Jangan Remehkan LESEHAN
Jakarta masih kota tumpuan. Setidaknya itu buat Rosa Nurjanah (49). Setelah tidak mendapat tempat dan rezeki di kota kelahirannyya sendiri, perempuan asli Jogja ini kemudian hijrah ke Jakarta dan membuka usaha lesehan di kawasan Blok M yang disebut-sebut Tokyo kecil-nya Indonesia, tepatnya di pelataran tepi bangunan pusat perbelanjaan Blok M Square, Jakarta Selatan.
Biarpun cuma di trotoar jalan, pengunjungnya selalu ramai. Sekalipun cuma beralas tikar, orang betah berlama-lama. Biarpun terkesan murahan bukan berarti omsetnya recehan. Itulah lesehan miliknya. Setiap malam, ibu empat anak dan dua cucu ini meraup keuntungan 3-8 juta rupiah. Hmmmm… cukup menggiurkan.
“Kalau lagi sepi bisa dapat 3 juta Rupiah tapi kalau sedang rame, mencapai 8 juta Rupiah. Lumayan juga. Biaya sewa tempat cuma 2 juta Rupiah per bulan, itu sudah termasuk uang keamanan dan kebersihan,” aku Rosa yang sudah 4 tahun berjualan lesehan di tempat ini.
Selepas magrib, Rosa berserta 4 karyawannya sudah ada di blok M. Tepat pukul 8, ketika petugas kemanan meniupkan peluit tanda para pedagang lesehan boleh memasuki lokasi berdagang, barulah mereka menempatkan posisi dagang masing-masing.
Selain Rosa, ada 9 pedagang lesehan lainnya di lokasi tersebut. Kebanyakan orang Jogja dan Solo. Menu yang dijual relatif seragam.
Selain gudeg, ada krecek, sayur daun papaya, ongseng kangkung, urab, jengkol goreng, tumis petai, telor dadar, ayam goreng, kikil, soto, sate, dan lainnya. Sedangkan minumnya es campur, es jeruk, teh manis, teh es manis, dan teh poci. Harganya relatif terjangkau, tergantuk lauknya. Biasanya mulai dari Rp 15.000 per porsi. Yang menarik, wadahnya dari piring rotan yang diberi alas daun pisang.
Rosa menghaku lesehannya di Jakarta ini terinpirasi dari lesehan yang ada di Malioboro, Jogja. Tapi entah mengapa setelah berada di lesehannya, menu dan suasananya beda dengan di Kota Pelajar itu. Kalau di Jogja suasana Jawa-nya terasa masih kental. Sementara di Blok M square, terasa ada sentuhan modern-nya, sekalipun aksen Jawa sudah berusaha ditampilkan, seperti taplak meja dari batik, dan lainnya.
Jam satu malam, Rosa dan pedagang lesehan lainnya harus segera beranjak. Lokasinya pun kembali dibersihkan dan kemudian diganti oleh pedagang kue subuh. Sedangkan jelang siang sampai lepas Magrib, giliran para pelukis wajah yang menempati lokasi tersebut. Begitu terus, sampai detik ini.
Paginya, Rosa berpindah jualan lesehan di kawasan Kemang, masih di bilangan selatan Jakarta. Di sana nenek yang masih nampak awet muda ini kembali mengeruk rupiah dari pengunnjung setianya.
Berkat lesehan saja, setiap hari dengan berjualan di dua tempat, dia dapat mengantungi keuntungan bersih minimal 5 juta Rupiah. Sebuah keuntungan yang sangat sulit didapat jika dia harus berdagang dan bersaing di kotanya sendiri. Jadi jangan remehkan LESEHAN.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar