. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 19 September 2016

Wow, Kuliner Kini Peringkat Pertama Penyumbang PAD Kota Bogor

Kuliner kini menjadi andalan bagi sektor pariwisata Kota Bogor. Buktinya kuliner menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi bagi Kota Hujan ini. Tahun 2014, sektor makanan/minuman, jajanan, dan oleh-oleh ini menyumbang Rp 60 miliar lalu naik pada tahun 2015 menjadi Rp 75 miliar.

“Benar, PAD Kota Bogor tahun 2015 dari kuliner sebesar Rp 75 miliar. Jumlah itu mengalahkan sumbangan dari perhotelan atau akomodasi yang selama ini selalu memberikan PAD terbesar,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Kota Bogor H. Syahlan Rasyidi kepada TravelPlusIndonesia di Pantai Parang Tritis (Paris), Yogyakarta, Jumat (16/9/2016).

Setiap tahun sumbangan kuliner bagi PAD kota berpenduduk 1 juta orag lebih berdasarkan catatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) ini selalu meningkat. Kenaikannya rata-rata 20-25 persen.

“Tahun ini diperkirakan PAD dari kuliner juga naik 20-25 persen dari sumbangan tahun lalu,” ungkapnya sambil menunggu jagung bakar matang di pantai tersohor di provinsi istimewa itu.


Kuliner di Kota Bogor, lanjut Shahlan banyak ragamnya, namun yang menjadi andalan antara lain Toge Goreng, Soto Kuning, dan Laksa. Sedangkan panganannya antara lain asinan, roti unyil, dan lapis talas.

“Sekarang yang lagi tren dan diminati wisatawan panganan lapis talas. Tepungnya dari talas, warnanya jadi ungu,” jelasnya.

Meningkatnya PAD Kota Bogor dari sektor kuliner tak lepas dari semakin banyaknya wisatawan, terutama wisatawan nusantara (wisnus) yang datang ke Bogor khusus untuk berwisata kuliner.

“Kalau akhir pekan, wisatawan yang datang ke Kota Bogor bisa berlipat-lipat kali dibanding hari biasa, jadi memang masih tetap macet. Pengunjungnya paling banyak dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Biasanya mereka berwisata rekreasi dana lam kemudian berwisata kuliner, jajan dan beli oleh-oleh,” terang Shahlan.

Jumlah sentra kuliner di kota yang berada di kaki Gunung Salak ini juga semakin bertambah dan tersebar di berbagai kawasan. Begitupun dengan pusat-pusat perbelanjaan seperti mall modern dan pusat grosir.

Belum termasuk sentra kerajinan dan toko-toko kerajinan tangan, seperti tas di daerah Tajur, Batik Bogor, sandal, aksesoris, dan aneka hiasan interior rumah.

Otomatis dengan semakin menjamurnya sentra kuliner, belanja, dan oleh-oleh, membuat Kota Bogor kini menjadi salah satu destinasi kuliner yang semakin diperhitungkan keberadaannya.

Selama ini kalau bicara destinasi kuliner di Indonesia, pasti tak lepas dari Bandung, Jakarta, Jogja, Medan, Manado, Makassar, dan Palembang. Belakangan muncul Semarang, Cirebon, dan kini Bogor.

Berkat kuliner pula, jumlah kunjungan wisatawan ke kota berluas 11.850 km persegi dengan 6 kecamatan dan 68 kelurahan ini mengalami peningkatan. “Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)-nya dari 200 ribu orang tahun 2014, menjadi 235 ribu tahun 2015. Tahun ini ditergetkan naik sebesar 10 persen,” aku Shahlan.

Begitupun dengan wisnusnya dari 4 juta orang pada tahun 2015 dan ditargetkan menjadi 4,5 juta tahun 2016.

Untuk memberi kenyamanan bagi pengunjung, sambung Shahlan, Pemkot Bogor sedang menata Sistim Satu Arah (SSA). “Sementara ini SSA diberlakukan masih di sekitar Kebon Raya Bogor dan Istana Presiden. Jadi sekarang kalau ke kawasan tersbut sudah tidak macet lagi,” ungkapnya

Kata Syahlan, pemberlakukan SSA ini untuk menghapus imej kurang sedap Kota Bogor sebagai kota macet dan kota angkot, karena terlalu banyak angkotnya. “Tahun 2017 diusahakan Kota Bogor bebas angkot. Saat ini jumlahnya akan terus dikurangi dan akan dialihkan ke batas kota,” terangnya.

Selain kuliner yang PAD-nya mengalami peningkatan setiap tahun, sektor pariwisata pun begitu. PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata tahun 2014 sebesar Rp 118 miliar, lalu pada tahun 2015 naik menjadi Rp 143 miliar.

“Anehnya kendati PAD dari kuliner dan pariwisata naik, namun anggaran promosi pariwisatanya malah turun terus,” beber Shahlan.

“Anggaran promosi pariwisata sebelum saya jadi Kadis (kepala dinas pariwisat-red) sebesar Rp 1,4 milyar. Begitu saya jadi Kadis tahun 2015 tinggal Rp 300 juta. Bayangin dikurangin 75 %. Saya protes lalu naik menjadi Rp 500 juta pada tahun. Tapi kabarnya tahun 2017 bakal turun lagi,” akunya.

Kata Shahlan, bagaimana mau maju kalau anggarannya diturunkan terus, padahal pariwisata merupakan sektor yang promosinya harus betul-betul digenjot karena sudah terbukti memberi PAD yang terus meningkat.

Namun anggaran seminim apapun, lanjut Shahlan, pihaknya tetap melakukan promosi, salah satunya dengan mengadakan Travel Dialogue di Solo disambung Studi Banding ke beberapa objek wisata di Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) selama 4 hari dari tanggal 14-15 September.


Adapun tujuannya untuk memperkenalkan objek-objek wisata dan industri wisata di Kota Bogor.

“Harapannya masyarakat di kawasan Joglosemar akan tertarik berwisata ke Bogor, sekaligus menghabiskan uangnya berbelanja, berwisata kuliner, dan membeli oleh-oleh khas Kota Bogor,” pungkas Shahlan.

Berdasarkan pantauan TravelPlusIndonesia, kunjungan rombongan Disbudparekraf Kota Bogor ke Pantai Paris tidak berlangsung lama, lantaran sudah terlalu sore tiba di pantai ternama ini dan cuacanya juga mendung.

Rombongan hanya jalan-jalan sejenak di bentangan pantai berpasir kehitaman, lalu berfoto-foto bersama berlatar gulungan ombak Pantai Paris. Tak ada banyak waktu untuk berwisata kuliner maupun melihat-lihat kios oleh-oleh di sekitar areal parkir, karena sudah banyak yang tutup.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP