. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 25 Agustus 2014

Pengembangan Ekraf Harus Tumbuhkan Ekonomi dan Jati Diri Bangsa

Ekonomi kreatif (ekraf) digadang-gandang bakal menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia ke depan. Sayangnya sektor ini belum digarap serius. Untuk menumbuhkan enonomi sekaligus jati diri bangsa dari sektor ini, tak ada pilihan selain terus mengembangkan ekraf berbasis seni dan budaya sebagai subsektornya. 

“Pengembangan ekraf berbasis budaya ini tidak hanya sekadar memberi dampak ekonomi, tapi yang penting menumbuhkan dan meningkatkan jati diri bangsa," jelas Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat memberi materi dalam Orientasi & Outbound Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bagi Jurnalis dan Pers bertema “Pengembangan Subsektor Ekraf Nasional Menuju Indonesia Berdaya Saing”, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, baru-baru ini.

Ahman menambahkan dalam pengembangan ekraf di masa depan, tidak hanya ditempatkan sebagai program dan prioritas, melainkan harus disertai dengan langkah faktual. "Misalnya dari sektor pendidikan, budaya, serta sektor promosi," ujarnya kemdati masih ada persoalan dalam mewujudkan hal tersebut.

Kata Ahman sekurangnya ada tujuh isu strategis dalam pengembangan ekraf kurun waktu lima tahun mendatang, yakni sumber daya kreatif, industri yang berdaya saing, tumbuh dan beragam, ketersediaan sumber daya lokal yang berkualitas, beragam, dan kompetitif, ketersediaan pembiayaan yang sesuai dan kompetitif, dan perluasan pasar bagi karya kreatif, ketersediaan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.

Saat ini, lanjut Ahman, gelombang ekraf memang sudah ada, namun tidak terasa secara menyeluruh. Untuk membuatnya terasa secara menyeluruh, butuh pendekatan dari semua pihak untuk menciptakan barang dan jasa sebagai kekayaan intelektual dalam kualitas yang terbaik. "Kita tidak bisa lagi bicara kualitas, tapi harus super kualitas, super efisien, marketable, sehingga bisa mengejar negara lain. Kalau tidak, yang ada hanya terjadi pertukaran antarnegara saja," pungkasnya.

Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Esthy Reko Astuti menjelaskan ekraf memilki keterikatan yang kuat dengan pariwisata. Menurutnya produk dan jasa ekraf dapat dimanfaatkan sebagai media promosi yang efektif bagi suatu destinasi wisata atai sebaliknya. “Misalnya dalam event Asean Jazz atau Ambon Jazz dan lainnya, musik digunakan sebagai tools dalam mempromosikan destinas,” jelasnya.

Cara seperti itu kerap dilkaukan Kemenpaekraf baik untuk promosi dalam negeri maupun luar negeri. Selain tentunya dengan melakukan kegiatan promosi lainnya yang lebih inovatif dengan memanfaatkan media sosial. "Kita juga memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, mulai dari sosial media seperti facebook, yahoo, serta website dengan tampilan yang menarik," jelasnya.

Namun Esthy mengingatkan bahwa tidak semua segmen dapat dituju dengan format promo digital. Wisatawan Jepang yang grey area (orang tua) misalnya, lebih senang dengan format cetak dan minimalis. 

Usai acara orientasi dilanjutkan dengan kegiatan outbound di Kabupaten Kuningan, Jawa barat yang diikuti sekitar 40 jurnalis dan 30 pejabat serta staff Puskom Publik, Kemenparekraf.

Disamping outbound yang bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi antar jurnalis, juga ada kunjungan ke beberapa obyek wisata antara lain ke Air Terjun Curug Ciputri, serta ke sentra kerajinan, kuliner, dan pusat oleh-oleh khas Kuningan.

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Captions:
1. Orientasi & Outbound Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bagi Jurnalis dan Pers, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP