. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 07 Agustus 2016

Haiyaaa.., Mali Kita Belajal Bagaimana Cala Bali Menyambut Wisman China

Sejak dua tahun lalu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) asal China yang datang ke Bali menunjukkan peningkatan. Bahkan posisinya sekarang berada di bawah Australia yang selalu mendominasi. Jumlah wisman dari negeri berpenduduk miliaran ini, menggeser Singapura, Malaysia, dan Jepang.

Tahun 2014 lalu total jumlah wisman China yang ke Indonesia sekitar 950.000 orang, atau urutan keempat di bawah wisatawan asal Singapura, Malaysia, dan Australia.

Tahun 2015 jumlah wisman China yang datang ke Bali meningkat 17,83% dan langsung berada di posisi kedua setelah Australia, yang tetap bertengger di urutan teratas penyumbang wisman ke Bali.

Tahun ini Indonesia menargetkan kunjungan wisman Great China sebesar 2,1 juta, yang terdiri atas China (daratan), Hongkong, dan Taiwan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana sebelumnya dalam sebuah kesempatan mengatakan, tahun lalu Bali memerlukan 1.200 pemandu wisata berbahasa Mandarin.

Namun yang tersedia pada waktu itu baru sekitar 800 dan yang aktif hanya 600. Dengan jumlah keaktifan 600 pemandu wisata, kebutuhan tersebut masih kurang sebanyak 600 orang.

Pitana mengatakan pada tahun 2015 telah melakukan pelatihan dan sertifikasi 600 pemandu wisata di Bali. Dia juga menyebutkan pemandu wisata bahasa Mandarin bersertifikasi di Bali saat ini sudah berjumlah sebanyak 900 orang. Sementara kebutuhan total pada tahun ini adalah 1.200 orang. Berarti kurang 300 orang pemandu.

Menurutnya Kemenpar tetap harus melakukan training dan sertifikasi pemandu wisata tahun ini. “Saya sudah berkoordinasi dengan Deputi Bidang Kelembagaan Kepariwisataan, Pak Ahman Sya, untuk memprioritaskan kebutuhan wisatawan berbahasa Mandarin," jelasnya.

Destinasi-destinasi wisata yang dipromosikan pada tahun 2016, lanjut Pitana tetap membutuhkan jasa pemandu wisata berbahasa Mandarin.

Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan pemandu wisata di destinasi-destinasi yang sering dikunjungi wisatawan berbahasa Mandarin selain Bali, ada Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Manado, Bintan, Batam, dan Surabaya.

Saat ini Bali terus berupaya meningkatkan kunjungan wisman China dengan melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan menyiapkan pemandu wisata berbahasa Mandarin.

Guna menyambut kedatangan wisman China yang terus membengkak, Bali masih terus melakukan sertifikasi tour guide yang cakap berbahasa Mandarin sampai tahun ini. Maklum rata-rata wisman China tidak bisa berbahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.

Dari 900 pemandu wisata berbahasa Mandarin yang bersertifikasi di Bali tahun ini, terdiri atas pemandu wisata dari Sumatera terutama dari Medan dan Batam, dan sisanya dari Bali, terutama warga keturunan Tionghoa lokal.

Soal makanan, Bali pun berusaha menyajikan aneka makanan sesuai selera atau lidah mereka. Terlebih tidak begitu sulit mencari menu daging hewan berkaki pendek di pulau para dewa ini.

Sejumlah restoran, termasuk di hotel-hotel yang ramai diinapi gerombolan wisman China, pengelolanya senantiasa menyajikan menu sarapan dan lainnya dengan aneka menu khas China seperti mie goreng, capcay, pokcay, bihun goreng, sup ikan, ayam goreng, dan sebagainya.

Untuk mengimbau wisman China agar tidak mengambil makanan sarapan dalam jumlah besar, beberapa pengelola hotel memasang tulisan himbauan berbahasa Mandarin yang diletakkan di atas meja tempat deretan makanan disajikan. Arti tulisan tersebut lebih kurang: “Ambillah Makanan Seperlunya”.

Maklum wisman China terkenal rakus soal makanan untuk sarapan di hotel tempat mereka menginap. Bahkan tak sedikit yang membawa kantong kresek, mengambil dan memasukkan aneka makanan lalu pergi, padahal sudah makan dalam porsi super jumbo.

Perihal akomodasi, Bali menyiapkan sejumlah hotel yang sesuai dengan rata-rata kemampuan wisman China. Kebanyakan wisman China menginap di hotel-hotel bintang tiga dan empat dengan kisaran harga dari Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu per malam.

Sejumlah hotel kelas tersebut tersedia di spot-spot ramai dan tersohor seperti di Kuta dan beberapa tempat lagi di Kabupaten Badung.

Bali juga menyiapkan lokasi-lokasi berbelanja aneka kerajinan khas Bali. Maklum Wisman China memang suka berbelanja. Adapun pilihan tempat mereka berbelanja di Bali selain di Krisnha, Jogger, dan beberapa tempat penjulan lukisan di Gianyar, serta tepat pembelian perak Bali.

Bali juga menawarkan pesona pantai-pantai lain selain Kuta, Sanur, dan Legian buat wisman China. Maklum mereka juga suka berwisata ke pantai dan ber-water sports. Salah satu pantai yang tengah dibenahi untuk menyambut luapan wisman China di Bali adalah Pantai Pandawa di Kabupaten Badung, tepatnya di Desa Adat Kutuh, Kecamatan Kute Selatan.

Di pantai ini, tengah dibangun hotel, selanjutnya gerbang, venue pertunjukan tari kecak, dan fasilitas pendukung lainnya.

Kepala Tata Usaha Daya Tarik Wisata (DTW) Pantai Pandawa I Wayan Letra mengatakan umumnya wisman China ke Pantai Pandawa untuk bersantai, rileksasi di bawah payung-payung di deretan pantai, ada juga yang mandi, berenang, foto-foto, dan makan.

“Waktu kunjungan meraka di pantai ini cukup lama sekitar 3-5 jam. Mereka biasanya datang pagi, berkelompok, dan membawa pemandu wisata,” terang Letra kepada TravelPlusIndonesia di ruang kerjanya di Pandawa Beach Information Center, tepian Pantai Pandawa, Jumat (5/8).

Nah dari sisi budaya, Bali menawarkan suguhan Tari Kecak di beberapa daya tarik wisata (DTW)-nya, antara lain di Pura Uluwatu dan Pantai Pandawa yang menjadi andalan DTW Kabupaten Badung.

Bali sadar betul bahwa budaya merupakan alasan utama mengapa juatan wisman dari macanegara datang ke Bali, termasuk dari Great China. Oleh karena itu Tari Kecak yang sudah mendunia namanya, pun disuguhkan dan didekatkan kepada wisman China di beberapa DTW Bali yang kerap didatangi wisman China.

Dari segi akses dan infrastruktur, Bali selain terus menambah direct flight dari China ke Denpasar, juga berencana menambah satu lintasan pacu pesawat (runway) baru di Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar. Maklum sampai hari ini, salah satu bandara terpadat pengunjung wismannya ini baru memiliki satu runway.

Hal ini sebelumnya diutarakan Kepala Dinas Pariwisata Bali, AA Gede Agung Yuniarta, usai memaparkan makalah dalam kegiatan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Bagi Jurnalis 2016 di Hotel The Jimbaran View, Kabupaten Badung, Bali.

Menurutnya runway itu akan dibangun di atas laut. “Saat ini masih dalam tahap koordinasi dengan pihak terkait,” ujarnya.

Upaya lainnya, Bali berencana membuat jalan pintas (shortcut) dari Bandara internasional Ngurah Rai, Denpasar menuju Buleleng.

“Shortcut ini nantinya akan mempersingkat waktu perjalanan wisatawan yang akan menuju bandara dari Buleleng dan sebaliknya,” terangnya.

Jika shortcut tersebut rampung, dapat memperpendek waktu tempuh menjadi 1,5 jam. “Kalau sekarang waktu tempuhnya perjalanan dari Buleleng ke Bandara Ngurah Rai sekitar 3 jam overland,” jelasnya.

Sebagai cacatan, penulis sengaja memberi judul tulisan ini di atas seperti itu (huruf R di beberapa kata diganti dengan huruf L-red), supaya lebih dapat kesan/atmosfir China-nya. Maklum biasanya olang China yang baru bisa berbahasa Indonesia, kalau ngomong teldengal cadel.

Haiyaaa.., mali kita mulai belajal mengucapkan 欢迎访问印尼 Huānyíng fǎngwèn yìnní, welcome to Indonesia, welcome to Bali, Manado, Jakarta dan seterusnya, buat menyambut engko dan enci, wisman asal China.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP