. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 15 September 2016

Belajar dari Kematian Zimam di Semeru, Naik Gunung Harus Fit

Pendaki gunung kembali menjadi korban. Kali ini menimpa seorang pendaki bernama Zimam Arofik asal Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng). Dia tewas ketika mendaki Gunung Semeru, Jawa Timur (Jatim) berketinggian 3.676 meter dari permukaan laut. Kabarnya dalam kondisi kurang sehat.

Kejadian ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi para pegiat alam bebas, utamanya pendaki gunung, bahwa mendaki gunung bukan sekadar siap secara perlengkapan mendaki, termasuk bekal (logistik), melainkan juga siap fisik dan mental.

Dalam artian tidak dalam kondisi kurang sehat, apalagi sakit. Berdasarkan keterangan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Antong Hartadi sebagaimana dikutip tribunnews dari Kabupaten Lumajang, Jatim Timur, Rabu (14/9), korban bersama enam kawannya asal Pekalongan melakukan pendakian di gunung tertinggi Pulau Jawa itu pada Sabtu (10/9/2016). D

i Pos Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, mereka mendaftar dengan persyaratan yang lengkap, termasuk surat keterangan dokter.

Menurut rekan korban, mereka berangkat dari Pos Ranupani pada 10 September 2016 sekitar pukul 17.00 WIB dan tiba di Ranu Kumbolo sekitar pukul 22.00 WIB.

Sehari kemudian, Minggu (11/9/2016), korban menyusul rombongan ke Ranu Kumbolo. Saat itu korban masih beraktivitas seperti biasa namun sempat mengeluh sakit sakit pada pukul 23.00 WIB.

Rekan-rekan korban esok harinya melanjutkan pendakian ke Pos Kalimati dan tiba di batas terakhir pendakian Semeru sesuai rekomendasi TNBTS pada pukul 16.00 WIB. Di Kali Mati, mereka nenda (mendirikan tenda).

Saat itu korban juga masih makan dan kemudian istirahat. Esoknya mereka muncak (ke puncak), sedangkan korban tidak ikut, istirahat sambil menjaga barang-barang di tenda. Setelah rekan-rekannya turun dari puncak sekitar pukul 07.00 WIB pada Selasa (13/9/2016), korban kembali mengeluh sakit kepala yang cukup berat dan badannya hangat.

Teman-temannya kemudian memberi obat tapi tak juga membaik, lalu mereka memutuskan turun pada pukul 10.00 WIB. Namun baru sekitar 50 meter berjalan, korban mengeluh tidak kuat dan rombongan memutuskan kembali ke Pos Kalimati, kemudian nenda lagi.

Tiga rekan korban kemudian mencari pertolongan di Ranu Kumbolo, sayang tidak mendapat bantuan dan akhirnya turun hingga di Pos Ranupani pada pukul 20.30 WIB, selanjutnya melaporkan kepada petugas TNBTS.

Karena sudah malam, hujan, dan berkabut, tim evakuasi tidak berani ke lokasi korban. Baru berangkat keesokan harinya pada Rabu pagi. Sayangnya setibanya di Pos Kalimati, korban Zimam Arofik sudah meninggal dunia. Korban selanjutnya dibawa ambulans ke Rumah Sakit Haryoto Lumajang untuk divisum.

Korban Zimam beralamat di Jalan WR Supratman 123 RT 005/RW 012 Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.

Selain dalam kondisi sehat fisik dan mental, disarankan mendaki gunung tidak sendirian. Minimal berdua atau dalam kelompok kecil (small group), terlebih bagi pemula.

Jika berniat mendaki sendiri, apalagi tidak tahu jalur pendakiannya, sebaiknya ditemani pemandu lokal. Dan kalau tidak kuat membawa perlengkapan, usah sungkan menggunakan tenaga angkut atau porter.

Sebelumnya pendaki gunung asal Swiss, Lionel Du Creaux, 26 tahun, dinyatakan hilang di gunung berpuncak Mahameru ini sejak awal Juni lalu.

Operasi pencarian Lionel dimulai sejak Kamis, 9 Juni 2016. Lionel mendaki Semeru bersama temannya, Alice Guignard, melalui Malang sejak sepekan sebelumnya. Alice juga sempat tersesat, tapi berhasil ditemukan petugas.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto. Dok iwoe kembaratropis

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP