Jero Wacik Naik Skylift Cek Persiapan TMII
Himbauan Menbudpar Jero Wacik kepada pengelola obyek wisata agar mengecek semua wahana dan peralatannya jelang liburan lebaran, beberapa hari lalu, bukan sekadar himbauan. Senin sore ini (22/8/2011), dia terjun langsung mengecek dua obyek wisata favorit di Jakarta yakni Kebun Binatang Ragunan dan Taman Mini Indonesia (TMII). Bahkan di TMII, dia menjajal Skylift atau kereta gantung hingga bikin staffnya suprise.
Di TMII, Jero Wacik langsung mengecek sarana Skylift di Stasiun A ditemani beberapa pimpinan TMII dan sejumlah eselon satu dan dua Kemenbudpar dan awak media serta para ajudannya. Setibanya di lantai atas Stasiun A, tempat pemberhentian kereta gantung, beberapa pengelola dan media memintanya naik kereta gantung.
Sepintas ada keraguan tersirat di wajahnya. Sewaktu disodorkan kabin kereta gantung berwarna kuning, dia belum menaikinya. Dia masih mendengarkan penjelasan penanggung jawab Skylif TMII. Entah kenapa ketika kabin kereta kedua yang berwarna biru terang datang, dia langsung menaikinya ditemani Dirut TMII Sugiono serta dua wartawan TVRI Ferry dan travelplusindonesia Adji.
Mungkikah karena warna kabin kereta gantungnya sesuai dengan warna bendera parpolnya (Demokrat), dia memberanikan diri naik kereta gantung? Entahlah.
Yang jelas keberaniannya jelang sore itu, kontan membuat beberapa ajudan dan eselon 1 suprise. Maklum menurut kabar beliau rada takut ketinggian. Lantaran Jero Wacik berani naik skylift, semua eselon satu yang ikut antara lain Sekjen Wardiyatmo, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film (NBSF) Ukus Kuswara, Staff Ahli Menteri Hari Untoro dan Titien Sukarya pun ikut naik kereta gantung.
Ketika kabin kereta gantung yang ditaiki Jero Wacik bergerak perlahan meninggalkan stasiun A, dia masih sempat melambaikan tangan kepada sejumlah media dan eselon 1. Kendati senyumnya selalu mengembang, namun raut cemasnya tak bisa ditutupinya.
Kabin kereta gantung biru itu pun melaju dari stasiun A menuju Stasiun B di lintasan kawat baja setinggi 15-20 meter dari permukaan tanah. Dari balik kaca kabin kereta jelas terlihat danau TMII yang berisi replika pulau-pulau besar yang ada di negeri ini dan istana anak-anak. Jero wacik sempat beberapakali menengok ke bawah melihat panorama TMII.
Ferry dan Adji menggunakan kesempatan langka itu sebaik mungkin dengan mengabadikan saat-saat Jero Wacik menikmati pemandangan TMII dari atas ketinggian dari dalam cable car berpenumpang 4 orang ini.
Ferry begitu puas merekam sekaligus mewawancari Jero Wacik dengan kamera audio visual-nya. Adji pun sepuasnya memotretnya kendati ruang dalam gondola kereta gantung ini terbatas, sehingga sudut pengambilannya terbatas.
Selama perjalanan dari satsiun A ke B, Jero Wacik lebih sering bicara, menjawab pertanyaan Ferry dan Adji seputar himbauannya kepada semua pengelola obyek wisata untuk mengecek semua wahana dan peralatannya jelang liburan lebaran.
Kata dia, tujuan himbauan dan pengecekan ini agar pengelola obyek wisata serius menomorsatukan keamanan dan keselamatan serta kenyamanan pengunjungnya selama berliburn lebaran di TMII dan dimanapun. “Biar pengunjung yang tidak mudik merasa aman dan happy berlibur disini,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Jero Wacik juga menmghimbau sejumlah restoran, kantin, dan kedai di dalam ataupun di sekitar obyek wisata agar melayani pengunjung dengan baik. “Hospitality-nya harus dijaga. Jangan sampai makanan yang sudah basi masih saja dijual, mentang-mentang pengunjungnya lagi membludak,” imbaunya.
Kalau ada obyek wisata yang tidak mengindahkan himbauan ini hingga mengakibatkan kecelakaan pengunjung, biar nanti masyarakat yang memberi sanksi berupa citra buruk obyek tersebut. “Biar pula pihak kepolisian yang mengusut kasus tersebut. Ya mudah-mudahan hal itu tidak terjadi. Oleh karenanya sekarang dihimbau dan dicek langsung,” jelasnya.
Masih di dalam kabin yang tengah melaju, Sugiono pun menjelaskan seputar kesiapan TMII dalam menyambut liburan lebaran 2011 yang tingggal 10 hari lagi. Menurutnya TMII tetap obyek wisata yang bermisi pokok sebagai pelestari budaya.
Dari 33 anjungan provinsi yang ada di TMII, semua terlibat meramaikan acara budaya lebaran kali ini antara lain pawai budaya nusantara dan kesenian tradisional dari masing-masing daerah.
“TMII sudah siap dari segi keamanan dan keselamtan pengunjung. Seperti skylift yang kita naiki ini baru seminggu lalu selesai, setelah sebulan diperbaiki lalu dicek lagi,” jelasnya.
Zero Accident
Sampai saat ini, lanjut Sugiono Skylift ini zero accident. “Belum pernah ada kecelakaan apalagi sampai menyebabkan kematian pengunjung di wahana kereta gantung ini sejak dioperasikan pertama kali,” terangnya.
Skylift TMII mulai dioperasikan sejak 20 April 1975. Kini memiliki tiga stasiun: A, B, dan C dengan lintasan Stasiun A-Stasiun B dan Stasiun B-Stasiun C atau sebaliknya.
Stasiun A berada di sebelah timur lapangan parkir Selatan di kawasan Desa Seni dan Kerajinan. Stasiun B terletak di seberang Anjungan Papua dan dekat dengan Taman Burung. Sedangkan Stasiun C di sebelah Utara lapangan parkir Utara atau dekat TMII Waterpark.
Di setiap stasiunnya tersedia fasilitas penunjang antara lain toko cenderamata, restoran cepat saji, dan arena permainan anak berupa mobil listrik (bumper car). Khusus di depan Stasiun A tersedia mainan The Dome yang cukup menantang untuk anak usia 3 tahun ke atas, yakni permainan melompat ke udara di dalam kerangka besi berbentuk kubah.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar