. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 08 Agustus 2016

Festival Kelimutu, Waktu yang Pas Nikmati Danau Tiga Warna dalam Balutan Ritual

Berencana ingin ke Danau Tiga Warna atau Danau Kelimutu di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT)? Pekan ini adalah waktu yang pas karena bertepatan dengan kegiatan Festival Kelimutu atau Sepekan Pesta Danau Kelimutu 2016.

Festival yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Ende dan didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini berlangsung 6 hari mulai Senin-Sabtu, tanggal 8-13 Agustus mendatang.

Sesuai rundown acara Sepekan Pesta Danau Kelimutu 2016 yang TravelPlusIndonesia terima dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Ende, pada hari pertama, Senin (8/8) festival diisi dengan Upacara Weza Kamba/Wela Kamba di Museum Tenun Ikat, Kota Ende yang terletak di Jalan Soekarno, pada pukul 3 sore.

Hari kedua, Selasa (9/8) di venue yang sama ada Rapat Koordinasi 3 Batu Tungku yang terdiri atas (Pemerintah, Tua Adat, dan Tokoh Agama) dan Lomba Naro yang diikuti oleh 10 komunitas Suku Ende, dari pagi hingga sore hari.

Pada hari ketiga, Rabu (10/8) diisi dengan pelepasan peserta Carnaval Parade Budaya Nusantara dan pembukaan Danau Kelimutu Expo sekaligus pembukaan Festival Kelimutu 2016 yang rencananya akan dibuka oleh Bupati Ende dan dihadiri perwakilan dari Kemenpar.

Kegiatan ini akan bertempat di halaman Kantor Bupati Ende. Begitupun pada  hari Kamis (11/8), di tempat yang sama diramaikan dengan sejumlah persembahan seni budaya dan pameran beragam produk lokal.

Pada hari Jum’at (12/8) pelepasan peserta Lomba Tracking pagi hari dan sekaligus pemberian hadiah bagi para pemenang, sore harinya.

Puncak acaranya sama seperti tahun lalau diisi dengan pelaksanaan Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata (memberi makan leluhur atau nenek moyang) yang dilakukan oleh Suku Lio, penduduk asli Kabupaten Ende (selain Suku Ende) pada hari Sabtu (13/8).

Suku Lio umumnya tinggal di pegunungan, sekitar wilayah Utara Kabupaten Ende, termasuk kawasan Danau Kelimutu. Sedangkan Suku Ende di daerah pesisir, bagian Selatan Kabupaten Ende.

Lokasi Ritual Patika (begitu sering disebut oleh orang Lio), bertempat di pelataran parkir Danau Kelimutu, kawasan Taman Nasional Danau Kelimutu pada pukul 8 pagi sampai selesai.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Derson Duka, menjelaskan Festival Kelimutu 2016 digelar dalam rangka mempromosikan pariwisata dan budaya  yang ada di Kabupaten Ende.

Kemenpar sendiri mendukung festival ini dalam rangka meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dan menjaring wisatawan mancanegara (wisman) sekaligus mempromosikan branding Pesona Indonesia. Bentuk dukungannya antara lain promosi festival tersebut.

Nah, kalau Anda tertarik ingin melihat pesona tiga danau yang berbeda-beda warna di atap Gunung Kelimutu yang terletak di Desa Pemo Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Anda bisa datang dari kota Anda ke Kota Ende ataupun Maumere via udara, dilanjutkan ke lokasi lewat darat (overland).

Sebaiknya Anda bermalam terlebih dulu di Kampung Moni, sebelum ke Danau Kelimutu. Di kampung berhawa sejuk ini, tersedia banyak homestay dengan tarif mulai dari Rp 200.000 sampai Rp 350.000 per malam. Disarankan booking homestay via online mengingat Juli-Agustus banyak wisman yang berwisata ke kawasan danau berparas molek ini.

Keesokan paginya, kira-kira pukul 4 pagi, baru beranjak dari Moni untuk melihat pesona matahari terbit (sunrise) di puncak Gunung Kelimutu yang masih aktif ini. Selanjutnya menyaksikan kemolekan tiga danau berbeda warna dalam balutan Ritual Patika yang hanya dilakukan oleh Suku Lio sekali dalam setahun.

Sebagai bekal informasi, Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Suku Lio meyakini warna-warna pada Danau (Tiwu) Kelimutu memiliki arti masing-masing sesuai dengan peristiwa kejadiannya.

Danau yang berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" dipercaya sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" itu tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau yang berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
.
Ketika danau tersebut ada yang berubah warna, Suku Lio kemudian melakukan Ritual Patika untuk memberikan sesajen bagi arwah orang-orang yang telah meninggal agar senantiasa damai di alamnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.con, ig:@adjitropis)
Foto: dok.tourism.nttprov

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP