Promosikan Potensi Wisata Minahasa Utara Lewat Festival Waruga
Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara, tak mau ketinggalan dengan tetangganya Minahasa Induk yang sebelumnya menggelar Festival Danau Tondano (FDT). Minut membuat Festival Waruga (FW). Kalau FDT pertama ini hanya berlangsung sehari full, FW justru sepekan. Ada apa saja di FW yang juga baru kali pertama digelar ini hingga pelaksanaannya sampai 7 hari?
Kadisparbud Minut Margaretha Rumokoi dalam pembukaan Festival Waruga (FW) di Desa Sawangan pada Selasa (8/11) mengatakan tujuan penyelenggaraan FW ini untuk mempromosikan pariwisata dan kebudayaan di Minut. "Efek penyelenggaraan festival ini diharapkan selain memperkenalkan postensi wisata di Minut, dapat mempercepat pembangunan di daerah ini," jelasnya.
Selama sepekan penyelenggaran FW 2011 ini ada bergama kegiatan yang bukan berbentuk seni-budaya tapi juga bertema lingkungan. Pada pembukaan FW dimeriahkan dengan lomba Tari Tumatenden tingkat SD-SMP se-Kabupaten Minut.
Pada Rabu (9/11) pagi, warga Sawangan yang pulang kampung akan disambut Bupati Minut di Hutan Kenangan sekaligus aksi penanaman pohon. Diteruskan dengan seminar mengenai sejarah Waruga dan Wanua Sawangan di Ruang Rapat Kantor Bupati Minut dengan pembicara Bupati Minut Sompie Singal, pakar budaya dari balai arkeologi Bonny Tooy, akademisi bidang kebudayaan Ivan Kaunang, dan dari organisasi lembaga adat P Kepel.
Sorenya dilanjutkan dengan aksi penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Desa Sawangan.
Ketua Panitia Pengarah FW 2011 Indrakusuma Oley menjelaskan acara pada Kamis (10/11) pagi, akan ada aksi pengobatan dan operasi katarak gratis di Desa Sawangan. Diteruskan dengan lomba Tumbuk Padi dan Kupas Kelapa serta Napak Tilas Waruga di Taman Purbakala.
Pada Jumat (11/-11) diawali dengan penyemabutan tamu Kementerian, Pemprov Sulut, Pemkab/Kota dan tokoh-tokoh adat Minahasa dengan menampilkan Tari Tumatenden, Tari Maengket, Tari Kabasaran, dan tarian kolosal lainnya. Dilanjutkan dengan acara Pesta Rakyat berupa makan bersama di Sabuah sepanjang 200 meter di atas meja bulu dengan alas daun pisang dengan menggunakan alat makan tradisional Minahasa khususnya dari daerah Tonsea.Panjang tempat hidangannya 400 meter yang dapat menampung sekitar 2.500 orang.
Esoknya, Sabtu (12/1) ditampilkan acara gerakan sentuh tanah untuk membuka kebun baru yang disebuat acara Sumamboi. Dilanjutkan acara gerakan sentuh air dengan menangkap ikan di kuala atau disebut Marambak.
Selasa (15/11) ada suguhan Tari Tumatenden diteruskan sore harinya dengan sajian Tari Maengket di Taman Purbakala Waruga, Desa Sawangan. Esok harinya, Rabu (16/1), digelar Musik Kolintang di tempat yang sama.
Kata Oley yang juga Wakil Ketua DPRD Minut ini, kalau acara ini berlangsung sukses maka FW akan dijadikan festival tahunan untuk mendukung promosi pariwisata.
Sekdisbupar Minut Selma H. S Rumate mengatakan setelah pelaksanaan FW ini akan diadakan evaluasi untuk mengetahui apa saja kekurangannnya. "Rencananya FW akan digelar tiap tahun. Tahun depan akan dibuat lebih besar lagi, bila FW pertama ini berjalan sukses," akunya di ruang kerjanya di kawasan perkantoran Bupati Minut, Airmadidi, Rabu (9/11).
Margaretha menambahkan kalau FW pertama ini sukses dapat dijadikan ikon Minut dalam mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaannya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yaho.com)
0 komentar:
Posting Komentar