Antara Barelang, Kepiting Goreng, dan Peyek Udang
Jembatan Barelang masih menjadi ikon landmark wisata Batam. Tak berlebihan bila ada orang bilang belum lengkap kunjungan ke Bantam kalau belum ke jembatan yang menghubungkan 6 pulau dari sekian pulau di perairan Kepulauan Riau (Kepri) itu.
Mumpung ada waktu usai meliput kegiatan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan yang digelar Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Harris, Batam Center, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (31/3), saya dan beberapa rekan berkesempatan mengunjungi jembatan tersohor itu.
Dengan mobil travel dr hotel ke lokasi tak sampai satu jam. Hanya beberapa titik lalu-lintas (lalin-nya) agak padat terutama menjelang lampu merah di kota. Tapi setelah keluar kota lalinnya lancar, mobil leluasa melaju di jalan beraspal mulus dengan kontur naik turun.
Mobil travel tiba di parkiran atas sebelah kiri sebelum jembatan, jelang sore. Selain parkiran juga ada lapangan. Di sekitar lapangan terdapat panggung terbuka, toilet, musola, tempat sampah, gazebo tempat istirahat, dan plang bertuliskan BARELANG BRIDGE. Terlihat juga sebuah kotak saran.
Jelang sore dan malam hari di Jembatan Barelang yang dibangun pada 1992 oleh Jusuf Habibie sebagai pengembang Kota Batam melalui Otorita Batam ini, banyak pedagang makanan dan minuman ringan yang berjejer di pinggiran jembatan.
Jajanan yang dijual cukup bervariasi, ada rujak, es kelapa muda, otak-otak, jagung bakar, dan lainnya. Tapi yang paling menarik perhatian penganan kepiting goreng dan sate udang goreng, dan peyek.
Pedagang yang menjual tiga panganan ini lumayan banyak. Tapi karena
pengunjungnya banyak, dagangan mereka tetap laris, terutama akhr pekan dan liburan.
Udang goreng di jembatan yang menghubungkan 6 pulau dan namanya diambil dari singkatan nama Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang ini berbentuk sate. Udangnya digoreng dengan tepung lalu ditusuk satu per satu dengan lidi bambu. Satu tusuk berisi 6-7 udang goreng harganya Rp 5.000.
Menurutnya, udang dan kepiting itu di dapat dari perairan di sekitar bawah Jembatan Barelang.
Peyek yang dijual Siti ada dua jenis, peyek kacang dan peyek udang dengan harga Rp 10.000 untuk 3 peyek.
Ketiga panganan ini digemari pengunjung, karena rasanya gurih. "Saya berjualan dari pagi sampai lepas Maghrib,” terang Siti yang rumahnya berada di Sungai Panas sekitar 1 jam dari jembatan ini.
Ditambah suasananya. Sambil makan, pengunjung dapat bersantai seraya menikmati pemandangan indah dari atas jembatan, berupa hamparan laut dan beberapa pulau kecil lainnya yang dihubungkan dengan jembatan lain.
Kehadiran sejumlah pedagang di Jembatan Barelang ini, semakin melengkapi kekhasan Barelang sebagai tujuan utama wisata di Batam.
Tak sulit mencapai jembatan indah ini. Lokasinya berjarak 20 Km dari pusat Kota Batam. Anda dapat naik bus kota dari berbagai halte bus di Batam atau menyewa taksi.
Di kedua ujung jembatan ini juga terdapat deretan pedagang jagung bakar dan aneka minuman ringan.
Jembatan Barelang (Barelang Bridge) merupakan pilot project berteknologi tinggi yang melibatkan ratusan insinyur Indonesia, tanpa campur tangan dari tenaga ahli luar negeri.
Jembatan Barelang (singkatan dari BAtam, REmpang, dan gaLANG) adalah nama jembatan yang menghubungkan enam pulau darian sekian banyak pulau di perairan Kepri yakni Batam, Tonton, Nipah, Rempang, Galang, dan Galang Baru.
Pembangunan jembatan berstruktur lengkung ini menyedot anggaran Otorita Batam (OB) sebesar Rp 400 Miliar yang dibangun dalam masa enam tahun (1992 – 1998). Enam buah jembatan megah ini merupakan proyek vital sebagai penghubung jalur Trans Barelang yang membentang sepanjang 54 kilometer.
Masyarakat setempat banyak juga yang menamakan jembatan ini "Jembatan Habibie", karena dia yang memprakarsai pembangunan jembatan itu untuk menfasilitasi ketiga pulau tersebut yang dirancang untuk dikembangkan menjadi wilayah industri di Kepri.
Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan yang berfungsi sebagai jalan raya. Keenam buah Jembatan Barelang tersebut terdiri atas Jembatan Tengku Fisabilillah (jembatan I) yang merupakan jembatan yang terbesar yang sampai sekarang dijadikan ikon landmark Batam.
Jembatan II bernama Nara Singa, Jembatan III Raja Ali Haji, Jembatan IV Sultan Zainal Abidin, Jembatan V Tuanku Tambusai, dan Jembatan VI bernama Raja Kecik.
Jembatan utama yang menghubungkan Batam dengan Tonton selesai pembangunannya tahun 1907. Panjang totalnya 385 meter dengan bentang lengkung sepanjang 245 meter berbahan material beton bertulang.
Sebelum pulang, saya pun mengabadikan jembatan ini. Beberapa pengunjung yang tdak membawa kamera memanfaatkan jasa tukang foto di sana. Ada beberapa tukang foto resmi di sana yang berseragam. Sekali foto pengunjung dikenai biaya Rp 20.000 dan mendapat satu lembar foto ukuran 10 R.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar