. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 14 September 2014

Indonesia Raih Juara Umum Black Sea Festival 2014 di Bulgaria


Tim kesenian Indonesia meraih prestasi membanggakan di festival budaya tingkat internasional Black Sea Festival 2014 yang berlangsung di Kota Kiten dan Primorsko, Bulgaria 2-6 September 2014. Tim Indonesia berhasil mendapatkan dua penghargaan juara satu dan Grand Prix Orpheus atau juara umum (best of the best performance) di festival yang diikuti 90 tim dari 8 negara antara lain Turki, Rumania, Macedonia, Kroasia, dan tuan Rumah Bulgaria. 


Tim kesenian Indonesia yang kali ini diwakili Rumah Angklung dan Sanggar Ayunda Puspita berkolaborasi begitu apik dan menarik menampilkan tarian tradisional Indonesia dengan iringan alat musik angklung di festival budaya tahunan yang ke-11 ini. 

Menurut pendiri Rumah Angklung Indonesia Arif Sarifudin yang juga pimpinan tim, selama festival berlangsung penampilan tim Indonesia mendapatkan apresiasi tinggi dan sambutan luar biasa penonton.

Pada hari pertama, tim Indonesia tampil di Kota Kiten. “Lokasinya outdoor, di taman kota yang sudah didesain dengan bangku-bangku mirip arena teater di Yunani,” kata Arif ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Jumat malam (12/9/2014) bersama seluruh rombongan.

“Kami membawakan Tari Puspa Pesona berdurasi 8 menit yang diiringi musik angklung dengan alunan musik bambu atau arumba dan perkusi yang terdiri dari 2 gendang serta bongo,” tambahnya.

Pendiri Sanggar Ayunda Puspita, Jahja A.Sutadji (Yahya) menjelaskan Tari Puspa Pesona berasal dari Tangerang Selatan, Banten yang didedikasikan buat pemimpin perempuan. “Koreografer tari ini Zia Anindya, anak saya. Puspa Pesona itu arti lain dari anggrek bulan yang merupakan icon flora Tangggerang Selatan” jelasnya.

Yahya menambahkan gerakan Tari Puspa Pesona terdiri dari tiga unsur gerakan tarian Betawi, Sunda, dan China atau biasa disebutnya BSC. “Ketiga budaya itulah yang kuat mendominasi budaya masyarakat Tangerang Selatan,” ungkapnya.

Pada hari kedua, karena hujan venue-nya digeser ke indoor. Tim Indonesia menyuguhkan musik angklung interaktif selama sekitar 20 menit.

Dalam kesempatan itu tim membagikan 100 angklung kepada sejumlah penonton dan mengajak memaikannya.

Konsep tersebut bertujuan mengenal lebih dekat budaya Indonesia lewat media angklung. 

Di sesi angklung interaktif, tim membawakan lagu Happy milik Pharrel Williams dan lagu terkenal Bulgaria “Moia Strana Moia Bulgaria” atau My Country My Bulgaria

Saat tim membawakan lagu My country My Bulgaria dengan musik angklung, ribuan penonton sampai standing applaus. “Mereka (masyarakat Bulgaria) menyanyikan lagu tersebut. Banyak yang terharu sampai menitikkan air mata,” ungkapnya. 

Menurut Arif moment itu sangat mengharukan. “Mereka mengaku heran dan kagum karena kami bisa membawakan lagu patriotik mereka dengan musik angklung. Padahal kami tidak tahu arti lagu tersebut lantaran berbahasa Bulgaria,” ungkap Arif. 

Usai sesi itu, banyak warga Bulgaria bertanya soal angklung. “Mereka bingung bagaimana cara memainkannya dan bagaimana bisu bunyi,” terang Arif. 

Bahkan menurut Arif ada dua mahasiswa dari Universitas Burgas, sekitar 30 Km dari Kota Kiten yang menyampaikan minatnya untuk melakukan penelitian terhadap musik angklung setelah melihat penampilan tim Indonesia.

Dielus-elus Bule 
Pada hari ketiga di Kota Primorsko, Indonesia membawakan Tari Medley Nusantara yang antara lain terdiri dari tarian Betawi (Jakarta), Melayu (Sumatera), Dayak (Kalimantan), Bali, dan Papua. 

“Tari-tari tersebut kami pilih untuk dimedley-kan karena mewakili Indonesia secara garis besar,” jelas Arny Dulishaputri (Putri), salah satu pemain angklung dan program development Rumah Angklung sekaligus pendamping pimpinan tim.


Menurut Arif yang menarik dari Tari Medley Nusantara ini, setiap pergantian dari tari satu ke tari lainnya para penarinya yang berjumlah lima orang mengganti kostum pakaian tradisional sesuai daerah tari tersebut.

“Ada dua cara yang dilakukan, dengan mengganti kostum langsung di tempat dan ada juga dengan cara ditutup dengan lembaran kain hitam. Setelah kain dibuka, para penari sudah berganti dengan kostum tradisonal lainnya. Yang paling sulit ketika pergantian dari tarian Dayak ke tarian Betawi,” jelasnya seraya menambahkan banyak penonton yang takjub dan heran melihat aksi pergantian kostum dalam tarian tersebut.  
Dewanti Prasasha Nadya yang akrab disapa Sasha dan Dewanti Prasashi Nabila (Sishi), dua penari kembar dalam tim ini yang masih berstatus siswi kelas tiga IPS SMA 9 Tangerang Selatan mengatakan masyarakat Bulgaria yang menonton kagum dengan tarian yang mereka bawakan itu. “Banyak bule yang senang karena kita katanya menari dengan berbagai ekspresi namun tetap senyum,” aku Sasha. 

Lain lagi dengan Sishi, dia mengaku berkesan karena aksi para penari begitu dihargai. “Mereka excited banget, kami disanjung, disayang-sayang sampai dielus-elus,” akunya. 

Begitupun pakaian tari yang mereka kenakan, tak luput dari perhatian penonton. “Baju tari Bali yang aku kenakan sampai dipegang-pegang dan dibuka-buka gitu. Make up mata pun ditanya-tanya, “ aku Mitha Davianti, rekan penari Sasha dan Sishi yang kebagian mengenakan kostum Tari Bali.

Tim kesenian Indonesia berjumlah 17 orang terdiri dari 12 pemusik dan 5 penari. Mereka juga didampingi 3  orang pendamping dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). “Kami berangkat atas biaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga,” terang Arif. 

Penghargaan diserahkan oleh Direktur Black Sea Festival, Kaloyan Nikolov di acara penutupan festival di Kota Kiten pada 6 September 2014. 

Menurut Arif dengan kemenangan ini, tim Indonesia mendapat referensi mengikuti festival yang tingkatannya lebih tinggi tahun depan yaitu International Euro Folk Championship 2015. “Jadi sejumlah peraih best of the best akan ikut di event ini nanti, diadu lagi. Karena itu kalau tahun depan kita dipercaya mewakili Indonesia di ajang tersebut, harus dengan konsep yang lebih bagus dari ini,” akunya. 

Kota Kiten dan Primorsko merupakan kota kecil di pantai Laut Hitam yang menjadi tujuan wisata musim panas wisatawan domestik dan mancanegara dari Rusia, Jerman, dan negara-negara tetangga Bulgaria. 

Usai tampil memikat di festival di dua kota kecil tersebut, selanjutnya tim kesenian Indonesia diundang untuk memeriahkan hari jadi Kota Haskovo, tepatnya di “Liberty Square” atau pusat kotanya Haskovo pada tanggal 8 September 2014. Kota Haskovo terletak dekat perbatasan Turki, 200 Km dari Sofia, Ibukota Bulgaria. Haskovo adalah ibukota Provinsi Haskovo dengan daerah pertanian yang antara lain memproduksi gandum dan ketumbar. 

“Kami juga mendapat sambutan hangat ratusan masyarakat Kota Haskovo mulai dari anak-anak sampai orang tua,” aku Arif. 

Seperti halnya di Kota Kiten dan Primorsko, di kota ini penontonnya banyak yang tersentuh ketika tim membawakan lagu “Moia Strana Moia Bulgaria” dengan musik angklung. “Mereka heran kami bisa membawakan lagu yang mereka anggap lagu patriotik. Para penari kami juga mendapat pujian,” terangnya. 

Penampilan tim di Kota Haskovo adalah untuk memenuhi janji Dubes RI Bunyan Saptomo kepada Mayor Haskovo, Georgi Ivanov, untuk mendatangkan tim kesenian ke kota tersebut. 

Hari berikutnya, tim kesenian Indonesia diundang KBRI untuk memeriahkan perayaan HUT RI ke-69 yang diadakan pada tanggal 9 September 2014 malam di Sofia, tepatnya di Sofia Hotel Balkan.

Tim Indonesia selain menyuguhkan pertunjukkan angklung dan tari tradisional Indonesia kepada ratusan tamu yang hadir, termasuk para pengusaha. 

“Pada sesi angklung interaktif, kami membawakan lagu Can’t help falling in love with you, Happy, dan My country My Bulgaria serta lagu dangdut Indonesia Terajana yang membuat sejumlah tamu joget bersama,” jelas Arif lagi. 

Kata Arif, KBRI disana menjelaskan penampilan musik angklung di Bulgaria selama 9 hari ini merupakan yang pertama kali dalam sepuluh tahun terakhir. Musik angklung terakhir ditampilkan di Kota Plovdiv pada tahun 2004. 

Prestasi tim kesenian Indonesia meraih juara satu dan Grand Prix Orpheus Prize di Festival Primorsko-Kiten atau Black Sea Festival 2014 serta berhasil memikat hati masyarakat Bulgaria, tentunya memberi dampak positif. Budaya Indonesia menjadi semakin dikenal secara lebih luas, bukan hanya bagi masyarakat Bulgaria, pun wisatawan yang tengah bertandang. 

Arif berharap pemerintah Indonesia dalam kabinet baru nanti juga semakin mendukung tim kesenian Indonesia yang akan berlaga di ajang internasional. “Terlebih seni pertunjukkan tradisional, mulai dari penyediaan kostumnya, biaya produksi termasuk para senimannya,” imbuhnya. 

Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 
Foto: adji k, dok Rumah Angklung & Georgi Nutsov Photography 

Captions: 
1. Tim kesenian Indonesia berfoto bersama dengan Dubes RI untuk Bulgaria. 
2. Tim kesenian Indonesia usai beraksi di Black Sea Festival 2014 di Bulgaria. 
3. Bule kagum dengan angklung. 
4. Aksi tim kesenian indonesia di Black Sea Festival 2014 di Bulgaria. 
5. Tim kesenian Indonesia saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP