Tingkatkan Kualitas Batik Lewat Lomba Cipta Seni Batik Nusantara
Untuk meningkatkan kualitas produk batik nasional, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berupaya terus mendorong pengembangan dan promosinya. Salah satu caranya dengan menggelar Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2012.
“Lomba ini untuk merangsang dan memberikan inspirasi lebih luas kepada pengrajin batik agar tercipta lebih banyak lagi karya cipta seni batik yang berkualitas,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti di Jakarta, Selasa (20/11/2012).
Para pemenang lomba ini, tambahnya selain mendapatkan hadiah berupa dana pembinaan juga memiliki kesempatan pertama untuk berinteraksi dengan perusahan-perusahaan besar. “Supaya mereka mendapatkan kontrak sehingga manfaatnya langsung dirasakan pemenangnya,” jelasnya.
Menurut konsultan Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2012, Edith Ratna S, penilaian karya cipta seni batik dalam lomba ini didasarkan atas kriteria kesesuaian tema, teknik membatik, komposisi desain, harmonisasi, dan kreativitas.
Kasubdit Pembinaan Seni Rupa, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Kemdikbud Pustanto mengatakan mengatakan lomba batik ini juga sebagai upaya penguatan tradisi.
Seluruh peserta lomba, lanjut Pustanto akan mengikuti seleksi awal pada tanggal 21-22 November 2012 untuk menentukan 10 nomintor. "Masing-masing peserta terdiri 4 orang, yakni seorang perajin batik dengan 3 pelajar. Jadi ada sekitar 40 orang yang akan dipanggil Jakarta untuk mengikuti workshop atau pembekalan dari para batik, " terangnya.
Edith menambahkan, acara penganugerahan penghargaan bagi para pemenang akan diselenggarakan pada 28 November 2012 di Galeri Alun-Alun Grand Indonesia, Jakarta.
“Masyarakat umum dapat melihat kasil karya peserta lomba dalam pameran karya peserta pada tanggal 29-30 November 2012 beserta peragaan busana di tempat yang sama serta ,” ujar Edith.
Pascapenetapan Batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia oleh badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) tahun 2009 lalu, ternyata membawa dampak yang luar biasa.
Menurut Wiendu, omset penjualan batik nasional meningkat sampai 300 % atau mencapai lebih dari Rp 1 triliun selama kurun waktu 2 tahun saja dari tahun 2009 sampai 2011.
Dampak postif lainnya, daya serap tenaga kerja juga meningkat. “Keberadaan sentra kerajinan batik di berbagai daerah di Tanah Air terus menggeliat, mampu menyerap lapangan kerja cukup besar sehingga mampu mengurangi dampak pengangguran,” katanya.
Batik sebagai produk bidaya asli Indonesia menurutnya sudah menjadi pilar kesejahteraan. Untuk terus menjadi pilar yang mensejahterahkan bangsa ini terutama kesejahteraan masyarakat pengrajin batik, industri berbasis budaya seperti batik juga harus melewati perencanaan, riset, dan konservasi serta promosi. "Batik kita sudah masuk dalam era industri budaya," jelasnya.
Wiendu mengatakan sudah saatnya karya-karya batik tercipta melalui penelitian, baik itu penelitian perwarna alamnya, komposisi, motif, dan pola. “Batik hasil karya yang berbasis penelitian yang intensif hasilnya jauh lebih baik, berkualitas, dan mampu menerobos pasar global,” terangnya.
Di samping itu, poduk batik juga harus kreatif dan inovatif. Batik tak cukup sekadar bahan atau baju. Tapi lebih jauh, bisa untuk perlengkapan interior dan sebagainya. “Bayangkan saja kalau setiap hotel di Indonesia menggunakan batik untuk gorden, taplak meja, batal, bad cover, dan sebagainya . Bertambah luar biasa industri batik kita,” paparnya.
Soal semakin banyaknya negara lain yang menggeluti batik bahkan sudah dilombakan seperti lomba batik Jepang, Belanda, dan Amerika. Wiendu mengatakan Indonesia tidak perlu cemas karena tidak akan sampai menggempur apalagi mematikan industri batik nasional. “Soal batik, tidak ada yang bisa menyamai kehebatan Indonesia. Paling mereka masih seperti batik kita pada waktu 300 tahun lalu. Jadi kita paling unggul dari segi teknik, kualitas, motif, dan kreativitas,” tegasnya.
Kata Wiendu, silahkan batik berkembang di manapun di dunia. Tapi Indonesia global home of batik atau rumah dunia dari batik adalah Indonesia. “Kita justru ingin batik mewabah ke penjuru dunia,” ujarnya.
Dalam melindungi batik, lanjutnya Indonesia juga harus terbuka. Tidak perlu disembunyikan atau tidak boleh diintip. “Semakin kita terbuka, semakin kita canangkan bahwa kitalah pemilik asli batik dan di sinilah asal-usulnya,” tutupnya.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar