. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 25 Juli 2011

Mastodon dan Burung Kondor Versi Baru, 'Hidupkan’ (lagi) Rendra



Dua tahun sudah Rendra berpulang. Namun geliat kebudayaan penyair mualaf ini tak pernah mati. Dua karya monumental seniman kelahiran Solo ini sebelumnya dipentaskan istrinya, Ken Zuraida yakni Bib Bob dan SEKDA dengan bendera Bengkel Teater yang didirikan Rendra di Jogja pada 1967 sepulang dari AS. Tahun ini, Ken Zuraida mementaskan masterpiece lain karya penyair berjuluk si Buruk Merak ini yakni Mastodon dan Burung Kondor lewat label Ken Zuraida Project. Mengapa dan apa bedanya?

Mastodon dan Burung Kondor merupakan drama karya Rendra yang ditulisnya dalam rentang 1971-1973. Salah satu maha karya Rendra ini pertama kali dipentaskan oleh Bengkel Teater pada 1973 di 3 lokasi yakni Jogja, Bandung, dan Jakarta.

Ketika itu Rendra yang menjadi pemeran utamanya sebagai Jose Karosta, sang penyair yang berhelat di tengah pergulatan sosial politik di Amerika Latin yang tengah didera kontra revolusi ketika itu.

Menurut sang penyair, setiap revolusi membuahkan sikap fanatik atau ekstrim yang melahirkan mastodon-mastodon alias penindas-penindas. Dan revolusi yang dimenangkan kaum radikal akan melahirkan kembali pemerintahan mastodon.

Tahun ini, pementasan teater Mastodon dan Burung Kondor disutradari Ken Zuraida yang akrab disapa Ida akan digelar di Graha Bakti Budaya (GBB), Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 11-14 Agustus 2011.

Kata Ida, harkat pementasan kali ini bukan sebatas persembahan mengenang dua tahun Rendra berpulang. Melainkan pula untuk mengingatkan semua elemen masyarakat tentang negeri ini bahwa sampai detik ini kondisinya dalam beberapa hal tak sebaik era 70-an. Kebudayaan Indonesia yang cemerlang lantaran berbasis adat dan kesenian tradisonal, kini terlindas oleh maraknya enkultrasi budaya kekinian yang serba instan dan populis.

Pemakaian label Ken Zuraida Project dalam pementasan tahun ketiga ini disepakati atas dasar semakin banyaknya anggota baru yang dilatih Ida dengan ilmu dan metode latihan warisan Rendra. Anggota baru itu datang silih berganti dan jumlahnya melebihi anggota Bengkel Teater.

Kendati begitu, Ida tetap memakai orang-orang yang kerap bekerjasama dengan Rendra untuk bergabung dalam tim manajemen dan produksi antara lain Arif Budimanta sebagai produser eksekutif, Amir Husain Daulay dan Edi Haryono yang disebut-sebut ‘anjingnya’ Rendra serta Rusdy Setiawan Putra.

Begitu pun para pemainnya yang berjumlah 33 orang. Ida meminjam 2 aktornya Mas Willy, sapaan akrab Rendra yang tak lain pemain lama Bengkel Teater yakni Awan Sanwani sebagai Kolonel Max Carlos dan Iwan Purna yang dulu dijuluki ‘Singa Panggung’ Bengkel Teater sebagai Profesor Tovas.

Selebihnya pemain muda potensial yang berdatangan dari Palangkaraya, Surabaya, Jogja, Solo, Ciamis, Purwakarta, Malang, Salatiga, Makassar, Bogor, Tangerang, Kupang, Samarinda, Bandung, dan Jakarta. Salah satunya Totenk Mahdasi Tatang asal Bandung yang berperan sebagai Jose Karosta versi Ida.

“Mereka kawan dan saudara baru kami yang berkumpul setiap hari 24 jam, berlatih mulai dari pukul setengah 6 pagi sampai 10 malam. Intens bertukar keringat, airmata, dan darah. Lebih banyak berantemnya,” jelas Ida saat konferensi pers di Teater Luwes, IKJ, TIM, Senin (25/7/2011).

Ida menegaskan, pementasan Mastodon dan Burung Kondor kali ini berbeda sekali dengan pementasan dulu. “Ini sangat beda dengan kemasan teater Rendra dulu secara kemasan artistik,” tegasnya.

Alasannya Ida bukan Rendra dan tidak akan bisa seperti Rendra. “Saya tidak mau mem-photocopy dia. Nanti seperti katak menjadi lembu, meletup. Ini kemampuan saya, yang terbaik dari saya. Mudah-mudahan saja bisa ditonton,” harapnya.

Eef Saefullah Fatah yang cukup mengenal Rendra selama 10 tahun terakhir mengatakan, pementasan ini punya makna memperkenalkan segala pesona Rendra kepada generasi kini. "Setahu saya, Rendra bukan tipe seniman yang narsis dan kegenit-genitan. Dia jujur apa adanya dan menyodorkan dirinya sendiri untuk melakukan perubahan dengan segala risikonya, bukan dengan mendorong atau menjerumuskan orang lain," jelas Eef.

Jalan Bisu
Yang menarik, sebelum pementasan Mastodon dan Burung Kondor, digelar serangkaian kegiatan pendukung antara lain Lingkaran Doa Mengenang Rendra yang akan dipimpin Eef Saefullah Fatah pada 7 Agustus di Kampus Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Depok. Dilanjutkan Jalan Bisu yakni jalan massal dari pusat latuhan di Cipayung ke TIM pada 7-8 Agustus mulai pukul 23.00 WIB.

Pada 8 Agustus juga diadakan Ruwatan Gedung GBB. Kemudian Perkemahan Kaum Urakan di Kompleks TIM yang diisi dengan diskusi, kongkow budaya dan lainnya mulai 8-15 Agustus. Dan kegiatan Public Expose Workshop teater metode Rendra di panggung terbuka pada 9-14 Agustus 2011, jelang buka puasa bersama pukul 15.30-17.50 WIB.

Harga tiket pementasan Mastodon dan Burung Kondor versi baru yang juga didukung Bakti Budaya Jarum Foundation dan TIM ini, terbagi lima kelas yakni tiket Rp 500ribu untuk undangan khusus, Rp 200ribu (VVIP), Rp 150ribu (VIP), Rp 100ribu (reguler) atau di sayap kiri dan kanan, dan Rp 50ribu untuk Balkon atau di bagian atas. Tiket ini sudah dijual sejak 15 Juli sampai dengan 10 Agustus 2011.

Pemesanan dan pembelian tiketnya dapat menghubungi Nita di nomor HP 0812 860 91255 atau Septian (0857 8097 3321), email: kenzuraidaproject@gmail.com, dan loket GBB, TIM Jakarta.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP