Welcome to Batam, Jadi Saksi Kisah Kasih Sejoli Ini
Sebelum bergerak ke Jembatan Balerang, sopir travel yang mengantarku menawarkan untuk singgah ke lokasi tulisan WELCOME TO BATAM. "Wisatawan yang ke Batam, pasti motret tulisan itu Om," katanya.
Tulisan yang dimaksud itu berada di sebuah bukit kecil berselimut pepohonan rimbun dan semak belukar. Nama bukitnya Bukit Clara, masih di daerah Batam Center, Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Tulisan bercat putih mirip tulisan Hollywood di negeri Paman Sam itu, menghadap langsung ke Terminal Feri Internasional Batam Center yang jaraknya sekitar 3 Km.
Tulisan itu berada di ketinggian 52 meter di atas permukaan laut (Mdpl), di lereng bagian atas Bukit Clara. Asal muasal bukit itu dinamakan Clara, konon dari nama seorang anak kecil Belanda yang meninggal di bukit itu pada jaman penjajahan dulu.
Panjang tulisan WELCOME TO BATAM dari huruf W sampai M yang ditulis dengan huruf kapital di bukit itu sekitar 120 meter. Khusus kedua huruf itu lebarnya sama-sama 10 meter, sedangkan huruf yang lainnya masing-masing berlebar 6 meter. Sementara tinggi semua hurufnya sama 10 meter.
Untuk menuju tulisan tersebut sudah ada jalan beraspal berukuran lebar 10 meter dan panjang 120 meter.
"Om enggak perlu ke bukit itu, cukup dari tempat yang biasa digunakan fotografer memotret wisatawan berlatar belakang tulisan itu," kata sopir itu. Dalam hati bilang: "Laiyalah masa laiyadong".
Mendengar penjelasan sopir, sepertiya dia paham betul lokasi tersebut. "Saya sering bawa tamu ke sini lho Om," ujarnya. “Nah betul kan,” kata hatiku lagi.
Tempat yang dimaksudnya itu ternyata bangunan mangkrak dua lantai yang tinggal pondasi-pondasi, tanpa dinding dan atap namun masih kokoh. "Bangunan ini sudah lama tak dibangun lagi sama pemiliknya. Kabarnya sih karena perijinannya bermasalah," kata si sopir. "Sok tahu dah," kata hati ini lagi.
Saat tiba di areal parkir bangunan itu, terlihat 2 orang fotografer tengah menunggu wisatawan yang ingin difoto. "Om mau difoto, cuma 20 ribu rupiah aja dapat selembar foto 10 R," kata salah satu fotografer.
Sewaktu melihat bangunan itu, usai memotret dari lantai dasar, aku segera mengayun kaki menaiki tangga ke lantai satu untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang lebih menarik.
Betul saja, dengan latar depan tiang-tiang bangunan menambah nilai artistik foto tulisan Welcome to Batam.
Beruntungnya lagi ada sepasang sejoli muda-mudi tengah asyik memadu kasih di tepi lantai satu, menghadap ke arah bukit bertuliskan Welcome to Batam.
"Hmmm.., kebetulan banget, tambah hidup pasti fotonya lantaran ada aktivitas manusia di sana," kata hati ini lagi.
Sewaktu tiba di lantai, gadis muda berhijab itu tengah menyandarkan kepalanya dibahu kanan kekasihnya.
"Enggak Om, bangunan ini memang sering jadi tempat memotret tulisan itu koq," tambah Arfan sambil menunjuk ke arah tulisan yang dimaksud.
"Biasanya tempat ini ramai pas wik'en, pagi dan jelang sore. Kalau siang begini sepi," aku Arfan. "Oh pantes kalian datang ke sini siang-siang," kataku lagi dalam hati.
Kedua anak manusia yang tengah menikmati manisnya cinta itu mengaku datang dari Batu Aji. "Lumayan jauh Om, satu jam ke sini naik sepeda motor," kata Arfan, sementara Reni diam saja.
Tertarik dengan keramahan Arfan, aku mendekati keduanya untuk menguak lebih jauh mengapa mereka memilih pacaran di tempat ini. "Ini salah satu tempat favorit kami. Kalau lagi senang, lagi ada masalah, pasti kami ke sini setelah Reni selesai kuliah," aku Arfan, sementara Reni cuma senyum kecil.
"Sekarang kalian lagi senang kan," tanyaku sedikit kepo. Tak disangka-sangka, Reni yang sedari tadi diam seribu basa, tiba-tiba bersuara. "Lagi sedih Om, ada masalah," akunya.
Kemudian tanpa ragu-ragu dia menceritakan hubungannya dengan Arfan selama 2 tahun lebih namun tak kunjung mengantongi restu orangtua Reni, lantaran Irfan bukan lulusan kuliah. Kata anak sekarang, mereka ini backstreet.
"Orangtua minta saya cari calon suami yang pendidikannya minimal sarjana dan sudah bekerja," terang Reni lagi, kali ini Arfan justru yang diam.
"Bagusnya gimana ya Om, kami saling cinta," lanjut Reni. Terus terang kaget juga mendengar Reni meminta saran.
"Waduh gimana ya. Susah juga, kalian saling cinta itu modal awal membina tumah tangga. Itu saja. Sekaramg jalani dan nikmati dulu aja. Rezeki dan jodoh itu sudah ada yang atur," jawabku.
"Makasi Om", kata Reni dan Arfan kompak secara bersamaan. "Nah, kalian kayaknya sejodoh, jawabnya bareng begitu," kataku seraya dibalas senyum sumringah Reni dan Arfan.
"Om pergi dulu ya mau motret ke arah belakang,," kataku. "Hati-hati Om," balas keduanya bareng lagi.
Usai ngobrol sejenak dengan keduanya, kaki bergegas ke arah belakang bangunan. Dari situ terlihat dengan jelas Masjid Raya Batam yang arsitekturnya mirip piramida dan ada juga sentuhan khas Melayu. Selain masjid itu terlihat juga Lapangan Engku Putri.
Puas memotret, kaki segera menuruni tangga. Sebelum turun, mata ini sempat melihat kedua sejoli muda itu. Reni kembali merebahkan kepalanya di bahu kanan Arfan.
Keduanya kembali sama-sama melihat tulisan Welcome to Batam, yang telah menjadi saksi bisu perjalanan asmara mereka dalam suka maupun duka. Sementara di atas bukit, langit Batam masih biru cerah berhias sekumpulan gumpalan asap putih, berarak perlahan terpencar-pencar. Seakan ikut memahami perasaan mereka berdua.
Mengapa tulisan Welcome to Bandung dibuat? Kadisparbud Kota Batam Yusfa Hendri disela-sela acara Pelatihan SDM Kepariwisataan yang diselenggarakan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Harris, Batam Center, Kamis (31/3) mengatakan tulisan Welcome to Batam merupakan landamark baru Kota Batam selain Jembatan Barelang yang sudah lebih dulu ada.
Proyek tulisan itu, lanjut Yusfa dikerjakan PT Hadi Lestari dengan dana sebesar Rp 472,4 juta yang dianggarkan dalam APBD Kota Batam melalui Dinas Tata Kota, saat dia masih menjabat Kabag Humas Pemkot Batam.
Tujuan pembuatan tulisan itu untuk memperkenalkan Kota Batam sekaligus mendukung Visit Batam 2010 serta sebagai ucapan selamat daatang kepada wisatwan dan tamu lainnya yang berkunjung ke Batam.
Sejak terpasang tahun 2010 lalu, tulisan itu menambah obyek wisata di Kota Batam karena banyak wisatawan baik itu lokal, wisnus maupun wisman yang datang ke lokasi ini untuk melihat dan memotret tulisan itu.
Dulu ada anggapan belum ke Batam kalau belum datang ke Barelang dan difoto dengan latar belakang jembatan tersohor itu. Nah, sekarang bertambah lagi anggapan baru, tidak lengkap ke kota yang terkenal dengan Sup Ikan dan Gonggong ini, kalau belum ke kaki Bukit Clara dan dipotret berlatarbelakang tulisan Welcome to Batam.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar