Berwisata ke Kukar Pascaambruknya Jembatan Mahakam II
Pascaambruknya Jembatan Mahakam 2, Sabtu (26/11/2011), sekitar pukul 16.30 WITA, nama Kutai Kartanegara (Kukar) kembali terdengar lantaran disorot berbagai media. Sejumlah orang di dalam dan luar Kaltim pun berdatangan bukan semata menyaksikan jembatan gantung pertama di Indonesia yang kini masih diselidiki penyebab keruntuhannnya, pun berkunjung ke sejumlah obyek wisatanya. Obyek wisata apa saja?
Tak bisa dipungkiri ambruknya jembatan sepanjang 580 meter yang menghubungkan Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar, Kaltim ini membuat masyarakat Indonesia yang tengah asyik melihat tayangan jelang resepsi Indonesia Wedding antara putra Presiden SBY Ibas dengan Putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa Aliya yang konon menelan biaya 40 miliyar, beralih sejenak ke tragedi yang cukup mengejutkan itu.
Bagaimana tidak, Jembatan Mahakam 2 yang juga dikenal dengan nama Jembatan Kukar atau juga Jembatan Tenggarong ini dibangun selama empat tahun, dari 1997 hingga 2001, dan memiliki desain maupun kosntruksi mirip Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat ini seketika ambruk tanpa ada gempa ataupun banjir bandang.
Bagi masyarakat Kota Tenggarong, Kabupaten Kukar, jembatan ini bukan sekadar menjadi kebanggan pun landmark Kota Tengarong.. Jembatan ini menjadi salah satu alternatif akses masuk dari Samarinda menuju Tenggarong. Pasalnya memperpendek jarak tempuh Tenggarong-Samarinda yang sebelumnya 45 Km melalui Loa Kulu dan Loa Janan, menjadi 24 Km dengan waktu tempuh 30 menit. Jembatan Kutai Kartanegara ini menjadi landmark Kota Tenggarong.
Sejak berdiri, jembatan memesona warga Kota Tenggarong termasuk wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Saban sore, terutama akhir pekan dan hari libur, banyak warga yang datang ke jembatan ini untuk mengabadikannya atau berfoto berlatarbelakang jembatan ini.
Kini setelah ambruk, jembatan ini tetap dirilik pengunjung. Bahkan banyak yang berkunjung ke beberapa obyek yang ada di sekitarnya termasuk di Kota dan Kecamatan Tenggarong serta kawasan di Kabupaten Kukar antara lain ke Jam Bentong, Pulau Kumala, Planetarium Jagad Raya Tenggarong, Museum Mulawarman, Monumen Pancasila, perkampungan Suku Dayak Benuaq di Desa Pondok Labu, Waduk Panji Sukarame, dan Museum Kayu.
Jam Bentong berada tak jauh dari Jembatan Kukar di Km 5 Jalan Tenggarong-Samarinda. Jam bentong merupakan tugu yang dilengkapi 4 jam besar yang dapat dilihat dari 4 penjuru arah.
Pulau Kumala adalah pulau kecil yang terletak ditengah-tengah Sungai Mahakam, Kota Tenggarong. Di pulau yang terbentuk dari delta berbentuk seperti perahu seluas 76 ha ini kini menjadi kawasan wisata andalan Kota Tenggarong sejak tahun 2000. Pulau ini terbagi terbagi atas 30 ha untuk taman rekreasi, 9 ha untuk taman rekreasi air, dan 24,5 ha untuk hutan dan preservasi, serta 12,5 ha untuk resort dan cottage.
Di pulau ini pengunjung dapat menikmati kereta api untuk mengelilingi pulau, sky tower dengan ketinggian 75 meter, dan kereta gantung (cable car) yang menghubungkan Tenggarong Seberang dengan Pulau Kumala. Selain itu juga ada arena permainan anak-anak dan keluarga, aquarium pesut mahakam, rumah adat lamin dan lainnya.
Museum Mulawarman di Jalan Pangeran Diponegoro, Kota Tenggarong merupakan bekas Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara yang dibangun pada tahun 1936. Di dalamnya tersimpan bermacam keramik kuno, patung Lembu Suana, koleksi benda bersejarah peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara, benda-benda budaya dari daerah Kutai, koleksi mata uang kuno, dan lainnya.. Museum ini buka setiap hari untuk umum, kecuali Senin.
Berdampingan dengan Museum Mulawarman ada Planetarium Jagad Raya Tenggarong yang menjadi obyek wisata pendidikan dan rekreasi. Pengelolanya Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kukar. Tiket masuk sebesar Rp.5.000 per orang pada hari biasa dan Rp 7.500 per orang pada akhir pekan.
Perkampungan suku Dayak Benuaq di Desa Pondok Labu berada sekitar 25 Km dari Kota Tenggarong. Di desa ini dapat dijumpai Lamin atau rumah adat suku Dayak Benuaq yang terbuat dari kulit kayu. Daya tarik lainnya ada berbagai benda seni budaya khas suku Dayak Benuaq, seperti gong, guci, patung mandau, serta alat-alat upacara untuk menaruh sesaji.
Di perkampungan ini juga sejumlah tempat yang dikeramatkan masyarakat setempat, seperti kuburan adat dan tempat mengadakan upacara adat. Setiap tahun di desa ini diselenggarakan upacara adat Suku Dayak Benuaq, seperti Ngugu Tahun upacara untuk kesuburan pertanian, Belian (upacara menolak bala), Upacara Tanam dan Panen Padi, Upacara Pengobatan Tradisional Belian, dan Upacara Belontang atau penyembelihan kerbau yang dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.
Untuk mencapai Pondok Labu dari Tenggarong ke Kota Bangun lalu belok ke kanan melalui jalan perusahaan batubara PT.MHU.
Waduk Panji Sukarame merupakan telaga alam di daerah Rondong Demang, Kecamatan Tenggarong. Telaga ini dibendung menjadi waduk untuk pengairan sawah penduduk. Obyek wisata ini menempati areal lahan seluas 32 ha. Disini pengunjung disuguhi pemandangan alam sekitar waduk yang indah dengan sejumlah sarana rekreasi untuk keluarga, seperti taman ulin dan taman anggrek.
Di sekitar waduk ini juga ada Museum Kayu Tuah Himba tepatnya sekitar 600 meter arah tenggara Waduk Panji Sukarame. Museum ini memyimpan koleksi kayu hasil hutan Kalimantan Timur dan 2 ekor buaya yang diawetkan. Museum ini berupa bangunan rumah panggung terbuat dari kayu seluas 400 meter persegi.
Selain obyek-obyek di atas, pengunjung juga banyak yang bertandang ke obyek wisata alam, sejarah, budaya, religi dan rekseasi lainnya antara lain ke Masjid Agung Tenggarong dan Pantai 136.
Masjid Agung Tenggarong yang dikelola oleh MUI merupakan masjid terbesar di Kukar sekaligus menjadi pusat kegiatan Islam. Masjid ini terletak di Jalan Panjaitan. Sedangkan Pantai 136 merupakan obyek wisata pantai di pinggiran Sungai Mahakam yang berpontesi besar dikembangkan sebagai kawasan wisata massal. Setiap akhir pekan, banyak yang bersantai di pantai ini.
Entah kapan Jembatan Mahakam 2 kembali beroperasi dan kembali menjadi landmark kebanggaan Kota Tenggarong. Yang pasti musibah ini menjadi pembelajaran berharga bagi pihak terkait untuk menomorsatukan kualitas bangunan demi keselamatan orang banyak, bukan semata indah dan megah tapi tak bermutu.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar