. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 05 Juli 2014

Ekonomi Kreatif Masih Dipandang Sebelah Mata

Dalam debat calon presiden (capres) kedua di Gran Melia Jakarta, Minggu (15/6/2014), ekonomi kreatif menjadi pembahasan hangat. Baik, Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto dengan tegas menyatakan dukungan pengembangan sektor tersebut. Sayang, ekonomi kreatif masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah selama ini. 

Dari debat tersebut Jokowi dinilai sejumlah pihak lebih menguasai dan memberi dukungan lebih terhadap ekonomi kreatif. Alhasil sejumlah seniman memberi respon positif terhadapnya.

Gitaris Slank, Abdee Negara yang juga menjadi salah satu penggagas Revolusi Harmoni mengatakan dukungan terhadap gagasan Jokowi. Abdee menilai apa yang dipaparkan Jokowi pada debat capres itu harus ditanggapi positif semua pihak.

Menutur Abdee ekonomi kreatif di Indonesia yang meliputi musik, pertunjukan, animasi, kerajinan dan produk dalam negeri lainnya berpotensi besar terhadap pendapatan negara. "Selama ini posisi ekonomi kreatif masih dipandang sebelah mata, padahal potensinya cukup bagus. Ke depan, pemerintah harus menjadikan industri kreatif lebih baik lagi," katanya dalam diskusi di Apartemen Menteng, Selasa (17/6/2014).

Dia menganggap Jokowi mengerti kondisi perekonomian kreatif di Indonesia. Dia bahkan mengatakan perlunya ada sebuah lembaga yang menangani khusus ihwal industri dan ekonomi kreatif tersebut. Pemerintah, katanya harus membangun sub sektor bidang musik, animasi, film atau industri lainnya dengan membangun sebuah kawasan industri kreatif di berbagai daerah. "Kalau kawasan industri kreatif ada, itu akan menjadikan masyarakat lebih kreatif dan produktif lagi," ujarnya.

Dia juga mengungkapkan perlunya dibangun sebuah infrastruktur untuk memajukan sebuah indutsri kreatif seperti membangun venue di berbagai daerah. Dengan demikian, menjadi mungkin pasar industri kreatif di Indonesia bisa menembus pasar internasional.

Pria berambut gondrong itu tidak pesimistis beberapa produk kreatf maupun tokoh industri kreatif siap menjajal hingga ke luar negeri.

Pada kesempatan yang sama Alex Komang, salah satu bintang film senior mengatakan ide Joko Widodo alias Jokowi dalam pemaparan debat capres merupakan angin segar bagi industri kreatif di Indonesia. "Saya menyambut baik apa yang disampaikan Jokowi bahwa ekonomi kreatif perlu dikembangkan. Banyak sekali industri kreatif yang bisa memajukan negara," katanya.

Kurator seni independen, Mia Maria mengatakan perlunya sebuah dukungan pemerintah ke depan dan swasta untuk memamerkan karya para seniman lokal yang kesulitan memamerkan karyanya ke luar negeri. "Saya masih ingat Pak Jokowi mengatakan dalam debat capres bahwa Duta Besar Indonesia di luar negeri harus jadi marketing segala macam produk Indonesia," paparnya.

Pada kesempatan lain, senada dengan Abdee, desainer Biyan Wiraatmadja juga menilai pemerintah Indonesia selama ini hanya memandang sebelah mata industri kreatif. “Selama 31 tahun berkarya, saya kerja sendiri. Tidak ada dukungan pemerintah. Kita bisa go international, kita harus kerja keras dan bertanggung jawab dengan hasil karya kita. Jangan pernah menunggu bantuan,” tuturnya.

Menurutnya ekonomi kreatif berperan luar biasa penting bagi Indonesia. Apalagi, orang Indonesia punya talenta luar biasa di segala bidang kreatif. “Siapa pun presidennya, harus tahu betapa besar potensi industri kreatif di Indonesia,” ujarnya. Meski menjanjikan masa depan cerah, dalam mengembangkan ekonomi kreatif tidak sedikit tantangannya.

Secara spesifik, untuk seni pertunjukan, kualitas pengajar seni pertunjukan dirasakan kurang memadai. Belum tersedia juga bidang studi yang mendukung kegiatan seni pertunjukan, seperti manajemen dan teknologi panggung seni pertunjukan. Pendidikan nonformal, seperti sanggar tari, juga perlu dipertahankan.

Contoh lain adalah permainan interaktif, yaitu adanya ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri serta banyaknya tawaran yang lebih menarik kepada orang kreatif lokal untuk ke luar negeri. Hal ini jelas merupakan kesulitan bagi studio lokal untuk memperoleh tenaga kerja kreatif yang berkualitas di dalam negeri.

Di bidang kerajinan, kita juga masih kalah bersaing dari pasar internasional. Hal tersebut dikarenakan kerajinan Indonesia masih bergerak di ranah tradisi. 

“Kerajinan kita masih bergerak di ranah tradisi. Ini menjadi kendala yang menyebabkan kerajinan Indonesia masih kalah bersaing di pasar internasional. Bila dibandingkan Vietnam dan Filipina, kita masih kalah,” ujar Adi Nugraha, pembicara dari sektor kerajinan dalam kegiatan FGD “Menyusun Pengembangan Sub Sektor Ekonomi Kreatif Nasional 2015-2019”, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kerajinan Indonesia akan sangat potensial bila ditarik ke desain kriya atau seni, sehingga harga dan nilainya menjadi tinggi. Kerajinan Indonesia juga masih rendah kualitasnya. “Kita bisa buat segala macam, namun kualitasnya masih rendah. Untuk itu, sistem pendidikan kita harus berubah. Sistem pendidikan kita harus bisa menciptakan orang-orang kreatif,” tuturnya. 

Adi mengatakan kerajinan termasuk subsektor ekonomi kreatif yang menempati peringkat ketiga dalam memberikan kontribusi bagi negara. Tiap daerah di Indonesia punya kerajinan dan keahlian spesifik. Hal tersebut semakin lengkap dengan dukungan sumber daya alam dan budaya. 

Sumber daya alam dan budaya tersebut, menurutnya dapat dimanfaatkan menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan produk-produk kerajinan. 

Pakar kuliner William Wongso menjelaskan, 35 tahun lalu, orang-orang Indonesia ada yang sudah membuka restoran dan menjual masakan Indonesia, seperti di Paris. Sayangnya, belakangan ini jumlahnya mulai menyusut. 

 “Kita kalah bersaing dengan Thailand dan Vietnam untuk kuliner. Kita masih rancu dengan merekayasa nama masakan. Vietnam misalnya, dia tidak mengubah nama masakan aslinya. Mereka tetap menyajikan masakan dengan nama Vietnam, meski restorannya di Paris,” ujarnya. 

Meski demikian, William mendukung program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telah menetapkan 30 ikon kuliner Indonesia. Menurutnya, 30 ikon kuliner Indonesia tersebut merupakan food diplomacy untuk KBRI di seluruh dunia. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions
1. Aneka kain tradisional, salah satu jenis kerajinan Indonesia. 
2. Kerajinan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang menempati peringkat ketiga dalam memberikan kontribusi bagi negara.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP