. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 10 Oktober 2015

Toni Kenalkan Curug Dendeng, Waruwu Banggakan Pulau Asuh

Acara Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata 2015 bertema “Menjadikan Halal Tourism sebagai Produk Unggulan Pariwisata Indonesia” yang digelar Biro Hukum dan Komunikasi Publik (HKP), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selama 4 hari di Kabupaten Bogor (6-9/10), pun dimanfaatkan para pesertanya dari berbagai dinas pariwisata daerah sebagai ajang promosi potensi wisatanya masing-masing. 

Toni yang menjabat sebagai Kasi Wisata Disbudpar Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat misalnya membanggakan Curug Dendeng yang disebutnya bak sepenggal surga, sementara Yamonaha Waruwu selaku Kadisbudpar, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara membanggakan Pulau Asuh yang katanya tetap digandrungi para peselancar profesional dari mancanegara untuk berselancar (surfing). 

Baik Toni maupun Waruwu, sama-sama menyampaikan daya pikat potensi wisata daerahnya berikut kesan dan pesan mereka selama mengikuti acara ini, usai diminta penulis di dalam bis pariwisata yang tengah melaju santai, membawa rombongan peserta menuju ke objek wisata belanja SKI Tas Tajur Katulampa di Kota Bogor. 

Toni yang gemar menyanyi lagu-lagu lawas milik band legendaris Koes Plus ini sebelumnya juga sudah memperkenalkan Curug Dendeng, ketika dia bertanya dalam sesi tanya jawab acara Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata 2015 di salah satu meeting room Villa Lembur Pancawati. 

Menurutnya Curug Dendeng yang terletak di Kampung Caringin, Desa Cikawung, Kecamatan Cipatujah menawarkan panorama curug bertingkat-tingkat bak sepotong surga. “Untuk mencapai curug yang berjarak 90 Km atau sekitar 3 jam dari pusat Kota Tasikmalaya ini dengan kendaraan pribadi, karena belum ada angkutan umum sampai lokasi. Selanjutnya, pengunjung masih harus trekking selama 30 menit melewati perkebunan,” terangnya. 

Masih di kecamatan yang sama, lanjut Toni ada Pantai Cipatujah yang amat luas dan konon kabarnya, garis pantainya terluas di pesisir Pantai Selatan. Untuk sampai ke pantai favorit yang berada di Desa Cipatujah dan berjarak sekitar 74 Km dari pusat Kota Tasikmalaya ini, pengunjungnya bisa mengunakan kendaraan roda empat. “Di pantainya sudah dilengkapi dengan bermacam fasilitas antara lain gazebo, penginapan, dan warung makan,” tambahnya. 

Toni menyebut satu objek andalan Kabupaten Tasikmalaya lainnya yakni Gunung Galunggung yang gerbang masuknya berada di Kecamatan Sukaratu, sekitar 17 Km dari pusat kota. Gunung aktif berketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan pernah meletus hebat beberapa tahun silam ini, sambungnya beberapa tahun belakangan ini sudah menjadi kawasan wisata seperti halnya Gunung Tangkuban Perahu yang ada di Kabupaten Bandung. “Untuk mencapai puncak kawah Gunung Galunggung sudah ada jalan berundak sebanyak 620 anak tangga,” jelas Toni lagi. 

Berikutnya giliran Waruwu mempromosikan potensi wisata baharinya terutama Pulau Asuh yang mulai menjadi kawasan wisata sejak tahun 1980-an, saat peselancar asal Belgia bernama Patric dan Nicholas menemukan ombak besar di pulau tersebut. Dua orang itu kemudian bekerjasama dengan penduduk lokal mendirikan penginapan dan mempromosikan Pulau Asuh. 

Selanjutnya, orang Australia juga bermitradengan penduduk lokal membangun penginapan dan kemudian tumbuh beberapa penginapan lainnya yang dimiliki warga setempat. 

Pulau Asuh, lanjur Waruwu lebih dikenal dengan sebutan Pulau Asu, tanpa huruf “H”, karena Bahasa Nias tak mengenal huruf mati, sehingga jika diucapkan orang Nias terdengar seperti Asu. “Perairan di Pulau Asuh ombaknya besar-besar dengan tinggi sekitar 8 hingga 10 meter. Disarankan peselancar profesional saja yang bisa berselancar di sini,” ujar Waruwu. 

Selain sebagai lokasi favorit pengujung untuk surfing, diving, dan snorkeling, beberapa tahun terakhir Pulau Asuh juga diminati para mancing mania yang datang dari Medan, Jakarta, bahkan Singapura untuk memancing ikan. “Ada banyak jenis ikan di seputar Pulau Asuh seperti ikan layar, tenggiri, kakap, tongkol, dan juga ikan lokal yang disebut penduduk ikan nanas merah dan ikan jarang gigi,” terangnya. 

Di Pulau Asuh, lanjut Waruwu juga terdapat beberapa penginan bungalow yang harganya bervariasi mulai dari Rp 200.000 per hari untuk satu bungalow. “Kalau lagi musim surfing, pengunjung yang ingin datang ke Pulau Asuh sebaiknya booking penginapan terlebih dulu, karena biasanya full,” imbaunya.

Selain Toni dan Waruwu, beberapa peserta lainnya juga tak mau ketinggalan mempromosikan potesi wisata daerahnya. Sekdisbudpar Kota Pariaman, Sumatera Barat Jefreki misalnya memperkenalkan Pesta Tabuik sebagai event budaya andalan Kota Pariaman.

Pesta Tabuik, lanjut Jefreki merupakan pesta tahunan untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Husain pada tahun 61 H atau 681 Masehi.

“Dalam perayaan ini masyarakat setempat menggotong dua buah Tabuik atau keranda setinggi 13 hingga 15 meter, yang masing-masing diangkat oleh 20 lelaki. Mereka menggoyang-goyang, memutar-mutar, dan mengarak tabuik dari pusat kota menuju pantai,” terang Jefreki. 

Tahun 2015 ini, Pesta Tabuik akan digelar mulai dari tanggal 14 Oktober s/d 25 Oktober. Seperti biasa bakal ada beberapa prosesi ritual tabuik yang bakal digelar mulai dari maambiak tanah, manabang pisang, maradai, maatam, maarak jari-jari, maarak sorban, tabuik naik pangkat, dan di puncak acara hoyak tabuik dan tabuik di buang ke laut.

Jefreki juga memperkenalkan objek wisata baharinya yang tengah diminati wisatawan lokal maupun Nusantara yakni Pulau Angso Duo. Kata dia, pengunjung yang ingin ke pulau tersebut, bisa melalui Pantai Gandoriah dengan perahu motor selama 10-15 menit, biayanya Rp 35.000 per orang pergi-pulang.

“Di Pulau Angsa Duo ada makam berusia ratusan tahun sepanjang empat meter yang sering dikunjungi wisatawan untuk berziarah. Pengunjung biasanya berjalan kaki mengitari pulau berpantai pasir putih yang halus ini atau ke tengah pulau yang didominasi vegetasi hutan dengan jenis pohon seperti aru dan kelapa,” ujar Jefreki seraya menambahkan Kota Pariaman berjarak sekitar 56 Km dari Kota Padang atau 25 Km dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

Peserta lainnya, Galih staff Disbudpar Kabupaten Pangandaran menginformasikan dalam waktu dekat. tepatnya mulai tanggal 16 Oktober 2015, di daerahnya juga akan berlangsung Festival Green Canyon yang disemarakkan dengan berbagai lomba seperti lomba fotografi dan juga carnaval. “Green Canyon masih jadi objek wisata andalan Pangandaran selain Pantai Pangandaran dengan Taman Wisata Alam Pananjung, dan lainnya,” kata Galih. 

Peserta perempuan juga tak mau kalah. Neneng selaku, Kasi Bina Usaha, Disbudpar Kabupaten Cianjur justru menjadi pelopor para peserta mempromosikan daerahnya di dalam bis itu. Dia memperkenalkan Gunung Padang, Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), dan kawasan puncak Cipanas yang berhasil menjaring satu juta wisman asal Timur Tengah terutama dari Arab Saudi per tahunnya.

Begitupun dengan Murti dari Staff Disbudpar DKI Jakarta yang bertugas di Anjungan DKI Jakarta TMII. Perempuan lincah dan ramah hingga mendapat julukan 'Putri Persahabatan' ini bahkan mengajak peserta lainnya untuk berkunjung ke Anjungan DKI Jakarta di TMII. "Nanti bakal dihibur tanjidor dan gamang kromong lho say..,” ujarnya. 

Berikutnya Mus Moha, Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Boalemo, Gorontalo menjelaskan bahwa daerahnya yang terletak di Teluk Tomini tengah melakukan mapping atau pemetaan spot-spot diving. “Kami bekerjasama dengan penyelam profesional ternama yang akan mendata semua spot diving di perairan Boalemo, kemudiaan baru dibuat paket wisatanya,” jelas Moha seraya menambahkan daerahnya baru saja menggelar acara Festival Boalemo untuk kali pertama yang dibuka oleh Menteri Puan Maharani. 

Mus Moha juga sempat memberikan saran agar biaya transportasi pergi pulang setiap peserta Disbudpar daerah yang diundang, ditanggung panitia. "Saya yakin teman-teman daerah ingin sekali ikut acara ini tapi mungkin karena keterbatasan dana, mereka jadi  tak bisa berangkat," ungkapnya.

Lampung yang sebenarnya diwakili Deddy, enggan mempromosikan potensi daerahnya, akhirnya penulis membantu memperkenalkan destinasi Lampung yang memiliki ikon wisata alam Gunung Krakatau dengan Festival Krakatau-nya yang digelar setiap tahun dan Menara Siger sebagai landmark-nya. 

Lampung juga memiliki objek wisata bahari yang tengah naik daun seperti Teluk Kiluan untuk melihat lumba-luba di habitatnya, Tanjung Setia lokasi tersohor untuk surfing, dan Kepulauan Pahawang yang belakangan ini sukses membetot perhatian wisnus terutama dari Jakarta untuk snorkeling dan lainnya. Tak ketinggalan Way Kambas yang terkenal dengan sekolah gajahnya serta panganan kripik pisang aneka rasa sebagai buah tangan sepulang berwisata dari Lampung. 

Lain halnya dengan Buton, Rusdi Nudi staff Disbudpar-nya selain memperkenalkan objek wisata andalan Buton yakni Hutan Lambusango yang menjadi salah satu paru-paru dunia dan keindahan bawah lautnya yang tak kalah dengan Wakatobi, juga menyebut soal Festival Budaya Tua Buton yang digelar setiap tahun. 'Budaya tua Buton masih hidup dan dilakukan masyarakat Buton antara lain pekande-kandea, pedole-dole, dan posuo," jelasnya.

Rusdi juga sempat menyarankan agar pemerintah pusat dalam hal ini Kemenpar mengatur jadual pelaksanaan semua  festival di Indonesia agar tidak bentrok waktunya satu sama lain. "Sebaiknya  terlaksana  dari awal hingga akhir tahum, jangan bertumpuk di tengah dan akhir tahun, sehingga menyulitkan wisatawan dan pejabat pusat yang diharapkan datang karena berdekatan bahkan banyak yang bersamaan waktunya," imbaunya.

Lain lagi dengan Kadisbudpar Kabupaten Situbondo, Tulus. Dia bukan hanya mempromosikan Taman Nasional Baluran yang disebut-sebut sebagai Afrikanya Indonesia dengan hamparan savana dan Pantai Bama-nya, lalu pesona wisata alam Gunung Raung serta Pantai Pasir Putih sebagai objek wisiata andalan Situbondo, juga sekaligus menyatakan diri siap menjadi tuan rumah acara Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata tahun depan. 

“Sekali-kali bolehkan tuan rumahnya dari luar Jawa Barat, dan Situbondo siap koq,” katanya seraya disambut tepuk tangan peserta lain, tanda setuju. 

Mendengar semua kesan dan masukan para peserta, Kabag Informasi Publik, Biro HKP, Kemenpar Burhanuddin mengatakan siap menampung, termasuk usulan Situbondo menjadi tempat lokasi acara Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata berikutnya. 

“Nanti kami diskusikan, karena ini terkait ketersediaan anggaran dan lainnya. Namun yang terpenting mudah-mudahan acara selanjutnya akan jauh lebih baik dan berkualitas lagi,” pungkasnya.  

Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 
Foto: adji k, badri, ade & jefreki

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP