. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 28 Januari 2016

Inilah Penyebab Pariwisata Indonesia Sulit Kejar Malaysia, Thailand & Singapura

Tiga negara rival utama pariwisata Indonesia bukan negara yang jauh, melainkan negara tetangga terutama Malaysia, Thailand, dan Singapura. Selama rentang lima tahun terakhir, 2011-2015 harus diakui Indonesia sulit mengejar ketiganya. Salah satu faktor penyebabnya karena mereka kerap melakukan kecurangan dan sayangnya Indonesia diam saja.

Demikian disampaikan Menpar Arief Yahya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata 2016 di Ballroom Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Selasa (26/1). “Mereka sering curang dan kita diam saja," kata Mantan Dirut PT Telkom ini tanpa merinci lebih detil apa kecurangan yang dimaksud. 

Faktor lainnya, kata Arief Yahya branding Indonesia masih kalah jauh dari tiga negara tersebut. Oleh karena itu, selama kepemimpinnya di Kemenpar, pihaknya akan lebih banyak menganggarkan biaya untuk branding namun tetap mengalokasikan dana untuk advertising dan selling. "Setiap kenaikan 10 persen dari country branding, akan menaikkan 11 persen dari destinasi," terang Individual Achiever 2015 sebagai The Best Achiever Minister in 100 Days ini.

Bukti Indonesia sulit mengejar ketiganya terlihat dari perolehan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Pada 2011, jumlah kedatangan wisman Indonesia sekitar 7,6 juta orang, sedangkan Malaysia sudah mencapai 24,7 juta wisman, Thailand 19,2 juta wisman, dan Singapura 13,1 juta wisman. Pada 2015, wisman ke Indonesia baru mencapai 10 juta orang, sedangkan Malaysia sudah 29,2 juta wisman, Thailand 29,7 juta wisman, dan Singapura 16,1 juta wisman.

Berdasarkan pengamatan Travelplusindonesia, ada faktor lain yakni Indonesia terlalu mengandalkan wisata budaya (60%) dan alam (35 %), sementara objek buatan manusia hanya 5%. Sedangkan Malaysia, Thailand, dan terlebih Singapura lebih mengandalkan wisata buatannya yang dibuat spektakuler berkelas dunia dan dipromosikannya juga tidak tanggung-tangung. Maklum sumber wisata alam dan budaya Singapura amat terbatas.

Lain lagi dengan Malaysia, selain mengandalkan wisata alam dan buatan, negara Islami pemilik Menara Kembar Petronas ini juga memperbolehkan wisata judi di Genting Highland yang bertaraf internasional, yang berhasil menjaring wisatawan kaya penggila judi asal Singapura maupun Indonesia dan dari sejumlah negara lainnya.

Lebih nekat lagi dengan Thailand. Bukan rahasia lagi selain wisata alam dan budaya, Negeri Gajah Putih ini juga menghalalkan wisata seks sebagai pemikat utama mereka menjaring wisman, terutama di Patpong salah satu lokasi red-district paling besar di Kota Bangkok serta sederet “ping ping”, yakni rumah spa yang di dalamnya penuh dengan PSK. Industri seks di Thailand mulai tumbuh berkembang saat terjadi Perang Vietnam beberapa tahun lalu.

Wisata seks juga diam-diam juga tumbuh pesat di Singapura dan Malaysia, meskipun tak seterang-terangan Thailand. Di Singapura, kawasan red-district-nya ada di Geylang yang juga mrupakan salah satu lokasi yang menawarkan banyak penginapan murah buat para backpacker.

Walaupun dinyatakan ilegal karena tidak sesuai dengan ajaran agama, akan tetapi bukan berarti wisata seks tidak ada di Malaysia. Red-district kelas menengah ke bawah di Kuala Lumpur ada di daerah Chow Kit, sedangkan red-district kelas atasnya di Bukit Bintang dimana terdapat sejumlah clubdan diskotik level atas yang menyediakan para wanita penjual seks.

Di beberapa tempat seperti Penang dan Ipoh juga ada ajang prostitusi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan industri ini semakin bertambah besar sejak banyaknya para pekerja seks dari berbagai negara datang ke Malaysia, termasuk dari PSK dari Indonesia.

Indonesia memang tak perlu mengikuti Malaysia yang menjadi salah satu negara destinasi judi, apalagi seperti Thailand yang sejak lama melegalkan wisata seks-nya dan menjadikan negaranya sebagai salah satu destinasi seks dunia.

Mungkin yang bisa dilakukan Indonesia selain memperkuat dan mengoptimalkan wisata alam dan budayanya yang tidak dimiliki Singapura, Malaysia dan Singapura, juga harus serius menggarap wisata buatan yang berbeda (bukan judi, bukan pula seks) namun tampilan dan kemasannya luar biasa, kemudian dipromosikan secara global.

Jika itu dilakukan, Indonesia bukan hanya mampu menjaring "ikan" dari kolam-kolam milik tetangga,, pun wisman yang datang langsung.

Naskah : adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: Rudi GHumas kemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP