. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 26 September 2016

Dieng Salah Satu Dataran Tinggi Terpopuler se-Indonesia. Pesonanya Keren Abieess..

Pesona alam Indonesia bukan cuma bawah laut dan pesisir pantai, pun dataran tinggi yang sudah terbukti berhasil menjaring jutaan wisatawan tiap tahunnya. Dari sekian dataran tinggi yang tersebar di negeri ini, tiga di antaranya masuk dalam kategori Dataran Tinggi Terpopuler (Most Popular Highland) versi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2016, salah satunya Dieng.

Dataran Tinggi (Plateu) Dieng di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) berhasil menyabet juara kedua untuk kategori tersebut. Juara pertama dan ketiga diraih Gunung Kerinci di Jambi dan Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

TravelPlusIndonesia menilai Dataran Tinggi Dieng pantas menyandang predikat kedua untuk kategori tersebut, bahkan mungkin peringkat satu. Pasalnya selain dihiasi alam yang menawan juga ada sejumlah candi, kuliner, dan tradisi budaya serta event-nya. Salah satu even budayanya yang sudah me-Nasional adalah Dieng Culture Festival (DCF) yang sudah 4 kali digelar hingga tahun ini.

Dalam DFC ada kegiatan budaya yang menjadi andalan even tahunan ini yakni ritual Ruwatan Potong Rambut Gembel atau pemotongan rambut bocah Dieng yang berambut gembel untuk menghindarkan dirinya dari segala penyakit dan bala.

DFC tahun ini juga terasa lebih spesial dibanding tahun-tahun sebelumnya lantaran ada pagelaran Jazz Di Atas Awan.

Sejak tiga tahun belakangan ini, DCF telah menjadi magnet baru wisata di Jateng karena berhasil menjaring ribuan pengunjung ke Dieng. Keberhasilan inilah yang mungkin menjadi alasan kuat Dieng mendapatkan penghargaan API 2016

Dieng juga dihiasai beberapa kawah aktif, salah satunya Kawah Sikidang merupakan kawah terpopuler di Dieng, tepatnya di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jateng.

Ciri khas kawah ini, uap air dan lava-nya muncul berpindah-pindah bahkan melompat, layaknya seekor kijang. Oleh karenyanya dinamakan Kawah Sikidang. Kidang berarti kijang.

Pesona lainnya beberapa telaga seperti Telaga Warna dan Telaga Pengilon, serta sejumlah candi yang nama-nama diambil dari tokoh pewayangan, seperti Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Gatotkaca.

Candi-candi di Kompleks Dieng tersebut, kemungkinan berasal dari abad ke 8-10 Masehi. Sebuah prasasti ditemukan didalam komples yang berangka tahun 713 Saka datau 809 Masehi, namun ada dugaan candi-candi tersebut lebih tua.

Pesona kulinernya ada Mie Ongklok, Carica, Kripik Jamur, dan Kopi Purwaceng. Carica adalalah pepaya gunung khas Dieng. Biasany diolah menjadi manisan. Harga tiga manisan Carica ukuran cup plastik kecil harganya Rp 10.000, kalau yang besar satuannya Rp 5.000, sedangkan dalam botol kaca Rp 10.000 per botol.

Dieng juga dikelilingi beberapa gunung, antara lain Gunung Prau yang secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Kendal, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Banjarnegara, Jateng. Selain Prau, juga ada Gunung Pakuwaja (2.395 mdpl), Sikunir (2.263 mdpl), Sipandu, Pangamun-amun, dan Gunung Juranggrawahi.

Namun yang paling tersohor tentu saja Gunung Prau dan Sikunir, lantaran dari masing-masing puncaknya dapat melihat golden dan silver sunrises.

Dari puncak Prau ke arah Timur, selain dapat menyaksikan pesona sunrise juga ada 9 gunung yang bersemayam di Jawa Tengah, 5 di antaranya gunung populer yakni Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, dan Unggaran. Sisanya, 4 gunung yang tak populer yakni Kembang, Telomoyo, Tlerep, dan Bukit Batok.

Ke arah Barat ada 3 gunung yang nampak, 2 di antaranya gunung yang sangat populer yakni Gunung Slamet dan Gunung Ceremai yang berada paling jauh dan sempat diduga sebagai cerminnya Gunung Slamet. Sisanya Gunung Sikunir serta tentunya pesona sunset-nya.

Ke arah ini juga terlihat jelas keseluruhan Dieng, dari teras-teras perkebunan kentang, kubis, dan bawah prei, rumah-rumah penduduk di sejumlah desa, masjid, dan tentu saja Telaga Warna dan Telaga Pengilon serta hutan yang semakin menyusut luasnya.

Untuk melihat panorama ke arah Barat, terlebih dulu meniti tanjakan ber-savana di kiri-kanannya, yang mirip sekali dengan "Tanjakan Cinta" di Gunung Semeru.

Salah satu jalur pendakiannya ke puncak Gunung Prau lewat dari Petakbanteng, Jalan Dieng Km 24, Desa Kejajar, Wonosobo.

Tak sulit menjangkau Dieng. Kalau Anda dari Jakarta, bisa naik bis ekonomi ataupun AC dari sejumlah terminal yang ada di Jakarta. Dari terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan bisa-nya berangkat jam 6 pagi dan jam 5 sore. Lewat dari itu, bakal ketinggalan. Tiketnya Rp 75.000 per orang untuk Bis AC. Tapi kalau ongkos bis AC dari Terminal Mendol, Wonosobo ke Lebakbulus Rp 80.000 per orang.

Sebaiknya dari Jakarta pakai bis yang sore, jadi setibanya di Terminal Mendolo, pagi. Pilihan lain dengan mobil eksekutif yang ada tempat tidurnya, mobilnya berkapasitas 20 orang. Dari Terminal lalu lanjutkan ke kota Wonosobo dengan angkot Rp 2.000 per orang.

Sarapan dulu dengan Mie Ongklok, lalu lanjutkan ke Dieng dengan mini bus. Penginapan sudah banyak tersedia di Dieng, mulai dari tarif ratusan ribu per-malamnya. Kalau mau langsung ke Gunung Prau, minta diantar ke Balai Desa Patakbanteng Rp 10.000 per orang.

Akankah API tahun depan, Dieng bisa mempertahankan predikatnya atau bahkan naik ke posisi teratas? Atau justru sebaliknya turun ke posisi ketiga atau tidak mendapatkan gelar itu lagi sama sekali? Ya kita tunggu saja kabar hasil API 2017 nanti.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP