Festival Wisata Budaya Religi Manaqib Bawa Berkah Buat Warga
Sebuah event terkait wisata dinilai sukses, bukan semata karena berhasil memperkenalkan budaya, mengangkat nama obyek wisata, dan menjaring wisatawan, pun sejatinya mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat lokal.
Festival budaya religi satu ini mampu menjaring ribuan pengunjung, bukan hanya dari daerah-daerah di Jawa Barat seperti Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Majalengka, Kuningan, Bogor, pun dari Jawa Tengah seperti Tegal, Pemalang, dan Cilacap. Bahkan dari Jakarta serta Sumatera antara lain dari Lampung dan Palembang.
Fani Ahmad pengunjung asal Palembang mengetahui event ini dari webblog dan media sosial (medsos). "Saya senang mendengar tauziah dan khidmad ilmiahnya serta zikir akbar di festival ini," kata Fani yang sudah ditalkin (ditanamkan) zikir oleh wakil talkin di Jogja dengan membaca kalimat tauhid Lailahailallah sebanyak 165 kali selama lebih kurang 10 menit durasinya.
Setelah ditalkin zikir dan menerapkannya, pria asal Jogja yang kini bekerja di Palembang, Sumsel ini mengaku hatinya lebih tenang dan ikhlas dengan apapun yang terjadi.
"Saya juga bisa menolong teman-teman saya yang resah menjalani kehidupan," ujar Fani yang sudah 3 kali mengikuti kegiatan manaqib di Ponpes Sirnarasa.
Lain lagi dengan Supriyanto dari Pemalang, Jawa Tengah. Dia mengetahui informasi festival ini dari wakil talkin di daerahnya. "Saya ke festival budaya religi ini tujuannya bertemu Abah Gaos, meminta nasihat dan mendengarkan ceramahnya, " terang Supriyanto yang datang bersama 2 rekannya dengan mengendarai 2 motor selama kurang lebih 4 jam.
Kunjungan petugas keamanan di PLN Pemalang ini kali ini merupakan yang ketiga kali. Namun entah kenapa Supriyanto merasa gemetar saat ingin bersalaman dengan Abah Gaos. "Saat bertemu tadi, Abah sempat bertanya singkat, kamu mau kawin lagi ya? Saya tak kuasa berbohong dan langsung menganggukkan kepala, " aku Supriyanto.
Bukti lain Festival Wisata Budaya Religi Manaqib tergolong sukses, kehadirannya memberi berkah bagi warga lokal dan sekitarnya.
Tedy misalnya, penjual beragam buku terkait Abah Gaos, tata cara Manaqib, dan lainnya di depan Ponpes Sirnarasa ini mengaku penjualannya meningkat tajam saat ada festival wisata religi ini.
"Kalau ada festival manaqib saya jualan 24 jam. Begitupun hari Jumat. Diluar itu buka sampai pukul 4 sore, "aku Tedy yang sudah berjualan sejak 2012.
Dagangannya yang laris diborong pengunjung festival ini antara lain buku Uquudul Jumaan berukuran saku Rp 5 ribu, buku Amaliyah Mursyid Rp 35 ribu, poster Abah Gaos tanpa bingkai Rp 10 ribu dengan bingkai Rp 50 ribu, kopiah Turki Rp 60 ribu, peci 40 ribu, ikat kepala Rp 30 ribu, jas 250 ribu-300 ribu, dan jaket Rp 200 ribu per item.
"Air mineral dalam kemasan botol merek Sirraya alias Sirnarasa-Suralaya juga banyak dicari jamaah. Harganya yang botol kecil Rp 2 ribu, sedang Rp 4 ribu, dan ukuran besar Rp 6 ribu. Air ini diambil dari mata air di kaki Gunung Sawal. Kejernihannya lebih unggul dibanding air mineral merek lain," pamer Tedy.
Berkah serupa juga dialami Ena, pedagang warung makan di depan Ponpes Sirnarasa. Ibu dua anak ini mengaku mendapat keuntungan berlipat saat ada Festival Wisata Budaya Religi Manaqib.
"Kalau ada festival saya buka warung makan ini non stop 24 jam. Kalau hari biasa, buka sampai pukul 11 malam," aku Ena yang sudah 15 tahun berjualan di tempat itu.
Menu yang paling laris dibeli pengunjung saat festival ini antara lain nasi rames, mie rebus, bermacam gorengan seperti cireng, aneka kopi, teh, pulsa, dan rokok.
Begitupun dengan Ratna yang semula berjualan bakso dan es kelapa dari tahun 2012, sejak ada festival budaya religi ini juga membuka warung kelontong di depan rumahnya, tak jauh dari Ponpes. "Alhamdulillah kalau ada festival dagangan saya jadi lebih laris terutama mi rebus, bala-bala, makanan kecil, kopi, teh manis, rokok, dan bakso," aku Ratna.
Berkah rezeki juga didapat oleh beberapa warga yang rumahnya dijadikan homestay di sekitar Ponpes Sirnarasa. Yayat, salah satunya mengaku mendapat keuntungan lebih terutama saat Festival Wisata Budaya Religi Manaqib.
"Saya tidak mematok harga, tamu yang menginap bisa memberi seikhlasnya. Kami juga menyediakan makan dan minum serta makanan kecil seadanya," aku Yayat yang juga merangkap Ketua RT setempat.
Kegiatan manaqib di Ponpes Sirnarasa berlangsung setiap bulan. Namun yang mendapat dukungan dari Kemenpar menjadi Festival Wisata Budaya Religi Manaqib pada manaqib-manaqib tertentu saja.
Sesuai kalender manaqib 2016, kegiatan religi Islami dua bulan ke depan ini akan kembali berlangsung pada tanggal 18 April dan 17 Mei mendatang.
Selain di Ponpes Sirnarasa, manaqib juga rutin digelar di Masjid Al-Hidayah di Dusun Cimuncang, Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan setiap bulannya.
Asdep Segmen Pasar Personal, DBP3N, Kemenpar Raseno Arya di kesempatan lain menjelaskan bahwa di kota lain seperti Jakarta kegiatan festival wisata budaya manaqib juga mendapat dukungan dari Kemenpar antara lain di Masjid Istiqlal Jakarta yang diadakan setiap 6 bulan sekali dengan label kegiatan Wisata Religi Zikir Nasional Manaqib Qubro.
Sedangkan di Banten digelar setiap 3 bulan sekali, dan untuk penyelenggaraan tanggal 10 April 2016 mendatang juga mendapat dukungan dari Kemenpar dengan nama kegiatan Wisata Budaya Religi Banten Berzikir Bersalawat dan Manaqib.
"Sama seperti harapan penyelenggara dan warga lokal, festival wisata budaya religi di tempat-tempat lain yang didukung Kemenpar juga diharapkan sesukses festival lainnnya yang sudah lebih dulu ada,," kata Raseno.
Festival wisata budaya religi tersebut, lanjut Raseno diharapkan bukan hanya berhasil memperkenalkan branding pariwisata nusantara Pesona Indonesia, pun mempopulerkan obyek wisata dan budayanya.
Disamping itu mampu menjaring pengunjung dari berbagai daerah, dan ujungnya harus dapat meningkatkan perekonomian warga lokal dari hasil penjualan kuliner, kerajinan tangan, penyewaan kendaraan, penginapan, dan lainnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar