LCLPDN 2012, Upaya Menelorkan Lagu Pop Daerah yang Orsinil
Kalau menyebut judul lagu pop daerah yang sampai sekarang masih kerap dinyanyikan banyak orang, pasti Anda setuju lagu Sing Sing So, Butet, Kampuang nan Jauh di Mato, Kabire bire, O Ina Ni Keke, Angin Mamiri, dan Rasa Sayange-lah. Padahal lagu-lagu tersebut sudah berusia puluhan tahun. Dan sampai sekarang belum ada lagu-lagu pop daerah baru yang sefenomenal lagu-lagu tersebut. apa penyebabnya?
Berangkat dari itulah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Ikatan Alumni SMAN VI Yogyakarta menggagas Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara (LCLPDN) 2012 yang akan diadakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada 30 Oktober nanti.
“Banyak lagu pop daerah kita yang hampir punah dan itu-itu saja. Lewat lomba inilah diharapkan muncul lagu-lagu pop daerah baru yang bisa setenar lagu-lagu pop daerah yang sudah usang itu,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, di Jakarta, Selasa , (16/10/2012).
Panitia LCLPDN 2012, Toto Setiantoro menjelaskan pada proses seleksi tersaring 80 lagu. Kemudian dipilih 33 lagu untuk seleksi awal masuk tahap ketiga, setelah itu dipilih 10 lagu terbaik dan 6 lagu pop daerah yang dinyatakan sebagai finalis. Dalam babak final yang akan disiarkan oleh televisi nasional, ditetapkan juara LCLPDN 2012. “Enam finalis ini lagunya akan direkam dan dipublikasikan dalam bentuk CD,” jelas Toto.
Remy Silado, salah satu anggota dewan juri LCLPDN secara detil menerangkan bahwa setelah 52 tahun, baru kali ini lomba lagu daerah mendapat perhatian lagi. “Pada 1960, presiden Sukarno dalam pidato Manifesto Politik menjadikan lagu daerah menjadi bagian musik pop Indonesia. Lalu melarang musik cha-cha-cha atau musik nggak-ngik-ngok. Setelah itu munculah lagu daerah Aceh hingga Papua, sehingga populer lagu Sing Sing So, Butet, Kampuang nan Jauh di Mato, Kabire bire, O Ina Ni Keke, Angin Mamiri, dan Rasa Sayange,” papar budayawan serba bisa ini.
Sayangnya setelah lahirnya birokrasi, pop daerah hanya bertahan dua tahun. “Pada 1962, setelah presiden Sukarno membuka Asian Games, pop Indonesia seperti lagu Surat Undangan dan sebagainya serta-merta menggilas lagu pop daerah,” ungkapnya.
Rahayu Kertawiguna dari label rekaman Nagaswara yang juga salah satu dawn juri lomba ini menjelaskan bahwa potensi pembeli lagu-lagu pop daerah amat besar. Dia mencontohkan, pada 2003, lagu daerah Cucak Rowo karya Didi Kempot meraih popularitas dengan terjual sampai 300 ribu copy. “Malah angkanya sampai jutaan kopi setelah pembajakan,” kata Rahayu, yang merilis album ini.
Bahkan Sapta Nirwandar dan Remy yakin lagu pop daerah bisa menyaingi lagu-lagu Korean Pop (K-Pop) yang tengah digandrungi anak muda Indonesia dan sejumlah negara lain.
Menurut Remy, kalau lagu pop daerah kita dikelola dan dikemas dengan baik dan profesional pasti mampu menyaingi K-Pop. “Sayangnya, managemen musik kita masih berkelas RT-RW. Sementara di negara lain seperti Korea misalnya sudah manajemen bisnis. Kecendrungan produser musik kita masih membebek, artinya merekam lagu yang tengah tren, tidak memberi kesempatan kepada musisi merekam sesuatu yang baru atau berbeda.” sindirnya.
Sapta yakin LCLPDN 2012 ini berpotensi membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap lagu pop daerah Nusantara. “Ini peluang memperkenalkan dan mempopulerkan lagu pop daerah lewat lomba,” terangnya.
Namun lagu pop daerah yang dicari saat ini bukan asal berbahasa daerah. Melainkan harus yang benar-benar orsinil. "Kita cari lirik yang otentik, bukan merupakan pengulangan dari lirik lagu pop daerah yang sudah ada," tambah Remy.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar