. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 20 Agustus 2011

Banyak Cinta di Taman “Melodi” Suropati


Ngabuburit di mall, ah basi. Coba ke Taman Suropati (Tamsur), Menteng Jakarta Pusat, pasti banyak cinta yang bakal Anda temui. Bukan cuma sejoli yang tengah memadu kasih, pun pepohonan besar menghijaukan mata, sejumlah prasasti persahabatan Asean, dan burung-burung dara berterbangan seperti di taman-taman kota di Eropa. Juga banyak orang memainkan biola, gitar, saxophone dan lainnya hingga fungsinya naik kelas menjadi taman melodi.

Kalau Anda datang Minggu ke Tamsur, dipastikan bakal mendengarkan live orchestra di taman seluas 16.322 m2 ini.

Ada beberapa kelompok pebiola dari segala usia yang asyik menggesek dawainya, kelompok pemetik gitar dan juga beberapa kelompok peniup saxophone yang masingmasing memainkan musik klasik.

Para senimannya berhasil mendobrak imej biola yang dulu dianggap salah satu alat musik mahal dan hanya dimainkan kalangan masyarakat menengah atas kini menjadi memasyarakat. Tua, muda, kaya, miskin menyatu di taman ini menciptakan melodi dari geseken dawai biola, petikan gitar, dan tiupan saxophone.

Pemain biola yang belajar di taman ini datang dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelajar SMP sampai anak kuliahan, dari pengamen jalanan sampai karyawan.

Adri, pelajar kelas 2 SMP Kanisius, Menteng ini termasuk salah satu puluhan pelajar yang belajar di taman rindang ini. Dia mengaku senang belajar di taman ini dibanding di dalam ruangan tertutup (indoor), karena lebih santai dan udaranya segar.

Sekarang dia sudah tingkat dua. “Kalau sudah kuasai satu lagu, berarti naik tingkatannya,” terangnya yang cuma membayar latihan Rp 200ribu per bulan 4 kali pertemuan.

Sebelumnya Adri belajar gitar kini beralih ke alat musik gesek biola. “Belajar dari gitar ke biola mudah. Tapi kalau dari biola ke gitar itu susah,” katanya yang bercita-cita jadi musisi andal.

Di sudut lain ada Shindy, pelajar kelas 3 SMP di Karawaci, Tangerang yang memilih belajar memain giotar di Tamsur setiap Minggu sore mulai pukul 3 sampai dengan pukul 5.

Senada dengan Adri, Shindy pun mengaku lebih senang belajar di ruang terbuka seperti di taman ini. “Selain suasananyya enak, murah, dan nggak ngebosenin,” katanya.

Di Tamsur, Shindy mengaku belajar chord klasik dan not balok. “Sebulan cuma 150ribu Rupiah 4 kali pertemuan,” terang remaja bermata sipit yang bercita-cita menjadi master gitar ini.

Masih banyak Adri dan Shindy lainnya di taman ini. Mereka begitu menikmati bermain musik di bawah kerindangan pepohonan.

Aneka Komunitas
Selain mereka, juga ada beberapa komunitas lain yang menunjukkan aktivitasnya. Ada komunitas bartender, kamera plastik, dan fotografi. Maklum, taman ini pun punya kelebihan lain. Di dalamnya ada patung-patung, air mancur, dan disekitarnya ada beberapa bangunan kuno seperti tumah-rumah bekas Belanda termasuk gereja yang menarik dijadikan obyek foto.

Nah, sesekali bawa keluarga Anda ke taman ini. Kenalkan buah hati Anda dengan sejumlah alat musik dan para musisi setempat, sambil menghidup udara segar dan pemandangan hijau. Siapa tahu, putra-putri Anda tertarik belajar musik di taman melodi ini hingga kelak menjadi musisi profesional.

Selepas ngabuburit di Tamsur, tinggal menyeberang ke Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) untuk berbuka dan Shalat Magrib berjamaah. Di depan gerbang utama masjid ini, banyak penjaja makanan dan minuman kakilima untuk berbuka.


Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP