunitas/kelompok pendaki gunung atau para operator pendakian berbasis media sosial (medsos) atau indie travel dan lainnya, termasuk ke organisasi pecinta alam/pegiat alam bebas, dan sejenisnya. (Baca tulisan: Tips Memilih Paket Pendakian Massal Ramah Lingkungan, di: http://travelplusindonesia.blogspot.co.id/2014/08/10-tips-memilih-paket-pendakian-ramah.html).

Menimbunnya sampah di Gunung Rinjani yang anaknya baru-baru ini meletus, dan sejumlah gunung populer lainnya, membuktikan kesadaran pendaki terhadap pentingnya menjaga kebersihan dan keasrian gunung amatlah rendah. Buktinya dari survei Komunitas Sapu Gunung terungkap setiap pendaki menyumbang sekitar tiga kilogram sampah setiap kali berkunjung/mendaki gunung itu.

Tak bisa dipungkiri menjamurnya trip penmas yang jual sejumlah operator pendakian berbasis medsos/indie travel, dan lainnya, membuat pendakian ke gunung menjadi lebih mudah, simpel, dan praktis serta berhasil merubah imej pendakian yang semula kental dengan aroma petualangan menjadi berkesan seperti wisata bahkan piknik.

Namun sayangnya, banyak trip penmas itu yang tidak menyertakan setiap pesertanya untuk membawa turun kembali sampah logistiknya. Operator/pembuat trip penmas banyak yang tak respek soal itu, yang penting trip penmasnya laris. Itu saja.

Alhasil pendakian keroyokan yang lebih bersifat santai (fun hiking) ini bagai dua sisi mata uang.

Di satu sisi menambah jumlah kunjungan ke sebuah gunung, di sisi lain justru menambah sampah di gunung itu karena tak punya kepedulian menjaga kebersihan dan keasrian gunung itu.

Bekal Peduli
Penulis optimis, semakin populer gunung itu atau ratusan ribu atau bahkan jutaan orang yang mendakinya tiap tahun, tetap bisa menjadi gunung terbersih jika ada sanksi tegas berpayung hukum yang terapkan petugas atau pengelolanya, serta dibarengi kesadaran cinta lingkungan yang tinggi dari setiap operator trip penmas dan dari masing-masing individu pendakinya.

Mulai detik ini, berhentilah membuat Rinjani yang cantik, Semeru yang anggun, Merbabu yang ayu, Gede yang elok, Papandayan yang menawan, dan gunung populer lainnya menjadi tempat sampah, termasuk tidak melakukan aksi corat-coret (vandalism) di bebatuan, batang pohon, basecamp, gardu, bangunan pos, dan lainnya.


Sekalipun Anda termasuk kelompok pendaki masa kini, era sosmed, dan android yang kerap dijuluki pendaki piknik, pendaki hura-hura, pendaki alay, pendaki narsis, pedaki iseng-iseng, dan pendaki “jadi-jadian” yang cuma pura-pura jadi pendaki sejati, bukan berarti Anda tidak bisa berbuat sesuatu untuk turut serta menjaga kelestarian dan kebersihan gunung.

Dan penulis yakin, Anda pun tidak sama sekali buta akan makna cinta alam, dan ramah lingkungan saat pendakian di gunung manapun.

Sekali lagi, atas nama kelestarian alam dan kebersihan gunung, bawalah serta bekal peduli setiap kali Anda mendaki. (Jadi jangan cuma bawa peralatan serba lengkap dengan merek terkenal dan logistik yang mewah, tapi tak bawa bekal peduli).

Supaya apa? Ya supaya gunung-gunung yang menjadi wahana bermain, belajar, dan berpetualang para pendaki ini tetap indah, bersih, dan lestari hingga bisa dinikmati anak-cucu Anda dan generasi nanti.

Ingat, mulai detik ini, bawalah turun sampahmu, jangan ditinggal di gunung! (Baca juga tulisan: Delapan Sikap Terpuji Menjaga Sumber Mata Air di Gunung, di: http://travelplusindonesia.blogspot.co.id/2013/03/delapan-sikap-terpuji-menjaga-sumber.html).

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: adji, klikhotel & dok.rinjanitrip

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP