Itu Komodo Bukan Buaya
Kendati pemberitaan Komodo belakangan ini muncul di berbagai media ternyata belum semua pelajar anak-anak mengenal baik sosok biawak purba yang habitatnya berada di Taman Nasional Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini. Buktinya sewaktu replika Komodo raksasa dipajang di dekat pintu masuk Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Minggu (11/11/2012), masih banyak anak pelajar yang menyebutnya buaya, bukan Komodo.
“Bunda ada buaya raksasa tuh, foto di sana aja, keren banget,” kata Irna pelajar kelas 5 SD bersama dua teman sekolahnya. “Itu Komodo, bukan Buaya nak,” kata ibunya.
Ini membuktikan bahwa sosialisasi mengenai Komodo belum menyentuh semua kalangan termasuk anak-anak pelajar. Padahal tepat di depan replika tersebut ada standing banner yang bertuliskan “Komodo Karnaval” yang akan digelar di Labuhan Bajo, Manggarai Barat, NTT pada 17-18 November 2012 mendatang.
Berdasarkan informasi dari event organizer-nya, replika komodo yang dipajang di Monas itu, sedianya akan diarak dari bundaran Hotel Indonesia menuju Monas. Akan tetapi karena izinnya belum keluar, akhirnya replika seberat lebih dari 200 kilogram ini hanya di pajang di dekat pintu masuk Monas.
Arak-arakan replika Komodo yang diinisiasi oleh Komunitas Masyarakat Flores NTT (Yayasan Genta Nusantara) sebagai soft launching event ”Komodo Karnaval”. Acara ini diharapkan dapat memperkenalkan Komodo kepada masyarakat Jakarta yang tengah beraktivitas olahraga pagi di kawasan Monas.
Kegiatan “Komodo Karnaval” di Labuhan Bajo nanti akan dimeriahkan dengan pagelaran seni dan budaya serta pameran produk kreatif masyarakat Manggarai Barat di antaranya tenun dan berbagai produk kerajinan khas dari daerah tersebut.
Menurut Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf, M. Farid dalam mempromosikan pariwisata NTT, selain Komodo Karnival, pihaknya juga mengelar berbagai event seperti "Konser Musik Sasando" dan "Festival Kelimutu".
“Sebelumnya sudah digelar "Fesrival Wisata Perbatasan Timoresia" di Atambua. Semua itu untuk menggaungkan Sail Komodo sebagai sport tourism wisata bahari yang akan berlangsung tahun 2013 mendatang,” jelasnya.
Save Dagun, tokoh komunitas masyarakat Flores (NTT) yang bernaung di Yayasan Genta Nusantara berharap moment ini dapat menjadi motor penggerak semua potensi yang ada di Flores, NTT yang selama ini kurang optimal penggarapannnya. “Event Komodo Karnival diharapkan juga dapat membangkitkan pertumbuhan perekonomian dan kehidupan baru bagi masyarakat Flores,” jelasnya.
Save juga berharap acara “Komodo Karnaval” dapat dimasukkan ke dalam agenda tahunan hingga namanya mendunia. “Dalam karnaval ini nanti bukan hanya ada arak-arakan binatang purba seperti dinosourus, thyrex dan komodo, pun persembahan tarian caci dan lainnya,” terangnya.
Mengenai usulan sosialisasi Komodo ke sekolah-sekolah dasar, Faried mengatakan akan mengajak peran aktif kementerian terkait dalam hal ini Kementerian Pendididkan dan Kebudayaan.
“Usulan memperkenalkan Komodo ke sekolah-sekolah dasar itu baik, nanti kita bicarakan bagaimana bentuk sosilaisasi yang tepat dengan Kemdikbud,” jelasnya.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar