Pangandaran Tetap Ikon Pariwisata Ciamis
Kendati pernah terpuruk pasca diterjang tsunami pada 2006, Pangadaran kini kembali pulih dan tetap menjadi ikon pariwisata Ciamis. Keberhasilan itu diraih berkat berbagai upaya yang telah dan masih akan dilakukan untuk memulihkan obyek yang menjadi daerah tujuan wisata nasional ini. Upaya apa saja?
Kadisbudpar Kabupaten Ciamis Cu Herman mengatakan kondisi Pangandaran sekarang sudah kembali pulih. ”Sejak 2010 sampai 2011 ini wisman yang datang mencapai 9.000 orang. Padahal beberapa bulan pascatsunami 2006 tak ada satupun wisman yang datang. Baru awal 2008, mulai bangkit lagi,” jelasnya usai menghadiri acara inauguration of UNWTO programme of energy efficiency for tourism industry Pangandaran di Jakarta, Senin, (13/6/2011).
Wisman yang datang ke Pangandaran saat ini didominasi wisatawan asal Belanda, Jepang, dan Korea. Biasanya mereka hanya 2-3 malam di Pangandaran.
Untuk menahan waktu kunjungan wisman agar lebih lama, beberapa upaya dilakukan seperti menggali potensi wisata lainnya baik alam, budaya maupun kuliner. ”Kita memperkenalkan event budaya seperti festival ronggeng gunung di Pantai Batu Hiu, hajat laut di Pantai Batu Karas, dan upacara Yangku atau membersihkan benda-benda pusaka di Panjalu,” ungkap Cu Herman.
Kendalanya infrastruktur jalan ke beberapa obyek lain belum selebar jalan ke Pangandaran seperti ke Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas ”Jalannya hanya satu arah, masih sempit. Dimohon pemerintah dapat memperbaikinya,” imbaunya.
Selain program efisiensi energi dari organisasi pariwisata PBB UNWTO (United Nations Tourism Organization), bantuan rehabilitasi Pangandaran pascatsumani, tambah Cu Herman juga datang dari Pemprov Jawa Barat, Kemensos, dan Kemenbudpar.
”Kalau dari Pemprov Jabar sebesar Rp 11,3 miliar untuk memperbaiki Pantai Pangandaran, Pantai Batu Karas, Pantai Batu Hiu, dan Green Canyon. Dari Kemensos ratusan miliar cuma sifatnya sektoral, ada yang dilaksanakan oleh bina marga, cipta karya, dan disbudpar Kabupaten Ciamis. Sementara dari Kemenbudpar antara lain perbaikan jalan dan pemasangan rambu-rambu wisata termasuk rambu-rambu evakuasi kalau terjadi tsunami,” jelasnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis Tiwa Surkianto menambahkan Pangandaran masih menjadi andalan pariwisata Ciamis pascatsunami mengingat namanya sudah terkenal lebih dulu sementara obyek-obyek lainnya belum bergaung. ”Namun untuk bisa terus menjadi obyek internasional yang dikunjungi banyak turis dari mancanegara, Pangandaran harus selalu mempersiapkan diri,” ungkapnya.
Perekonomian masyarakat Ciamis, tambah Tiwa dapat tumbuh bila sektor pariwisata, khususnya Pangandaran berkembang dengan baik. ”Jadi tak ada cara lain selain memperbaiki terus hotel-hotelnya, obyek-obyeknya, infrastruktur, dan memberi pelatihan kepada masyarakat,” jelasnya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Kadisbudpar Kabupaten Ciamis Cu Herman mengatakan kondisi Pangandaran sekarang sudah kembali pulih. ”Sejak 2010 sampai 2011 ini wisman yang datang mencapai 9.000 orang. Padahal beberapa bulan pascatsunami 2006 tak ada satupun wisman yang datang. Baru awal 2008, mulai bangkit lagi,” jelasnya usai menghadiri acara inauguration of UNWTO programme of energy efficiency for tourism industry Pangandaran di Jakarta, Senin, (13/6/2011).
Wisman yang datang ke Pangandaran saat ini didominasi wisatawan asal Belanda, Jepang, dan Korea. Biasanya mereka hanya 2-3 malam di Pangandaran.
Untuk menahan waktu kunjungan wisman agar lebih lama, beberapa upaya dilakukan seperti menggali potensi wisata lainnya baik alam, budaya maupun kuliner. ”Kita memperkenalkan event budaya seperti festival ronggeng gunung di Pantai Batu Hiu, hajat laut di Pantai Batu Karas, dan upacara Yangku atau membersihkan benda-benda pusaka di Panjalu,” ungkap Cu Herman.
Kendalanya infrastruktur jalan ke beberapa obyek lain belum selebar jalan ke Pangandaran seperti ke Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas ”Jalannya hanya satu arah, masih sempit. Dimohon pemerintah dapat memperbaikinya,” imbaunya.
Selain program efisiensi energi dari organisasi pariwisata PBB UNWTO (United Nations Tourism Organization), bantuan rehabilitasi Pangandaran pascatsumani, tambah Cu Herman juga datang dari Pemprov Jawa Barat, Kemensos, dan Kemenbudpar.
”Kalau dari Pemprov Jabar sebesar Rp 11,3 miliar untuk memperbaiki Pantai Pangandaran, Pantai Batu Karas, Pantai Batu Hiu, dan Green Canyon. Dari Kemensos ratusan miliar cuma sifatnya sektoral, ada yang dilaksanakan oleh bina marga, cipta karya, dan disbudpar Kabupaten Ciamis. Sementara dari Kemenbudpar antara lain perbaikan jalan dan pemasangan rambu-rambu wisata termasuk rambu-rambu evakuasi kalau terjadi tsunami,” jelasnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis Tiwa Surkianto menambahkan Pangandaran masih menjadi andalan pariwisata Ciamis pascatsunami mengingat namanya sudah terkenal lebih dulu sementara obyek-obyek lainnya belum bergaung. ”Namun untuk bisa terus menjadi obyek internasional yang dikunjungi banyak turis dari mancanegara, Pangandaran harus selalu mempersiapkan diri,” ungkapnya.
Perekonomian masyarakat Ciamis, tambah Tiwa dapat tumbuh bila sektor pariwisata, khususnya Pangandaran berkembang dengan baik. ”Jadi tak ada cara lain selain memperbaiki terus hotel-hotelnya, obyek-obyeknya, infrastruktur, dan memberi pelatihan kepada masyarakat,” jelasnya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar