. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 03 Agustus 2016

Tiga Komponen Utama Ini Kunci Keberhasilan Pembangunan Pariwisata

Kunci keberhasilan pembangunan pariwiata ternyata tak cukup hanya memiliki daya tarik baik itu alam, budaya dan buatan yang tinggi. Namun masih ada tiga komponen lain yang harus dipenuhi dan saling bersinergi. Ketiga komponen itu adalah komitmen, keterlibatan, dan dukungan atau Commitment, Involvement, and Support (CIS).

Hal ini disampaikan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi dalam Rapat koordinasi (Rakornas) Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia 2016 di Hotel Grand Tulip, Bali, Rabu (3/8) malam.

Prof. Kadarsah mengatakan soal Commitment, Indonesia sudah mempunyai komitmen yang sangat besar dari pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan DPR (tadi disampiakan oleh wakil ketua Komisi X DPR RI H. Ferdiansyah).

Begitupun dengan Involvement, buktinya dengan adanya 10 destinasi prioritas atau Bali-Bali Baru. Ditambah adanya keterlibatan pimpinan kepala daerah. “Kedua keterlibatan itu akan turut menentukan keberhasilan 10 destinasi baru ini ini,” ujarnya.

Mengenai Support, lanjut Kadarsah ada dua bentuknya, pertama pendanaan yang sudah disiapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR, dan kedua dukungan dari SDM . “Nah perguruan tinggi melihat bahwa supports SDM itu merupakan bagian tanggungjawab dari perguruan tinggi,” terangnya.

Buktinya apa? “Seperti dikatakan Deputi Ahman Sya, ada 120 perguruan tinggi yang fokus dalam pariwisata termasuk UPI yang punya prodi, UGM yang punya jurusan, dan ITB yang punya S2 kepariwisataan dan juga pusat penelitian kepariwisataan,” ungkapnya.

Pusat Penelitian Kepariwistaan ITB, lanjut Kadarsah melakukan berbagai upaya untuk membuat perencanaan ketika suatu daerah akan dinyatakan sebagai destinasi.

“Kita melakukan perencanaan komprehensif sampai dinyatakan daerah tersebut sangat matang sebagai destinasi. Nah, alhamdulillah 10 destinasi priotritas itu suduah matang sekali dan sudah siap untuk dijalankan,” akunya.

Perguruan Tinggi, khusus ITB, lanjut Kadarsah juga memandang suatu destinasi akan sangat berhasil kalau juga didukung oleh infrastruktur, mengingat masih banyak daerah yang berdaya Tarik sangat tinggi namun karena bandaranya sangat kecil sehingga pesawat berbadan besar internasional tidak bisa landing.

“Jalan-jalannya untuk akses ke destinasi masih kecil dan banyak lubangnya. Sementara keinginan turis itu ingin nyaman, aman, selamat dan terlayani dengan baik,” tambahnya.

Menurut Kadarsah jadi ketersediaan infrastruktuktur itu sangat penting, oleh karena itu sektor pariwisata ini adalah tanggung jawab dari lintas sektoral.

“Tentu fokusnya di Kemenpara namun kementarian lain juga harus ikut terlibat di dalamnya, seperti Kemen Pupera, Kemenhub dan lainnya,” imbaunya.

Khusus dukungan SDM, sambung Kadarsah lagi, memang Indonesia sudah memiliki perguruan tinggi dengan prodi dari tingkat diploma sampai jenjang stara, mulai dari D1, D2, D3, D4 bahkan S1, S2 hinga S3.

Tapi pendidikan informal juga sangat penting karena nanti yang melayani wisatawan bukan hanya orang-orang yang punya setifikat atau ijazah, melainkan juga orang-orang yang ada di jalan langsung bertemu dengan turis asing, orang-orang yang berpapasa dengan turis asing di hotel, rumah makan, toko dan lainnya.

“Semuanya akan berinterasksi dengan turis asing. untuk itu diperlukan adanya satu kesiapan attitude yang total foolball bahwa mental untuk melayani wisatawan bukan hanya untuk orang-orang yang sekolah pariwisata tetapi juga penduduk yang tidak berpedidikan pariwisata harus diberika pendidikan nonformal,” sarannya.

Untuk itu perguruan tinggi ada tridarma salah satunya pengabdian masyarakat. “Disitulah tanggung jawab peguruan tinggi untuk melatih masyarakat yang tidak mendapatkan pendidikan formal agar mereka juga mengetahui bagaimana perannya sebagai agen pelayan wisatawan,” pungkas Kadarsah.


Sebelumnya, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kemenpar, Prof. Dr. H.M. Ahman Sya menjelaskan tujuan diselengarakan Rakornas Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia 2016 di Bali ini untuk mengevaluasi hasil rakornas tahun lalu dan membangun komitmen bersama dalam pembangunan kepariwisataan serta membuat langkah-langkah terobosan dalam percepatan pencapaian target 20 juta wisman.

“Tujuan lainnya membagi tugas perguruan tinggi dalam penanganan 10 destinasi prioritas atau 10 Bali Baru,” terang Ahman Sya.

Rakornas Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesi 2016 bertema ‘Peran Aktif Perguruan Tinggi Pariwisata dalam Pencapaian Target 20 Juta Kunjungan Wisman Tahun 2019’ yang berlangsung 3-5 Agustus di Bali ini diikuti 115 perguruan tinggi dengan jumlah total pesertanya, terdiri atas perguruan tinggi ditambah undangan dan Kemenpar sebanyak 406 orang.

Saat membuka rakornas, Ahman Sya sempat menyampaikan bahwa rakornas ini semula akan dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Menpar Arief Yahya sekaligus menjadi keynote speaker. “Mohon maaf beliau berhalangan hadir karena ada Sidang Kabinet dengan Presiden Jokowi,” ungkapnya.

Naskah; adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: agung-humaskemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP