. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 31 Juli 2016

Empat Dalang Binaan Wayang Ajen Sedot Perhatian Ratusan Orang Bekasi

Kelompok wayang golek Sunda inovatif yang mengusung konsep kontemporer, Wayang Ajen punya cara tersendiri dalam mendidik sejumlah dalang binaannya. Salah satunya dengan memberikan wadah bagi para dalangnya untuk tampil mengekpresikan imajinasinya dalam berwayang di berbagai tempat.


Bukti konkritnya, keempat dalang wayang golek Sunda didikan Wayang Ajen yakni Aming, Bayu, Yudhi, dan Baehaki diberikan tampil berkolaborasi dan ternyata mereka berhasil menyedot perhatian masyarakat Bekasi, tepatnya di acara  tasyakuran orang hajatan di daerah Babelan, Bekasi Utara, pada penghujung Juli 2016, Sabtu (30/7) malam.

Dalang Aming Ajen  merupakan dalang termuda dari ketiga dalang lainnya. Umurnya baru 10 tahun. Bocah ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar Kelas 5 di Kabupaten Pandeglang, Banten.

Lantaran paling cilik, Aming justru mendapat perhatian lebih dari warga Bekasi dan sekitarnya yang berbondong-bondong menyaksikan pagelaran Kolaborasi Empat Dalang Golek Sunda Binaan Wayang Ajen kali ini.

Bocah berperawakan kurus ini membawakan lakon cerita berjudul "Mustika Kembang Harepan", artinya bunga harapan untuk generasi muda menuju kebaikan yang lebih baik, taat kepada aturan agama, dan negara.

Lakon ini mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari yang intinya mengupas pentingnya pendidikan agama.

Untuk melengkapi lakonnya, Aming tidak sendiri. Di tengah penampilannya ada ceramah yang disampaikan KH. Aang Kunaifi dari Pesantren At Taqwa, Ujung Harapan, Bekasi Utara. Duet Aming Ajen dan dai ini pun mendapat sambutan hangat warga.

Sebelum Aming beraksi, terlebih culu  Dalang Bayu Ajen unjuk gigi. Dalang anak muda berusia 23 tahun ini mengulas tentang bobroknya mental anak muda yang latah atas korban tren permainan (game online) pokemon go.

Lewat lakonnya, Bayu berupaya mengajak anak anak muda lebih mencintai permainan kesenian tradisional yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang jauh lebih mendidik dan punya nilai moral, seperti misalnya belajar main wayang golek.

Penampilan Bayu selama 15 menit juga mendapat sambutan hangat warga, lantaran lakon yang dibawakan begitu kekinian, lagi heboh-hebohnya melanda generasi muda di Indonesia dan sejumlah negara lain.

 Ki Dalang Yudhi Ajen yang sudah lebih berpengalaman dan paling tua dibanding tiga dalang lainnya, membuka pagelaran keroyokan ini selama sekitar 15 menit.

Dalang berumur 32 tahun asal dari Slawi, Jawa Tengah ini belajar wayang golek di Sanggar Wayang Ajen yang berlokasi di Kota Bekasi.

Penampilan Yudhi lebih menonjolkan bagaimana menggarap permainan wayang golek dalam bentuk teknik sabet, teknik memainkan peran tokoh, tarian karakter wayang, dan teknik perang wayang yang atraktif dan indah.

Dalang binaan Wayang Ayen satu ini memang terkenal dengan teknik sabetannya yang khas, beda dengan dalang-dalang lainnya. Boleh dibilang teknik sabetannya itu menjadi ciri khas sekaligus karakternya sebagai dalang.

Terakhir, Dalang Baehaki Ajen yang beraksi setelah dalang cilik Aming Ajen.

Dalang asal Banten ini juga cukup piawai dalam olah sabet wayang, ditambah dengan humor-humornya yang segar dalam lawakan tokoh wayang para danawa.

Baehaki yang membawakan lakon berisi pesan moral pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama ini sangat lucu dalam memainkan gerak-gerik komedi tokoh wayang danawa.

Penggagas acara silaturahmi keluarga sambil nonton Partunjukan Empat Dalang Golek Sunda Binaan Wayang Ajen, Karyana Praja menilai acara ini sangat positif sebagai upaya penyelamatan, pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan wayang untuk syiar nilai nilai kebenaran.

“Dengan melihat wayang golek yang beragam karakter dan watak serta prilaku yang berbeda. Masyarakat jadi paham bahwa ada tokoh baik dan ada tokoh jahat. Mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak,” terangnya usai menyaksikan aksi keempat dalang tersebut.

Ratusan warga Bekasi dan sekitarnya mulai dari anak-anak, muda-mudi hingga orang tua nampak antusias dan puas menyaksikan pagelaran kolaborasi para dalang golek Sunda Wayang Ajen ini.

“Penonton yang kebanyakan anak anak muda sangat menyukai saat tokoh idola mereka seperti Gatotkaca kesatria Amarta, sang pembela kebajikan saat berperang dengan para denawa tokoh jahat. Gatotkaca berhasil menumpas kejahatan disambut sorak sorai para penonton,” terang Yana Praja.

Ki Dalang Wawan Ajen alias Wawan S. Gunawan, dalangnya Wayang Ajen mengaku sangat bahagia melihat aksi-aksi anak didiknya tampil di pegelaran kolaborasi empat dalang ini.

”Mereka sangat serius penuh ekpresi itulah bukti semangat mereka untuk menuju prestasi masa depan. Harapan mereka sudah tampak dalam sebuah peragaan dan kekompakan dalam sebuah pertunjukan wayang golek kekinian yang menarik banyak perhatian,” terangnya.

Wawan mengaku akan selalu memberikan keleluasaan kepada semua anak didiknya memanfaatkan ruang dan waktu untuk mengekspresikan karyanya masing-masing dalam bentuk pertunjukkan bersama.

Cara ini, lanjut Wawan yang juga PNS di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini adalah sebagai bentuk tempaan dan tempat untuk mempraktekkan kreativitas, ilmu, dan arahan yang selama ini mereka dapat dari Wayang Ajen, tampil di depan publik secara langsung.

“Dengan cara ini, mental mereka akan lebih mantap, sebelum tampil di pagelaran yang lebih besar skalanya. Nama mereka pun pelan-pelan akan terangkat dan dikenal masyarakat luas,” pungkasnya dengan senyum senang.

Selain penampilan 4 dalang wayang golek Sunda tersebut, pagelaran keroyokan ini juga dihibur penyanyi cilik berusia 5 tahun, Neng Antiq yang tak lain putri ketiga Ki Dalang Wawan Ajen.

Bocah perempuan bernama lengkap Antika Wandandini ini menyanyikan tiga lagu pop Sunda berjudul Karedok Leunca, Budak Jalanan, dan terakhir Pesona Indonesia, thems song-nya branding pariwisata Indonesia untuk nusantara.

Neng Antiq yang malam itu mengenakan gaun simple berwarna merah marun, berhasil membetot perhatian warga.

Seperti biasa, dengan berani dan super pede (percaya diri)-nya yang tinggi, si bungsu ini tampil bak bintang utama malam itu.

Pertunjukkan Empat Dalang Golek Sunda Binaan Wayang Ajen ini diakhiri dengan penampilan tiga penari Bajidor Kahot yakni Dwi Yulita, Wisma Linda, dan Rika Rahmawati yang energik.

Ketiga penari perempuan muda nan geulis-geulis dari Sanggar Pejajaran pimpinan Karyana Praja di Bekasi Utara ini pun berhasil memikat perhatian penonton. 

Secara keseluruhan pertunjukan 4 dalang wayang golek Sunda di Bekasi ini berlangsung sukses.  Biarpun yang tampil 4 dalang namun waktunya tidak sampai semalam suntuk, melainkan hanya 2,5 jam. Dipangkas hingga jadi praktis. Masing-masing dalang tampil selama 30 menit yang terbagi menjadi 2 kali sesi. Ditambah 30 menit penampilan kolaborasi dalang cilik Aming Ajen dengan ustadz KH. Aang Kunafi, Acaranya dimulai mulai pukul 20.00 selesai 22.30. WIB. Ini satu bukti lagi, kesenian tradisional, khususnya wayang golek Sunda, tak ditinggalkan penikmatnya, termasuk oleh  anak-anak dan generasi muda karena dikemas apik dan menarik serta dipublikasikan sebelumnya.

Pertunjukkan keroyokan satu panggung, empat dalang didikan Wayang Ajen ini, bukan cuma sukses menyedot ratusan penonton tua-muda, pun membuat mereka  tak beranjak sampai pertunjukkan berakhir.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: dok.wayang ajen


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP