. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 18 Mei 2016

BPNB Aceh Tur Sejarah dan Budaya ke Humbang Hasundutan Lewat LASEDA 2016

Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) menggelar Lawatan Sejarah Daerah (LASEDA) 2016 di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut) selama 4 hari mulai tanggal 22-25 Mei mendatang.

Acara LASEDA ke-14 ini selain diisi dengan diskusi yang menghadirkan beberapa narasumber berkompeten, juga ada lawatan atau tur ke objek-objek sejarah dan budaya yang ada di kampung halamannya Sisingamangaraja XII, Pahlawan Nasional asal Sumut.

Lawatan pertama LASEDA 2016 akan diadakan pada hari kedua, Senin (23/5). Usai sarapan dan persiapan perjalanan, para pesertanya yang terdiri atas 50 pelajar tingkat SMA dari Sumut dan Aceh termasuk guru pendamping dan intansi terkait akan mengunjungi objek Kompleks Istana Sisingamangaraja yang berlokasi di Bakkara.

Di sana peserta akan berdiskusi dengan narasumber lokal dan kemudian melakukan aksi bersih Istana Sisingamangaraja. Kompleks ini merupakan kediaman dari Sisingamangaraja I sampai XII.

Dalam buku panduan LASEDA 2016 dijelaskan bahwa dinasti Kerajaan Sisingamangaraja berdiri di Bakkara lebih kurang 1525-1907. Di dalam istana terdapat makam Makam Raja Sisingamaraja XI, Ruma Bolon, Ruma Parsaktian, Sopo Bolon, Bale Pasogit, dan Batu Siungkapungkapon.

Istana Raja Sisingamangaraja dibakar oleh pasukan Tuanku Rao tahun 1818 dan pasukan Belanda tahun 1878. Istana ini dibangun kembali oleh pemerintah dan masyarakat sejak tahun 1978.

Lawatan diteruskan ke Situs Taman Bumi Toba Tombak Sulu-Sulu. Di objek ini peserta juga akan berdiskusi dengan narasumber lapangan dengan tujuan mengenal perubahan alam dan sejarah kebudayaan setempat.

Situs Taman Bumi Toba Tombak Sulu-Sulu merupakan salah satu Taman Geopark Toba. Tombak Sulu-Sulu adalah tempat bertenunnya Boru Pasaribu, istri raja Bona ni Onan Sinambela.

Di tempat inilah dipercaya Boru pasaribu menerima wahyu dari Mula Jadi Nabolon bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang memiliki kesaktian dan kelak akan menjadi raja di tanah Batak.

Ketika bayi itu lahir, bumi bergetar sehingga diberi nama Raja Manguntal. Raja Manguntal inilah yang dinobatkan menjadi Sisingamangaraja I.

Lawatan berikutnya ke objek Mata Air Kehidupan Batak Aek Sipangolu, masih di wilayah Bakkara. Di sini peserta juga akan berdiskusi sejaraha kebudayaan dan sejarah alam dengan narasumber lokal.

Kisah terjadinya Aek Sipangolu adalah ketika Raja Sisingamangaraja I berhenti karena gajahnya sedang kehausan. Lalu sang raja, berdoa kepada Mula Jadi Nabolon dan menancapkan tongkatnya ke batu dan terjadilah mata air.

Mata air tersebut kemudian diyakini warga setempat dapat menyembuhkan berbagai penyakit sehingga dinamakan dinamakan Aek Sipangoulu yang berarti “air yang menghidupkan”.

Selepas istarahat, sholat, dan makan siang (ISHOMA) di Aek Sipangoulu, peserta meneruskan lawatan ke Kampung Tradisional Batak Lumban Manalu, Tipang.

Kampung Tipang merupakan salah satu destinasi wisata di Kecamatan Baktiraja. Tipang dikenal sebagai perkampungan tua dengan hamparan sawah yang indah.

Di perkampungan tradisional Lumban Manalu di Desa Tipang nuansa Batak di masa lalu tergambar jelas dari tata letak perumahan penduduk yang berdiri kukuh di antara lereng-lereng gunung yang curam yang dipagari dan diturapi dengan batu-batu. Rumah-rumah tradisional ini tetap berdiri kokoh walaupun terus digerus putaaran waktu dan musim.

Dari Desa Tipang, panorama di Danau Toba dengan pulau Simamora tampak jelas dari kampung ini. Masih di Desa Tipang, kemudian peserta akan melihat pesona Air Terjun Janji yang berketinggian 30 meter.

Air terjun ini dilengkapi dengan patung ikan mas raksasa. Panoramanya sangat indah dan menawan. Secara geologi air terjun ini terjadi akibat dari letusan Toba pada 74.000-an tahun yang lalu.

Daerah Bakkara di sekitar Air Terjun Janji memiliki panorama alam Danau Toba yang sangat indah.

Keesokan harinya, Selasa (24/5), selepas sarapan peserta akan berkunjung ke Pasar Kemenyan Dolok Sanggul untuk mengetahui komoditas Historis dari Humbang Hasundutan.

Kemenyan merupakan salah satu tanaman yang menjadikan daerah Humbang Hasundutan menjadi unik dan menarik, selain dengan kuliner ‘gulai’ kuda. Kemenyan disebut juga Frankincense, Olibanum, Salai guggal, atau Boswellia serrata.

Kemenyan ini tanaman getah (Styrax spp.) dari suku Styracaceae; terutama S. benzoin Dryand. dan S. paralelloneurus Perkins. Kemenyan dapat tumbuh dengan baik di hutan di Dolok Sanggul. Salah satu hasil pertanian yang paling terkenal di sna adalah haminjon atau istilah lokal untuk “kemenyan”.

Desa Huta Gurgur memiliki hutan kemenyan terluas di Dolok Sanggul, yang luasnya sampai ke Sampean, perbatasan Kecamatan Parlilitan. Selain kemenyan, ada juga kopi, padi, dan tanaman-tanaman palawija.

Petani kemenyan umumnya adalah kaum pria. Selain karena pohon kemenyan hanya tumbuh baik di dalam hutan, juga karena harus memanjat untuk memelihara (mangguris) dan mengambil getahnya. Biasanya kaum laki-laki jumlahnya 3-7 orang berkumpul dan bermalam di sopo dalam hutan. Hari Senin pagi berangkat membawa bekal. Hari Kamis sore mereka kembali membawa kemenyan, karena hari Jumat, adalah ‘hari pekan’ di Dolok Sanggul.


Lawatan selanjutnya ke pulau-pulau di seberang Bakkara. Selama ini orang hanya mengenal Pulau Samosir di tengah Danau Toba. Padahal masih ada sejumlah pulau lainnya antara lain Pulau Tao, Sibandang, Tulas, dan Pulau Tolping di berbagai kabupaten di sekeliling Danau Toba.

Di Humbang Hasundutan sendiri terdapat dua pulau lainnya yakni Pulau Simamora dan Pulau Sirungkungon.

Pulau-pulau berukuran mini tersebut tidak berpenghuni. Namun tak terbantahkan, keberadaan keduanya menambah keindahan panorama Danau Toba dari Desa Tipang dan satunya di sisi lain di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Menurut Kepala BPNB Aceh Irini Dewi Wanti, sebelum acara penutupan  LASEDA 2016 bertema "Merajut Simpul-Simpul Keindonesian di Humbang Hasundutan: Kekayaan Kisah Perjuangan, Sejarah, Alam, dan Kebudayaan" ini, para peserta akan melakukan penyusunan materi tugas kelompok berdasarkan hasil diskusi dan tur ke sejumlah objek sejarah dan budaya tersebut di atas.

“Setelah selesai, masing-masing kelompok wajib menyampaikan materi yang sudah dibuat berupa karya tulis. Nanti akan dipilih kelompok mana yang karya tulisnya paling baik,” jelas Rini.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: dok. buku panduan LASEDA 2016

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP