Benarkah Entikong Tidak Aman dan Nyaman?
Malaysia masih menjadi pasar utama wisman bagi Kalimantan mengingat sebagian wilayah daratannya berbatasan langsung. Sayangnya jumlah wisatawan yang datang dari negeri Jiran itu masih sedikit ketimbang orang Indonesia yang bertandang ke Malaysia lewat Kalimantan, terutama Kalbar. Salah satu penyebabnya karena pintu masuk dari Entikong tidak aman dan nyaman. Benarkah?
Ada dua pintu masuk yang kerap digunakan wisman Malaysia masuk ke Kalbar yakni lewat Entikong dan Bandara Supadio Pontianak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisman asal Malaysia yang berkunjung ke Kalbar pada April 2011 sebanyak 1.609 orang atau 80,33 % dari jumlah total wisman bulan April sebanyak 2.003 orang. Jumlah wisman yang masuk lewat Entikong masih mendominasi sebesar 86,27 %. Sedangkan dari Bandara Supadio tercatat sebanyak 13,73 %.
Sayangnya jumlah kunjungan wisman Kalbar periode Juli 2011 hanya 2.170 orang, turun dratis 17,46 persen dibandingkan Juni yang mencapai 2.629 orang.
BPS, mencatat dari jumlah 2.170 wisman yang berkunjung ke Kalbar, 70 % lewat Entikong dan 30 % dari Bandara Supadio, Pontianak. Yang menarik, kedatangan wisman melalui Bandara Supadio pada Juli sebanyak 650 orang atau meningkat 7,44 % dibanding Juni yang hanya 605 orang.
Sebaliknya dari Entikong, jumlah wisman pada Juli hanya 1.520 orang atau turun dratis 25 persen dibandingkan Juni sebanyak 2.024 orang.
Lima negara penyumbang terbanyak wisman yang berkunjung ke Kalbar adalah Malaysia sebanyak 71,34 %, China (4,79 %), Brunei Darussalam (4,33 %), Belanda (3,69 %), Singapura (3,32 %), dan sisanya sebesar 12,53 wisman dari negara-negara lain.
Kendati jumlah kunjungan wisman menurun, ternyata tingkat hunian kamar tidak terpengaruh. Tingkat hunian kamar hotel berbintang misalnya, pada Juli mencapai rata-rata 36 % atau naik 7,90 poin jika dibanding Juni yang hanya 28 %.
Menurunnya jumlah wisman Malaysia yang datang lewat Entikong menarik ditelusuri penyebabnya. Berdasarkan informasi dari peserta lomba sumpit internasional atau International Borneo Sumpit Tournament (IBOST) di Singkawang, Kalbar yang baru pertama kali digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 18-20 November 2011 lalu, imej tak nyaman dan aman di Entikong menyebabkan orang Malaysia cemas memasuki Kalbar lewat Entikong sebagaimana diutarakan ketua Kelab Menyumpit Julau (KMJ) dari Serawak, Malaysia James Victor Chimbul.
Menurut James, ada kesan tak aman dan nyaman di Entikong. “Tapi kalau di Singkawang dan Pontianak, wisman Malaysia merasa aman dan nyaman,’ jelasnya.
Pernyataan senada juga disampaikan Lainie salah satu atlit sumpit dari KMJ. Ia mengatakan banyak wisman asal Malaysia yang tidak berani lama-lama melewati Entikong. “Kami pernah singgah di rumah makan di Entikong tapi tidak dilayani dengan baik,” akunya.
Salah satu sopir mobil travel di Pontianak yang biasa mengantar wisatawan Indonesia ke Malasysia lewat Entikong mengaku di Entikong banyak preman yang membuat wisatawan Malaysia merasa tidak aman dan nyaman. “Premannya bukan cuma orang Indonesia tapi juga Malaysia,” akunya yang tak mau namanya dicantumkan.
Jika memang benar kondisi pintu masuk Entikong tidak aman dan nyaman, ini tentunya menjadi Pekerjaan Rumah bagi Pemprov Kalbar dalam hal ini Disbudpar Kalbar dan Kemenparekraf untuk membenahi permasahan utama yang terjadi di perbatasan Kalbar-Serawak ini.
Sekeras apapun upaya pemerintah untuk menjaring wisman negeri Jiran dengan menggelar event seperti konser musik di Entikong yang kemudian diganti dengan lomba sumpit internasional di Singkawang dan selanjutnya di kota-kota lain di Kalimantan, bkal kurang optimal bahakan mungkin berujung sia-sia jika akar permasalahannya tak lekas dibenahi dengan tuntas.
Disbudpar Kalbar lewat Sekdisbudparnya berjanji akan melakukan sosialisasi sadar wisata ke Entikong dan perbatasan lainnya. Langkah ini katanya untuk merubah imej tak aman dan nyaman tadi. Namun itu tidak cukup, permasalah mendasar lainnya yang kudu diperhatikan adalah kesenjangan ekonomi yang terjadi disana. Perlu solusi pendekatan ekonomi agar tidak ada ketimpangan yang mengakibatkan terjadinya kecemburuan sosial.
Naskah dan Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar