. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 11 Februari 2016

Serunya Naik KRI Makassar 590 dari Surabaya ke Lombok

KRI Makassar bernomor 590 yang bertengger di tepian Pangkalan Komando Armada RI Kawasan Timur TNI Angkatan Laut, Ujung Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/2/) pagi itu benar-benar menjadi pusat perhatian. Sejumlah peserta Sail of Journalist 2016 yang didominasi wartawan, mengabadikannya dan tak ketinggalan berfoto berlatarbelakang kapal perang buatan Korea Selatan tahun 2005 itu. Kapal yang kemudian diresmikan sebagai KRI Makassar 590 tahun 2007 inilah yang membawa rombongan melintasi Laut Jawa dan beberapa selat dari Surabaya menuju Lombok selama 24 jam. 

“Mas tolong fotoin aku dong, belakangnya kelihatan KRI Makassar-nya yah,” pinta Lina, wartawati salah satu koran lokal di Jakarta yang ikut acara tersebut. Tak lama kemudian jurnalis dari media lainnya Arifin, Laras, dan Inda meminta hal yang sama.

Sejumlah wartawan lainnya, usai antre mengisi registrasi dan mendapatkan topi berwarna hitam dengan tulisan KRI Makassar 590 berwarna kuning, pun melakukan hal serupa, bahkan selfie di depan kapal perang jenis LPD atau Landing Platform Dock itu.

Salah satu yang menarik dari pejalanan Sail of Journalist ini, peserta diperbolehkan masuk ke nahkoda kapal. Selain memotret kemudi dan perlengkapannya, penumpang juga bisa berbincang dengan sang nahkoda dan para asistennya.

Berdasarkan data penumpang yang tertera white board, ada 209 orang yang ikut dalam Sail of Journalist. Sebagian besar mereka adalah para awak media baik itu wartawan tulis dari media online, cetak, dan radio, fotografer, reporter TV, dan cameraman, baik dari Jakarta, Bali, Lombok, dan daerah lainnya.

Dalam rombongan tersebut juga ada Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Farouk Muhammad, dan sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat dan daerah.

Saat pembagian kamar, banyak peserta yang namanya tidak terdaftar. “Bapak dan ibu tak usah khawatir, kamar di kapal ini jumlahnya lebih dari cukup.Yang belum dapat kamar bisa ke Dek H buat peserta laki-laki sedangkan peserta perempuan di Dek G,” kata seorang anggota Angkatan Laut yang bertugas membagikan kamar peserta.

Setelah pembagian kamar beres, KRI Makassar 590 belum juga bertolak. Kesempatan itupun digunakan peserta untuk mengabadikan setiap sudut kapal ini, termasuk ke bagian paling atas.

Di sana, penulis sempat bertemu dan berbincang dengan beberapa anggota TNI AL yang bertugas di kapal ini, ada Heri, Akbar, dan Aucklandia. Ketika ditanya apa yang mereka rindukan setiap kali berlayar lama dengan KRI Makassar ini, jawabannya hampir sama, kangen dengan daratan. Tepat pukul 10.30 WIB, KRI Makassar 590 meninggalkan dermaga pangkalan, bergerak perlahan mengitari Pulau Madura.


Travelplusindonesia sendiri mendapatkan kamar tidur di Dek H 02, Letaknya di bawah geladak.

Di dalam dek tersebut, sudah ada beberapa jurnalis dari Lombok yang ikut kegiatan ini. “Kami dari Lombok ada 25 jurnalis. Dari kemarin (Kamis, 4/2) tiba di Surabaya dan bermalam di wisma TNI AL, lalu bareng jurnalis lainnya ikut naik KRI Makassar ini ke Lombok,” kata Iman salah satu kuli tinta dari Lombok.

Di dalam dek ada 8 deretan tempat tidur bersusun seperti di rumah panti asuhan. Bedanya tempat tidur di Dek KRI Makassar ini lebih kokoh dari besi, begitupun dengan tangganya. Setiap tempat tidurnya ada 3 susun, masing-masing susun ada 2 kasur bersprei katun putih lengkap dengan bantal. Jadi di dek tersebut menampung 48 orang.

Kendati sempit, namun seluruh kamar dan ruangan sudah ber-AC dari sentralnya serta dilengkapi lampu, charger, dan juga laci untuk menyimpang barang. Di dekat pintu masuk, juga ada gantungan baju dan di bawahnya disediakan tempat sampah.

Letkol Laut (P) Elmondo Samuel Sianipar, sang komandan KRI Makassar 590 menjelaskan profil kapal yang dikomandaninya. “Kapal ini berbobot bersih 2.800 ton. Tingginya 11,3 meter, lebar 22 meter, dan panjangnya 125 meter,” jelasnya seraya menambahkan bawah kapal ini mempu mengangkut 600 penumpang termasuk juga awak kapal serta 3 helikopter, 15 truk, dan 22 kendaraan tempur. 

Menurut Elmondo yang berdarah Batak ini, KRI Makassar 590 sudah mengarungi hampir seluruh perairan di Indonesia. Kapal ini, lanjutnya difungsikan untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.

“Tahun 2014 kapal ini mengangkut pemudik Lebaran dengan rute Jakarta-Semarang-Surabaya. Tahun 2105 mengangkut arus balik pemudik dari Surabaya ke Jakarta selama 2 hari sebanyak 720 penumpang secara gratis,” terang Elmondo seraya menambahkan KRI Makassar 590 juga pernah membawa 520 anggota pramuka untuk acara Sail Tomini 2015 yang berlayar dari Jakarta ke Teluk Tomini selama 44 hari.

Ada 4 departemen di KRI Makassar ini yakni departemen operasi, bahari, mesin, dan logistik. “Masing-masing departemen memiliki beberapa sub lagi,” jelasnya lagi.

Selama berada di kapal ini, sambung Elmondo penumpangnya dilarang keras membuang sampah sembarangan apalagi membuangnya ke laut. “Pelayaran dengan KRI Makassar ini bebas sampah. Kami sudah sediakan tempat-tempat sampah di beberapa sudut, termasuk di setiap dek,” ujarnya.

Penumpang juga dilarang merokok di sembarang tempat. “Ada tempat-tempat khusus untuk merokok. Tapi ingat puntungnya tidak boleh dibuang ke laut,” pesannya.

Setiap dek juga dilengkapi tempat makan. Di setiap ruang makan ada deretan bangku dan meja serta ruang khusus untuk tempat menyajikan nasi dan aneka lauk-pauk.

Jadwal makan siang peserta Sail of Journalist pada hari pertama di kapal ini agak telat, hampir dua jam selepas Shalat Jum’at. Penyebabnya para petugas masak di kapal ini juga diminta untuk membantu rekannya yang lain mengurus persiapan pemberangkatan tadi, sehingga waktu mereka untuk memasak jadi terlambat. 

Menu yang disajikan siang itu seperti menu rumahan, ada tumis toge, tempe goreng, ayam goreng, sambal, dan buah semangka sebagai penutup serta air putih mineral dalam kemasan gelas. “Sebelumnya kami minta maaf, atas keterlambatan makan siang hari ini. Kami akan tegur petugasnya agar berikutnya tidak terlambat lagi, “ kata Elmondo.

Di setiap dek di KRI Makassar 590 juga tersedia kamar mandi umum dan toilet yang letaknya berdekatan tapi terpisah. Air di kamar mandi ada air dingin dan air panas berikut beberapa shower-nya. Di setiap kamar mandi juga ada cermin dan mesin cuci.

Salah satu lokasi favorit peserta Sail of Journalist berkumpul adalah di landasan helikopter. Siang itu, ada sebuah helikopter yang diparkir di tengah-tengah landasan beralaskan rajutan tambang. Sejumlah peserta kembali beraksi narsis, mengabadikan gambar dan ber-selfie-ria berlatar helikopter tersebut. Di bagian dalam sebelum landasan digunakan untuk Shalat Jumat dan shalat wajib lainnya.

Malam harinya tempat tersebut digunakan untuk hiburan band yang dimainkan para anggota TNI AL yang bertugas di kapal ini. Beberapa peserta ikut unjuk gigi, bernyanyi. Malam berikutnya digunakan untuk lomba stand up comedy. Sang Komandan Elmondo ikut menjadi peserta adu melawak sendiri itu.

Di geladak F khusus untuk perwira, terdapat lounge perwira yang dilengkapi dengan televisi layar besar dan seperangkat audio bersuara prima.

Di tempat itulah beberapa diskusi digelar seperti diskusi Kemaritiman dengan tema "Membedah Posisi Indonesia dalam Persaingan Maritim dunia" dengan narasumber Rudiantara, Farouk Mohammad, dan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang menyusul KRI Makassar dengan helikopter.

Menurut Panglima TNI saya sengaja menyusul setelah tahu ada rombongan wartawan di kapal ini. “Saya ingin jurnalis paham tentang kemaritiman dan dapat berperan aktif dalam membangun Indonesia dengan tulisan-tulisan yang mencerahkan bangsa,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Di tempat yang sama dilanjutkan dengan worrkshop penulisan bertema wisata bahari dengan narasumber Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu M Faozal dan Staf Khusus Menpar Laksamana (Purn) TNI Marsetio serta praktisi media Iman Brotoseno. 

Esok paginya, setelah sarapan dan disusul olahraga bela diri di landasan, peserta Sail of Journalist  mengikuti diskusi “Perkembangan Pelaksanaan Kompetensi Wartawan” dengan narasumber Ketum PWI Pusat Margiono dan dan Usman Yatim dari Sekolah Jurnalis Indonesia. 

Diskusi belum saja berakhir, tiba-tiba bagian komunikasi KRI Makassar 590 mengumumkan lewat pengeras suara agar peserta Sail of Journalist segera berkemas dan menuju ke bagian dek kapal untuk berpindah ke kapal pengangkut menuju Pelabuhan Lembar di Kabupaten Lombok Barat, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Sebelum ke kapal pengangkut, setiap peserta dibagikan pelampung penyelamat berwara oranye dan kantong berwarna ungu bertuliskan Wonderful Indonesia yang berisi kaos dan topi berwarna putih. 

Menurut Elmondo, penumpang diangkut dengan dua kapal kecil ini karena KRI Makassar 590  tidak bisa merapat di Pelabuhan Lembar lantaran perairannya dangkal. 

“Sebelumnya para petugas di kapal serta beberapa perlengkapan juga diangkut dengan kapal pengangkut yang lebih kecil. Cuma sekitar 15 menit saja dari kapal ini ke Pelabuhan Lembar,” terangnya. 

Lambat laut, kapal pengangkut yang membawa peserat Sail of Journalist menjauhi KRI Makassar 590. Sejumlah peserta melambaikan tangan. “Bye-bye KRI Makassar, sampai bertemu lagi dilain kesempatan,” teriak salah seorang peserta. 

Akhirnya peserta Sail of Journalist tiba di bumi Lombok yang tahun lalu diganjar dua penghargaan tingkat internasional sebagai destinasi wisata halal dan destinasi bulan madu terbaik dunia. Di tepian dermaga, para pemain Gendang Beleq dan penari menyambut rombongan. 

Peserta kemudian menuju tenda putih yang sudah disiapkan. Di sana sudah menanti Bupati Lombok Barat dan jajarannya. Kemudian seluruh peserta menikmati aneka makanan khas Sasak, suku asli yang mendiami Lombok yang berpredikat Pulau Seribu Masjid ini. Kuliner tradisionalnya Sate Bulayak, Bebalung, dan lainnya.

Udara panas ditambah menu yang serba pedas, membuat keringat sejumlah peserta bercucuran. "Ah masakan khas Lombok memang sesuai namanya, doyan pakai lombok atau cabe jadi pedas menyengat tapi nikmatnya luar biasa,” kata salah seorang peserta seraya menyapu keringat di dahinya. 

Sail of Journalist merupakan salah satu dari serangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2016 yang puncak acaranya berlangsung di Pantai Kuta, Lombok Tengah, Selasa (9/2). 

Sayangnya dalam kegiatan Sail of Journalist, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tidak hadir, dan tidak juga diwakili salah satu Eselon I Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Padahal tema HPN tahun ini berkaitan juga dengan pariwisata tepatnya “Pers Merdeka Mendorong Poros Maritim dan Pariwisata Nusantara”.

Alhasil ratusan wartawan yang ikut, hanya mewawancari narasumber yang ada di kapal tersebut, kemudian menulis dan menyebarluaskannya. Andai saja Arief Yahya ataupun Eselon I Kemenpar ada, pasti pemberitaan terkait peran Kemenpar dalam Sail of Journalist maupun HPN 2016 akan terekspos juga. 

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com) 

Captions: 
1. KRI Makassar 590 yang mengangkut peserta Sail of Journalist 2016 
2. Suasana ruangan nahkoda KRI Makassar 590
3. Para peserta Sail of Journalist 2016
4. Diskusi di dalam KRI Makassar 590 
5. Sang komandan KRI Makassar 590 Elmondo Samuel Sianipar 
6. Menu makan siang hari pertama di KRI Makassar 590 
7. Mengawasi pengakutan petugas dan peserta dari KRI Makassar 590 ke dermaga Pelabuhan Lembar, Lombak Barat 
8. Peserta Sail of Journalist 2016 disambut para pemain Gendang Beleq di pelambuhan Lembar, Lombok Barat.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP