. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 16 Oktober 2014

Buton Tawarkan Tujuh Produk Wisata ke Investor

Kabupaten Buton, di ujung Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara sejak dulu terkenal sebagai daerah penghasil aspal. Belakangan ini, pemkabnya mulai melirik sektor pariwisata mengingat kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Wakatobi ini pun dianugerahi kekayaan dan keindahan alam baik bawah laut, pantai, laut, dan hutan yang masih asri serta aneka produk budaya lokal yang unik. 

Dalam rangka mengembangkan pariwisatanya sebagai sektor andalan masa depan, Pemkab Buton mengajak para investor untuk menanamkan modalnya di Buton. Salah satu caranya dengan menggelar investor ghatering bertema “Percepatan Pembangunan Sektor Pariwisata Kabupaten Buton” di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2014).

Di acara tersbut Pemkab Buton menawarkan tujuh produk wisata kepada calon investor yang hadir. Ketujuh produk wisata hasil penelitian tim yang terdiri dari sejumlah ahli terkait dari Jakarta ini adalah Lambusango Jungle Eco Resort dengan luas area sekitar 20 hektar, Lambusango Outdoor Activity Center (5-10 Ha), Lambusango Eco Camp Reseach Center (3 Ha), Teluk Pasarwajo Floating Eco-Resoty and Hotel (2 Ha untuk di laut dan 4 hektar di darat), Pasarwajo Floating Under Water Tunel (1 Ha di laut), Wabula Beach Eco-Resort (5 Ha), dan Kabongka Educamp and Aspal Geotur Center sekitar 20 hektar luas areanya.

Ketujuh produk wisata itu membutuhkan investor dengan nilai investasi masing-masing hingga puluhan miliar rupiah. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk Teluk Pasarwajo Floating Eco Resort and Hotel misalnya sekitar Rp 25 miliar, Lambusango Junggle Eco Resort dan Kabongka Educamp and Aspal Geotour Center masing-masing Rp 20 miliar, Wabula Beach Eco Resort (Rp 10 miliar), dan Lambusango Outdoor Activity Center (Rp 5 miliar). Sedangkan untuk Pasarwajo Floating Underwater Tunel dan Lambusango Eco Camp Research Center, masing-masing Rp 2,5 miliar.

Menurut Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun, Kabupaten Buton menawarkan tujuh produk wisata tersebut kepada investor nasional dan asing karena dinilainya sangat potensial dan menguntungkan bukan hanya bagi investor maupun, pemerintah daerah, pun tentunya masyarakat.

Pemkab Buton, lanjut Samsu Umar tidak mau mengalami nasib serupa Sawahlunto di Sumatera Barat yang baru sadar dan mengembangkan pariwisatanya setelah tambang batu baranya habis dan ditutup. “Kami mau pariwisata menjadi sektor andalan pendapatan Kabupaten Buton kelak walaupun sebenarnya deposit aspal buton masih sangat besar,” ujarnya.

Potensi wisata Buton meliputi yakni keindahan bawah laut Buton yang terbentangg dari Teluk Pasarwajo hingga Tanjung Pomali dengan sekitar 32 spot penyelaman. “Buton juga memiliki warisan kebudayaan di antaranya benteng terpanjang sedunia, hutan lindung berikut dengan hewan liarnya, dan warisan budaya lokal serta kulinernya,” jelas Samsu Umar.

Potensi pariwisata Buton, lanjutnya sangat banyak dan cukup unik namun masih perlu dikembangkan. “Untuk itu kami mengajak investor untuk berinvestasi di Buton,” terangnya.

Menurutnya dengan sentuhan investor dapat membuat pelayanan terhadap wisatawan jadi lebih baik lagi serta meningkat kunjungan wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara.

Untuk menarik investor masuk, lanjutnya Pemkab Buton telah mempersiapkan kebijakan-kebijakan yang pro investasi. “Kami pun bekerjasama dengan pihak terkait serta dukungan masyarakat untuk menciptakan suasana kondusif,” terangnya.

Kata dia lagi, setelah pertemuan ini, pihaknya akan menyajikan sebuah konsep yang benar-benar siap dijual sekitar Desember nanti. “Bentuk kerjasama atau joint venture-nya antara pemkab dengan investor yang saling menguntungkan, mengingat lokasi pengembangan investasi di Buton antara lain berada di area-area pemerintahan,” jelasnya.

Investor Tertarik
Hadir dalam  investor gathering ini  Sekjen Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy, politisi Ali Mochtar Ngabalin yang juga mantan anggota DPR Komisi I, Wabup Buton La Bakri, Kadisbudpar Buton Abdul Zaenuddin Napa, DPRD dan para camat Buton serta beberapa investor.

Dicky Bhakti dari PT. Darmakusala Waskhita Brana, salah satu investor yang bergerak di bidang perhotelan mengaku tertarik membangun hotel di Buton setelah mendengar paparan pontensi wisata Buton dari Bupati Buton dalam acara ini.  
  
Faktor yang membuatnya tertarik karena alamnya terutama pantai dan lautnya serta ekosistem Buton masih bagus. Namun yang masih khawatirkannya terutama masalah infrastruktur, terutama listrik, ketersediaan air bersih, telekomunikasi, jalan darat, dan transportasi pesawat yang masih minim.

“Saya melihat lokasi dari bandara di Kota Baubau ke Ibukota Buton, Pasarwajo dan ke titik-titik lokasi wisatanya jauh. Itu juga salah satu kendala. Soalnya wisatawan itu butuh sesuatu yang nyaman,” jelasnya. 

Dicky juga masih bertanya-tanya menyangkut kesiapan masyarakat Buton terhadap kedatangan wisatawan terutama asing. “Apakah mereka siap menerima turis bule yang berbikini di pantai dan lainnya,” tanyanya. 

Untuk melihat kondisi Buton secara langsung, Dicky awal berencana melakukan survey ke Buton awal November. Menurut Dicky, Pemkab Buton harus punya city hotel dulu yang memiliki brand di pusat kota yang dilengkapi dengan meeting room untuk keperluan seminar dan acara-acara Meeting, Intencive, Convention, & Conference (MICE) yang bisa menampung minimal 300 orang.

“Kalau sudah ada city hotel berbintang yang memiliki brand, pasti akan bermunculan investor lain yang tertarik membangun hotel berbintang lainnya di Buton,” terangnya. 

Nilai investasi untuk hotel, lanjut Dicky tergantung tipe hotel yang akan dibangun, entah itu city hotel berbintang di atas 3, budget hotel ataupun resort. “Kalau resort jelas lebih mahal dibandingkan city hotel dan budget hotel mengingat lahan yang dibutuhkan jauh lebih luas,” jelasnya. 

Biaya untuk bangunan hotel bertingkat itu sekitar Rp12 juta per meter. Untuk tipe budget hotel sekitar Rp300 juta-an per room. “Kalau kita mau buat 100 kamar berarti butuh biaya Rp 3 miliar. Tapi kalau resort bisa dua kali lipat dari itu,” paparnya. 

Menurut Didien Junaedy dari GIPI, untuk menarik investor ke Buton, harus disiapkan secara konsep produk yang komplit dan siap jual. “Kalau yang sekarang ditawarkan masih pengenalan, belum menyeluruh dan detil. Jadi harus jelas legal aspects-nya, bentuknya apa joint venture atau disewakan dan lainnya. Lalu dipetakan mau buat apa, kalau perlu dibuat sketsa-nya. Jika nanti investor mau berubahnya silakan yang penting pemkab sudah propose a project-nya,” terangnya. 

Didien menambahkan Pemkab Buton juga harus menentukan batas waktu kapan benar-benar siap menjual produk wisatanya ke investor, termasuk investor mana saja yang diperkirakan bakal tertarik. “Saya kira pertengahan tahun 2015, Pemkab Buton sudah bisa menjual produk wisatanya ke investor dengan konsep yang benar-benar komplit dan detil,” ungkapnya. 

Kepala Bidang Informasi Publik, Puskompublik, Kemenparekraf, Glory Hastanto yang juga penggagas acara ini mengatakan investor ghatering ini merupakan langkah awal untuk memperkenalkan potensi wisata dan produk wisata yang ada di Kabupaten Buton.

“Ini merupakan pintu pembuka bagi Pemkab Buton yang ingin menjadikan pariwisatanya sebagai sektor andalan masa depan dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Diharapkan dengan investor yang masuk nantinya pembangunan pariwisata di kabupaten ini tidak tergantung terus-menerus sepenuhnya dari pendapatan aspal dan APBD,” ujarnya. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Pelabuhan di Pasarwajo, Ibukota Buton salah satu lokasi produk wisata yang ditawarkan ke investor.
2. Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun saat menyampaikan potensi wisata Pemkab Buton dalam investor gathering di Jakarta. 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP