Pemerintah Selektif Memilih Keraton yang Layak Direvitalisasi
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan selektif memilih keraton yang pantas mendapatkan pembiayaan dalam program Ravitalisasi Keraton. “Hanya keraton-keraton yang benar-benar lulus kriteria yang masuk program revitalisasi ini,” Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti di Jakarta baru-baru ini.
Saat ini, lanjutnya Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Kemdikbud tengah memetakan keraton sesuai dengan kriteria . “Setelah memetakan keraton kemudian memilih dan memilah keraton mana saja yang layak direvitalisasi," terangnya. Kriterianya antara lain harus ada keratonnya, rajanya, tradisinya dan tentu saja tidak bermasalah.
Kata Wiendu, jumlah keraton di Indonesia kini mencapai 189 keraton. Namun tidak semuanya benar-benar disebut keraton. “Banyak juga keraton yang jadi-jadian. Misalnya tidak ada rajanya, tidak ada keratonnya, tidak ada wilayahnya, dan tidak ada ada tradisinya,” ungkapnya.
Anggaran revitalisasi keraton ini, lanjutnya lebih besar dibanding anggaran program revitalisasi museum yang tahun depan dilanjutkan. “Mengingat bangunan keraton lebih besar dan lahannya pun luas dibanding museum. Tantu biayanya diperkirakan lebih besar. Seberapa besarnya kita belum tahu,” terangnya.
Keraton yang direnovasi juga dipastikan tidak memiliki masalah. Dia mencontohkan beberapa keraton antara lain Istana Maimun di Medan, Sumatera Utara dan Keraton Solo yang semula mendapatkan alokasi dana revitalisasi akhirnya ditunda bahkan batal.
"Tahun lalu, Istana Maimun sebenarnya mendapat dana revitalisasi museum bukan revitalisasi keraton tapi karena tengah terjadi sengketa, kalau tidak salah antara pemilik atau ahli warisnya dengan dinasnya, akhirnya kita mental,” jelasnya.
Dana yang sudah dialokasikan, tambahnya akhirnya dikembalikan ke negara. Begitu juga dengan keraton di Solo. “Dulu masalahnya karena dua rajanya masih berbeda pendapat,” terangnya.
Tahun depan, selain keraton, revitalisasi juga dilakukan untuk museum. “Biaya revitalisasi museum tahun 2013 sekitar Rp 100 miliar untuk lima hingga enam museum,” kata Wiendu lagi.
Konsep revitalisasi keraton yang akan dilakukan mulai tahun 2013 akan sama dengan revitalisasi museum yakni tidak mengejar kuantitas atau jumlah melainkan kualitas.
“Revitalilasi tahun depan harus bersifat total. Jangan setengah-setangah. Kalau yang rusak misalnya atapnya , tidak cukup merenovasi dinding, lantai, lemari atau koleksi saja sementara atapnya tidak. Itu percuma, justru akan semakin parah rusaknya,” jelasnya.
Pembiayaan revitalisasi masing-masing museum berbeda. “Ada yang Rp5 miliar dan seterusnya. Tergantung keusakaan dan kebutuhannya,” jelasnya.
Dia mencontohkan biaya revitalisasi Museum Sangiran saja sudah menghabiskan depan Rp 35 miliar sampai tahun depan untuk menyelesaikan tahap akhir.
Perbedaan ini dikarenakan ada museum lama yang butuh renovasi besar. Bahkan ada yang membangun museum baru seperti Museum PDRI di Sumatera Barat dan Museum Mbah Maridjan di Jogja.
Khusus untuk revitalisasi keraton, selain tengah memetakan sejumlah keraton yang pantas direvitalisasi, Kemdikbud juga telah melakukan kegiatan pengenalan revitalisasi seperti Gelar Lomba Cipta Seni Keraton Nusantara, Kirab Seni Keraton Nusantara serta Sarasehan Revitalisasi Sejarah dan Keraton Nusantara semuanya di Jakarta.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji-travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar