Lombok Surga Belanja Mutiara Kualitas Dunia
Salah satu alasan orang berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah belanja mutiara. Pasalnya di pulau berjuluk bumi mutiara laut ini sangat mudah mendapatkan beragam jenis mutiara terbaik di dunia baik masih dalam bentuk butiran maupun sudah diolah menjadi bermacam aksesoris menarik.
Perairan NTB seluas 150 Km merupakan penghasil 3 jenis mutiara laut warna metal, emerald, dan bronze. Bahkan jenis pitada maxima yakni mutiara spesies terbesar di dunia diklaim berasal dari perairan NTB, sebelum akhirnya hijrah ke Cina sampai Amerika Serikat.
Ketiga jenis mutiara NTB itu hidup dan berkembang dengan baik di Selat Lombok, Alas, dan Selat Sape yang berair tenang karena terlindung dari gelombang. Lokasi terbaik yang selama ini menjadi basis budidaya mutiara NTB berada di daerah-daerah pesisir yang tersebar di Gili Gde ndan Teluk Sire di Lombok Barat, Gili Asahan dan Sambelia (Lombok Timur), Teluk Mapin (Sumbawa), Kwangko (Dompu), Teluk Saleh dan Waworada di Bima.
Luas lahan budidaya mutiara di NTB mencapai 20 ribu hektar dengan jumlah pengrajin lebih dari 20 ribu orang. Setiap tahun rata-rata produksi mutiara NTB mencapai 600 Kg sekaligus menjadi jumlah yang terbesar di Indonesia. Dari jumlah itu sebagian diekspor ke Jepang dan negara-negara Asia lainnya.
Salah satu pusat pengrajin beragam mutiara NTB ada di Desa Sekarbela, di pusat kota Mataram, Ibukota NTB. Mutiara Lombok dan Sumbawa yang dijual di desa ini paling banyak masuk dalam klasifikasi A (kualitas tinggi) dengan harga Rp 1 juta per gram dan B (Sedang) Rp 150.000 per gram. Ada juga yang kelas C (rendah) seharga Rp 100.000 per gram.
Di Sekarbela tepatnya di Jalan Sultan Kaharudin terdapat deretan toko yang khusus menjual aneka mutiara NTB baik dalam bentuk butiran maupun beragam aksesoris seperti cincin, gelang kaki, gelang tangan, kalung, bros, peniti jilbab dan lainnya.
Toko Hj. Ani salah satu toko di jalan tersebut bukan hanya menjual aneka perhiasan dari mutiara dan emas juga menerima desain aksesoris mutiara sesuai keinginan pembeli.
Rata-rata toko yang menjual aneka perhiasan dari mutiara masih dapat ditawar harganya walaupun sudah berbandrol. Harba cincin mutiara paling murah Rp 20.000 hingga ratusan ribu rupiah sesuai jenis mutiara dan bahan serta motif cincinnya. Begitupun dengan kalung mulai dari Rp 50.000 rupiah hingga ratusan ribu. Meski bisa ditawar namun harganya tidak terlalu turun dari harga aslinya.
Selain di toko-toko tersebut, aneka perhiasan dari mutiara NTB ini, dapat dibeli di sejumlah kios seperti di Komplek Taman Narmada, Desa Seda, Pasar Seni Senggigi, pusat oleh-oleh Lombok di Kota Mataram, dan di Bandara Internasional Lombok.
Bahkan pengunjung bisa memperolehnya dari pedagang asongan yang tersebar di berbagai tempat, biasanya di tempat keramaian atau depan rumah makan yang kerap didatangi pengunjung atau wisatawan seperti di Rumah Makan Bengkel Murah Meriah di Jalan TGH Ibrahim Khalidy Bengkel, Rumah Makan Lesehan Taliwang Irama di Jalan Irma Suryani-Cakranegara, dan di kawasan Pantai Kuta serta Tanjung An.
Jangan heran di tempat-tempat tersebut, Anda bakal menemukan aksesoris mutiara dengan harga yang jauh lebih murah dari toko-toko yang ada di Desa Sekarbela sekalipun warna dan motif cincin dan kalungnya sama. Pasalnya jenis kualitas mutiaranya berbeda. Kebanyakan mutiara yang dijajakan para asongan itu kelas C bahkan banyak di antaranya mutiara air tawar bukan mutiara air laut.
Selain mutiara, paa pedagang di kios dan asongan tersebut juga menjajakan aneka tenun khas NTB seperti lembaran kain tenun, sarung, selendang, syal, peci, baju, kaos, dan aneka aksesoris gelang dan kalung dengan harga relatif murah dan bisa ditawar.
Sayangnya para asongan tersebut, terutama yang ada di kawasan Pantai Kuta dan Tanjung An menjajakan dagangannya itu terlampau ‘gigih’ atau sedikit memaksa. Alhasil, banyak pengunjung yang merasa terganggu.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Perairan NTB seluas 150 Km merupakan penghasil 3 jenis mutiara laut warna metal, emerald, dan bronze. Bahkan jenis pitada maxima yakni mutiara spesies terbesar di dunia diklaim berasal dari perairan NTB, sebelum akhirnya hijrah ke Cina sampai Amerika Serikat.
Ketiga jenis mutiara NTB itu hidup dan berkembang dengan baik di Selat Lombok, Alas, dan Selat Sape yang berair tenang karena terlindung dari gelombang. Lokasi terbaik yang selama ini menjadi basis budidaya mutiara NTB berada di daerah-daerah pesisir yang tersebar di Gili Gde ndan Teluk Sire di Lombok Barat, Gili Asahan dan Sambelia (Lombok Timur), Teluk Mapin (Sumbawa), Kwangko (Dompu), Teluk Saleh dan Waworada di Bima.
Luas lahan budidaya mutiara di NTB mencapai 20 ribu hektar dengan jumlah pengrajin lebih dari 20 ribu orang. Setiap tahun rata-rata produksi mutiara NTB mencapai 600 Kg sekaligus menjadi jumlah yang terbesar di Indonesia. Dari jumlah itu sebagian diekspor ke Jepang dan negara-negara Asia lainnya.
Salah satu pusat pengrajin beragam mutiara NTB ada di Desa Sekarbela, di pusat kota Mataram, Ibukota NTB. Mutiara Lombok dan Sumbawa yang dijual di desa ini paling banyak masuk dalam klasifikasi A (kualitas tinggi) dengan harga Rp 1 juta per gram dan B (Sedang) Rp 150.000 per gram. Ada juga yang kelas C (rendah) seharga Rp 100.000 per gram.
Di Sekarbela tepatnya di Jalan Sultan Kaharudin terdapat deretan toko yang khusus menjual aneka mutiara NTB baik dalam bentuk butiran maupun beragam aksesoris seperti cincin, gelang kaki, gelang tangan, kalung, bros, peniti jilbab dan lainnya.
Toko Hj. Ani salah satu toko di jalan tersebut bukan hanya menjual aneka perhiasan dari mutiara dan emas juga menerima desain aksesoris mutiara sesuai keinginan pembeli.
Rata-rata toko yang menjual aneka perhiasan dari mutiara masih dapat ditawar harganya walaupun sudah berbandrol. Harba cincin mutiara paling murah Rp 20.000 hingga ratusan ribu rupiah sesuai jenis mutiara dan bahan serta motif cincinnya. Begitupun dengan kalung mulai dari Rp 50.000 rupiah hingga ratusan ribu. Meski bisa ditawar namun harganya tidak terlalu turun dari harga aslinya.
Selain di toko-toko tersebut, aneka perhiasan dari mutiara NTB ini, dapat dibeli di sejumlah kios seperti di Komplek Taman Narmada, Desa Seda, Pasar Seni Senggigi, pusat oleh-oleh Lombok di Kota Mataram, dan di Bandara Internasional Lombok.
Bahkan pengunjung bisa memperolehnya dari pedagang asongan yang tersebar di berbagai tempat, biasanya di tempat keramaian atau depan rumah makan yang kerap didatangi pengunjung atau wisatawan seperti di Rumah Makan Bengkel Murah Meriah di Jalan TGH Ibrahim Khalidy Bengkel, Rumah Makan Lesehan Taliwang Irama di Jalan Irma Suryani-Cakranegara, dan di kawasan Pantai Kuta serta Tanjung An.
Jangan heran di tempat-tempat tersebut, Anda bakal menemukan aksesoris mutiara dengan harga yang jauh lebih murah dari toko-toko yang ada di Desa Sekarbela sekalipun warna dan motif cincin dan kalungnya sama. Pasalnya jenis kualitas mutiaranya berbeda. Kebanyakan mutiara yang dijajakan para asongan itu kelas C bahkan banyak di antaranya mutiara air tawar bukan mutiara air laut.
Selain mutiara, paa pedagang di kios dan asongan tersebut juga menjajakan aneka tenun khas NTB seperti lembaran kain tenun, sarung, selendang, syal, peci, baju, kaos, dan aneka aksesoris gelang dan kalung dengan harga relatif murah dan bisa ditawar.
Sayangnya para asongan tersebut, terutama yang ada di kawasan Pantai Kuta dan Tanjung An menjajakan dagangannya itu terlampau ‘gigih’ atau sedikit memaksa. Alhasil, banyak pengunjung yang merasa terganggu.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar