. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 14 Juli 2014

Mengincar Lailtatul Qadar Beri’tikaf di Masjid-Masjid Tenar

Ramadhan merupakan waktu yang pas untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya. Apapun kegiatan yang dilakukan, sebaiknya bernilai ibadah, termasuk beri'tikaf dengan tujuan mencari Lailatul Qadar mengingat keutamaannya sangat besar, yakni lebih baik dari pada ibadah 1.000 bulan. 

Jika pada minggu pertama dan kedua Ramadhan, ngabuburit atau kegiatan menunggu waktu berbuka puasa menjadi kegiatan pilihan, maka pada minggu ketiga dan ke empat atau tepatnya 10 malam terakhir bulan suci Ramadhan, i`tikaf atau berdiam di masjid besar, menjadi kegiatan yang sangat tepat untuk dilakukan dalam kemasan wisata ramadhan bermuatan ibadah. 

Ada banyak pilihan masjid tenar di Jakarta yang kerap dibanjiri umat muslim terutama kaum pria untuk beri’tikaf Ramadhan. Travelplusindonesia mencatat sekurangnya ada 5 masjid tenar di Ibukota ini yang paling diminati jemaah untuk mengincar lailatur qadar.

Pertama Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat. Sebagai masjid yang konon termegah di Asia Tenggara. Masjid ini tak pernah sepi oleh umat islam dari seantero Jakarta. Jemaah yang ingin beri’tikaf juga banyak yang datang dari luar kota bahkan luar negeri.

Suasana i’tikaf di masjid yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada 24 Agustus 1961 ini amat mirip dengan Masjidil Haram, dimana qiyamulail yang dilaksanakan menjelang jam 01.30 dan berakhir sedikit lebih dari pukul 03.00. Bacaan sholat-nya panjang-panjang dan merdu dari imam hafidz terpilih. Tiga belas rakaat total termasuk witir menjadi kebiasaan shalat teraweh di masjid ini.

Keistimewaan beri'tikaf di masjid yang kerap dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara ini bahkan pernah didatangai Pangeran Charles, Presiden Libya Muammar Khadafi, hingga Presiden Amerika Barrack Hussein Obama dan istrinya Michelle ini karena memberikan suasana syahdu dan teduh dengan kemedahan dan kegagahan arsitekturnya.

Yang menarik masjid yang diarsiteki Frederich Silaban dengan luas bangunan 2,5 hektar dan menempati area seluas 9,5 hektar yang mamapu menampung 200.000 jamaah ini juga membumikan i'tikaf dengan menyelenggarakan sebulan sekali di luar Ramadhan.

Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Ali Mustafa Yaqub, MA i'tikaf di luar bulan suci Ramadhan dimaksudkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Kegiatannya diawali dengan taushiyah Imam Besar Masjid Istiqlal dilanjutkan dengan membaca al-Qur'an dan berdzikir. 

Berdoa dilakukan sendiri-sendiri. Suasana yang tenang dan hening menjadikan khusyuk sehingga akan mendatangkan ketenteraman lahir dan batin. 

I'tikaf di luar Ramadahn di Istiqlal dimulai tengah malam dan diakhiri menjelang waktu Subuh. Sebulan sekali dan di akhir pekan pada Jumat malam, Sabtu pagi sebagian masyarakat libur sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat. 

Kedua, Masjid At-tin yang berada dalam satu lingkungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur ini selalu menjadi 'incaran' para pemburu malam mulia. Jika tidak datang cepat, jemaah bakal tak kebagian tempat.

Masjid yang mulai dibangun pada April 1997 ini menempati area tanah seluas 70.000 meter persegi dengan kapasitas sekitar 9.000 orang di dalam masjid dan 1.850 orang di selasar tertutup dan plaza. Pembangunannya selesai pada tahun 1999 dan dibuka secara umum pada tanggal 26 November 1999. 

Ketiga, Masjid Raya Pondok Indah termasuk masjid favorit i’tikaf untuk daerah Selatan Jakarta. Jemaahnya elit kelihatan dari mobil-mobil mewah yang mereka gunakan. Qiyamulail 11 rakaat diakhiri dengan renungan syahdu menjadikan banyak diantara jemaah meneteskan airmata. 

Masjid yang dibangun oleh Yayasan Masjid Raya Pondok Indah, diketuai oleh H. Sudwikatmono dan didukung oleh Yayasan Pondok Indah dan PT Metropolitan Kencana Jakarta pada tahun 1990 dan selesai tahun 1992 ini terdiri dari 2 lantai. yang dapat menampung 2.600 jemaah. 

I’tikaf di masjid yang memiliki sebutan lain Masjid Biru dikarenakan atapnya yang berwarna biru ini dilaksanakan pada 10 malam terakhir dengan melaksanakan shalat malam berjama’ah pada pukul 02.00-03.00, dilanjutkan dengan muhasabah sampai pukul 03.30. selebihnya jemaah bersantap sahur sampai waktu fajar. Diakhiri dengan Shalat Shubuh dan kuliah shubuh. 

Bagi yang tidak pulang pada siang harinya, biasanya seusai shalat shubuh mereka melanjutkan i’tikaf sampai terbitnya matahari (waktu syuruq) kemudian melaksanakan shalat sunnah dua raka’at. 

Keempat, Masjid Agung Al-Azhar di kompleks sekolah dan universitas Al-Azhar Indonesia , Kebayoran Baru, Jakarta Selatan juga ramai dikunjungi jemaah i'tikaf. Masjid ini sudah sangat dikenal dengan berbagai kegiatannya. Eksistensinya yang sudah lama di Jakarta dan letaknya yang strategis menyebabkan meriahnya penantian malam-malam Lailatul qadar. 

Masjid ini sudah dikukuhkan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu dari 18 situs tapak sejarah perkembangan kota Jakarta. Selain itu, masjid ini dijadikan cagar budaya Nasional per tanggal 19 Agustus 1993. Masjid putih berarsitektur indah ini dibangun pada tahun 1952. 

Tokoh-tokoh pendirinya adalah Mr. Soedirjo, Mr. Tanjung Hok, H. Gazali dan H. Suaid. Masjid yang awalnya diberi nama Masjid Agung Kebayoran Baru ini dibangun selama enam tahun (1952 - 1958) dan berdiri di atas lahan seluas 43.756 m2. Ketika itu peletakan batu pertamanya dilakukan oleh R. Sardjono mewakili walikota Jakarta Raya. 

Perubahan nama menjadi Masjid Agung Al Azhar, dilakukan menyusul kedatangan seorang tamu yang adalah Rektor Universitas Al Azhar, Syeikh Muhammad Saltut. Disebutkan karena terkagum-kagum dengan kemegahan masjid di negara yang ketika itu baru saja merdeka, Saltut memberi nama masjid Agung Kebayoran Baru dengan nama Masjid Agung Al Azhar. 

I’tikaf di masjid ini berlangsung mulai Kamis, 17 Juli s/d Sabtu, 25 Juli 2014 dengan menghadirkan sejumlah penceramah setiap malam, mulai dari pukul 21.30 WIB atau ba’da Shalat Terawih.

Kelima, Masjid Agung Sunda Kelapa yang berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, akan menggelar i’tikaf akbar pada malam 27 Ramadhan 1435 Hijriyah atau Jumat (25/7) dengan menghadirkan sejumlah ulama terkenal. 

Wakil Ketua Panitia Ramadhan Masjid Agung Sunda Kelapa Adi menjelaskan pada i’tikaf akbar tersebut akan menghadirkan tiga ulama sebagai penceramah yakni Das'ad Latif, PhD, KH Yusuf Mansur, dan Prof Nasaruddin Umar. 

Menurutnya berdasarkan pengalaman, pelaksanaan i'tikaf akbar pada Ramadhan 2013 dihadiri oleh sekitar 7.000 jamaah yang berasal dari Jabodetabek. Dia memaparkan rangkaian kegiatan i’tikaf akbar akan dimulai setelah shalat Tarawih dengan ceramah, dilanjutkan dengan tadarus Al Quran, qiyamul lail atau shalat malam, muhasabah serta ditutup dengan sahur bersama. 

Ramainya kaum muslimin yang mengikuti I’tikaf akbar di Masjid Agung Sunda Kelapa didirikan oleh pemerintah DKI Jakarta dan diresmikan pada 31 Maret 1971 ini karena diyakini pada 27 Ramadhan tersebut merupakan waktu datangnya malam lailatul qadar. 

Selain i’tikaf akbar, memasuki 10 hari terakhir Ramadhan mulai Sabtu (19/7) telah mulai digelar i’tikaf yang digelar pada pukul 00.30 WIB dengan menghadirkan penceramah rutin. 

Dengan i'tikaf di salah satu masjid tersebut saat berwisata Ramadhan tentunya akan menebalkan keyakinan dan menambah wawasan khazanah Islami. Bersabar dan bersungguh-sungguhlah dalam beri'tikaf, lailatul-qadar pasti akan datang karena Allah tidak pernah ingkar akan janjinya. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Suasana malam Ramadhan di Masjid Agung Al-Azhar. 
2. Shalat Terawih di Masjid Istiqlal. 
3. Ramainya malam Ramadhan di Masjid Agung Sunda Kelapa.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP