. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 06 Agustus 2016

Empat Kesepakatan Rakornas Perguruan Tinggi Pariwisata di Bali, Tertuju pada Percepatan Pengembangan 10 Bali Baru

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perguruan Tinggi se-Indonesia 2016 di Bali sudah selesai digelar dengan sukses oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari) selama 3 hari di Bali. Hasilnya ada empat (4) kesepakatan yang bermuara untuk memajukan sektor pariwisata di Tanah Air, khususnya membantu percepatan pengembangan 10 destinasi prioritas atau 10 Bali-Bali Baru.

Kesepakatan pertama yakni Perguruan Tinggi se-Indonesia bersedia menindaklanjuti penerapan kurikulum berbasis kompetensi, pendirian lembaga sertifikasi profesi (LSP), dan sertifikasi terhadap semua lulusan minimal berstandar ASEAN.

“Itu kan kesepakatan Rakornas 2015 tapi mereka akan melanjutkan lagi karena belum semua melaksanakan kesepakatan itu,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kemenpar Prof. Dr. H. M. Ahman Sya saat jumpa pers hasil rakornas tersebut di Hotel Golden Tulip, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (4/8) malam.

Kedua, Perguruan Tinggi bersedia berpartisipasi aktif mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengembangan 10 destinasi prioritas.

“Oleh karena itu tadi ada kesepakatan pembagian tugas. Akpar Medan membantu pengembangan Bali Baru Danau Toba. STP Bandung tangani empat Bali Baru yakni Tanjung Kelayang di Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Kota Tua dan Kepuluan Seribu-Jakarta serta Borobudur di Joglosemar atau Jogja-Solo-Semarang. STP Nusa Dua Bali bantu tiga Bali Baru yakni Bromo Tengger-Semeru di Jawa Timur, lalu Mandalika di Lombok NTB, dan Labuan Bajo-Pulau Komodo di Flores NTT. Poltekpar Makassar fokus di Wakatobi-Sulawesi Tenggara dan Morotai-Maluku Utara,” beber Ahman Sya.

Perguruan tinggi pariwisata lain, lanjut Ahman Sya mengikuti. “Mereka (perguruan tinggi pariwisata non Kemenpar-Red) akan bergabung dengan perguruan tinggi Kemenpar sesuai proximity atau kedekatan wilayah,” tambahnya.

Kedepan memang bukan hanya faktor kedekatan wilayah tapi juga kompentensi. “Boleh saja misalnya perguruan tinggi pariwisata yang ada di Aceh melakukan riset ataupun pengabdian masyarakat di Papua berdasarkan kompetensi dan kebutuhan lapangan. Namun sementara saya sarankan pada tahapan pertama ini, kedekatan wilayah menjadi prioritas,” terang Ahman Sya.

Perguruan tinggi pariwisata dapat membangun sistem informasi geografis dan pariwisata terkait destinasi akan dibantu percepatannya. Apa saja yang menjadi unggulan, apakah alam, budaya, wisata buatan, serta industri yang berkembang. "Menelaah tren marketing-nya seperti apa, itu bisa dilakukan berdasarkan tugas, pokok, dan fungsi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi itu," kata Ahman Sya.

Kesepakatan ketiga, perguruan tinggi pariwisata bersedia melakukan pendidikan dan pelatihan kader-kader pariwisata, khususnya melalui program Pariwisata Goes to Campus.

“Saya menyarankan supaya mereka menyebarluaskan berbagai hal terkait dengan pariwisata, bukan hanya terhadap mahasiswa yang ada di perguruan tingginya juga ke perguruan tinggi umum yang tidak punya program pariwisata. Atau juga jurusan pariwisata di perguruan tinggi tertentu melakukan penyebarluasan informasi pariwisata ke teman-temannya di jurusan atau fakultas yang berbeda,” ungkapnya.

Program ini diharapkan melahirkan agen-agen perubahan (agent of change) dalam masyarakat kampus dan masyarakat di luar kampus.

Kesepakatan keempat, perguruan tinggi pariwisata bersedia melakukan program terobosan untuk percepatan pencapaian 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara.


“Program percepatannya tentu tidak lepas dari Tri Dharma tadi, misalnya ada berbagai hal yang mesti disempurnakan tentang destinasi, industri, promosi dan lainnya,” tambah Ahman Sya.

Program yang terkait dengan SDM, salah satu contohnya apa mungkin pelatihan dasar SDM pariwisata untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat itu mengunakan media online.

“Jawabannya tentu bisa tetapi harus ada pilot project-nya. Itulah yang akan dilakukan mereka sebagai mayarakat akademik atau perguruan tinggi yang belakangan ini soliditasnya semakin kuat, bukan NATO atau No Action Talk Only tapi berbuat sesuatu di lapangan,” terang Ahman Sya lagi.

Nantinya seluruh kesepakatan ini, sambung Ahman Sya akan dievaluasi untuk menjadi bahan perencanaan dalam Rakornas Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia 2017 yang rencananya akan digelar di Batam.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: dok. ahman sya & anggi-humaskemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP