. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 25 Juni 2016

Astaga, Jembatan Wisata Tersohor Ini Jadi Obyek Favorit Bunuh Diri

Menyebut Kota Batam di Kepulauan Riau (Kepri), rasanya tak lepas dari jembatan satu ini. Ya Jembatan Barelang namanya atau Barelang Bridge. Setelah selesai dibangun tahun 1998 lalu, tak lama kemudian jembatan cantik berstruktur lengkung ini langsung menjadi ikon wisata landamark Batam hingga sekarang.

Imej Batam dan Jembatan Barelang sudah menyatu kuat. Mereka seperti sepasang sejoli yang saling jatuh cinta dan tak bisa dipisahkan. Sampai ada anggapan, kalau berkunjung ke Batam tidak ke jembatan ini, heemmm....tidak sempurna.

Hampir tiap hari, terlebih akhir pekan dan liburan, pengunjung baik lokal, Nusantara bahkan mancanegara (utamanya Singapura dan Malaysia) ramai mendatangi jembatan ini usai berbelanja dan berwisata kuliner.

Hal utama yang kerap dilakukan pengunjung di sini, melihat panorama sekitarnya sekaligus mengabadikannya serta tak lupa berfoto berlatar belakang jembatan ini.

Beberapa pengunjung yang tidak membawa kamera memanfaatkan jasa tukang foto di sana. Ada beberapa tukang foto resmi di sana yang berseragam. Sekali foto pengunjung dikenai biaya Rp 20.000 dan mendapat satu lembar foto ukuran 10 R.

Namun belakangan ini, citra jembatan ini sedikit mengerikan. Pasalnya jembatan ini sengaja dijadikan lokasi bunuh diri oleh warga Batam dan sekitarnya maupun pendatang.

Cara bunuh dirinya sama, yakni dengan meloncat dari atas jembatan ke bawah sungai yang dalam. Tinggi jembatan itu hingga ke permukaan sungai sekitar 48 meter. Jadi kemungkinan selamat, amat kecil.

Kasus bunuh diri terakhir di jembatan ini terjadi kemarin. Seorang ibu bernama Selvi Olivia (26) melompat dari Jembatan I Barelang bersama Rida Rahmita, putrinya yang baru berusia 1,8 tahun, Jumat (24/6) malam. Nyawa keduanya pun melayang.

Aksi nekat Selvi ini tentunya menambah panjang daftar orang yang bunuh diri di Jembatan yang menjadi salah satu obyek wisata andalan Kota Batam ini. Kabarnya dia nekat mengakhiri hidupnya bersama putri kecilnya itu, usai cekcok dengan suaminya. Dugaan sementara akibat himpitan ekonomi.

Berdasarkan data dari petugas dari Ditpam Batam di Jembatan Barelang, dalam setahun bisa mencapai 15 sampai 20 orang yang bunuh diri di jembatan ini. Astaga.

Rata-rata meninggal setelah meloncat dari atas Jembatan, dan yang selamat cuma segelintir. Tahun ini saja sedikitnya tiga orang yang mengakhiri hidupnya di Jembatan ini dengan cara serupa.

Setelah rampung dibangun, Jembatan Tengku Fisabilillah atau yang tersohor dikenal dengan nama Jembatan Satu Barelang ini, ternyata selain menjadi obyek wisata juga kerap dijadikan tempat favorit bagi orang yang ingin bunuh diri.

Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, pagar pembatas di jembatan ini mudah sekali dilewati dan dinaiki pengunjung. Sehingga orang yang berniat bunuh diri dengan mudah begitu saja melompat. Kondisi itu diperparah dengan lemahnya pengawasan dari instansi terkait. 

Sebenarnya Pemkot Batam sudah memberi garis merah dan pagar besi di pinggir jembatan ini untuk melarang siapa saja agar tidak manjat atau lewati garis merah itu. Namun tetap saja masih ada pengunjung yang duduk di luar pagar atau melewati garis merah itu. Jadi kemungkinan jatuh ke bawah sangat besar.

Bisa jadi juga, orang yang jatuh dan akhirnya tewas bukan karena sengaja berniat bunuh diri, melainkan pengunjung yang terpeleset akibat lalai menjaga keselamatannya, entah bercanda dan sebagainya saat berada di jembatan ini.

Solusinya, tentu saja Pemkot Batam atau pihat terkait menambah segi keamanan jembatan ini dengan memberi pagar yang lebih tinggi agar tidak dinaiki pengunjung.

Namun harus diperhatikan juga, sebaiknya pagar itu jangan sampai mengurangi keindahan jembatan ini atau menghalangi pengunjung yang ingin menyaksikan panorama dari atas jembatan.

Disamping itu harus ada pengawasan ketat dari petugas setempat dan tindakkan tegas bagi siapapun yang melanggar batas larangan. Jumlah petugas jaga pun harus diperbanyak, terlebih saat akhir pekan dan musim liburan seperti Lebaran dan tahun baru.

Keamanan merupakan faktor penting bagi keberadaan sebuah obyek wisata karena bisa mempengaruhi kunjungan wisatawan. Diminati atau tidak sebuah obyek wisata, faktor yang satu ini harus tetap diutamakan, mengingat keamanan merupakan salah satu unsur dari Sapta Pesona.

Jembatannya Habibie
Jembatan Barelang merupakan pilot project berteknologi tinggi yang melibatkan ratusan insinyur Indonesia, tanpa campur tangan dari tenaga ahli luar negeri.

Jembatan Barelang (singkatan dari BAtam, REmpang, dan gaLANG) adalah nama jembatan yang menghubungkan enam pulau dari sekian banyak pulau di perairan Kepri yakni Batam, Tonton, Nipah, Rempang, Galang, dan Galang Baru.

Pembangunan jembatan berstruktur lengkung ini menyedot anggaran Otorita Batam (OB) sebesar Rp 400 Miliar yang dibangun dalam masa enam tahun (1992 – 1998). Enam buah jembatan megah ini merupakan proyek vital sebagai penghubung jalur Trans Barelang yang membentang sepanjang 54 kilometer.

Masyarakat setempat banyak juga yang menamakan jembatan ini "Jembatan Habibie", karena dia yang memprakarsai pembangunan jembatan itu untuk menfasilitasi ketiga pulau tersebut yang akan dikembangkan sebagai wilayah industri di Kepri.

Jembatan Barelang terdiri dari enam (6) buah jembatan yang berfungsi sebagai jalan raya. Pertama, diberi nama Jembatan Tengku Fisabilillah (Jembatan I) yang merupakan jembatan yang terbesar yang sampai sekarang dijadikan ikon landmark Batam.

Jembatan II bernama Nara Singa, Jembatan III Raja Ali Haji, Jembatan IV Sultan Zainal Abidin, Jembatan V Tuanku Tambusai, dan Jembatan VI Barelang bernama Raja Kecik.

Jembatan I yang menghubungkan Batam dengan Tonton selesai pembangunannya tahun 1997. Panjang totalnya 385 meter dengan bentang lengkung sepanjang 245 meter berbahan material beton bertulang.

Sebagai obyek wisata, di Jembatan I Barelang ini tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti halaman khusus parkir kendaraan roda 4 dan 2 yang terletas di bagian atas sebelah kiri sebelum jembatan, jika dari Arah Kota Batam.

Selain parkiran juga ada lapangan. Di sekitar lapangan terdapat panggung terbuka, toilet, mushola, tempat sampah, gazebo tempat istirahat, dan plang bertuliskan BARELANG BRIDGE. Terlihat juga sebuah kotak saran.

Jelang sore dan malam hari, banyak pedagang makanan dan minuman ringan yang berjejer di pinggiran jembatan ini. Jajanan yang dijual cukup bervariasi. Ada rujak, es kelapa muda, otak-otak, jagung bakar, dan lainnya. Tapi yang paling menarik perhatian panganan kepiting goreng dan sate udang goreng, dan peyek.

Harganya cukup terjangkau, tiga peyek kacang Rp 10.000, satu sate udang Rp 5.000, dan satu kepiting goreng jumbo Rp 30.000, kalau yang sedang Rp 15.000.

Di kedua ujung jembatan ini juga terdapat deretan pedagang jagung bakar dan aneka minuman ringan merangkap kedai kopi.

Kehadiran sejumlah pedagang di Jembatan Barelang ini, semakin melengkapi kekhasan  Jembatan Barelang sebagai tujuan utama wisata di Batam.

Tak sulit mencapai jembatan indah ini. Lokasinya berjarak 20 Km dari pusat Kota Batam. Pengunjung yang datang ke Jembatan ini biasanya membawa kendaraan pribadi, motor ataupun mobil. Ada juga yang naik bus kota dari berbagai halte bus di Batam atau menyewa taksi.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP