Efisiensi Energi di Pangandaran Harus Ditiru
Program efiseinsi energi di Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat atas bantuan United Nation World Tourism Organization (UNWTO) semestinya ditiru daerah-daerah tujuan wisata lain. Bantuan tahap kedua ini, dipastikan akan mengangkat kembali pariwisata Pangandaran yang sempat terpuruk pascatsunami 2006. Efiseinsi energi apa saja?
Program bantuan dari UNWTO ini bertujuan memperbaiki sektor pariwisata Pangandaran. Ada perbaikan infrastruktur dan pelatihan kepada masyarakat pascatsunami. ”Misalnya masyarakatnya dilatih agar jangan down, harus bangkit. Dan sekarang sudah bangkit. Kalau sekarang datang ke Pangandaran sudah bagus.” jelas Menbudpar Jero Wacik usai acara inauguration of UNWTO programme of energy efficiency for tourism industry Pangandaran di Jakarta, Senin, (13/6/2011).
Sekjen UWNO Taleb Rifai mengatakan program ini merupakan proyek kedua yang diberikan UNWTO untuk memperbaiki Pangandaran ”Kami yakin pariwisata Pangandaran akan segera pulih dengan adanya proyek ini. UNWTO membantu Indonesia mengingat Indonesia menjadi bagian terpenting dari pariwisata dunia,” jelasnya.
Ketum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi mengatakan bantuan proyek ini dapat mengangkat citra Paagandaran kembali sebagai daerah tujuan wisata nasional. ”Apalagi ada pengenalan energi efisiensi, misalnya mematikan lampu di hotel kalau sedang tidak ada tamunya. Hal-hal kecil itu selama ini kita lupakan, padahal energi itu makin lama makin mahal,” terangnya.
Pengembangan pariwisata di Pangandaraan pascatsunami semacam ini, lanjut Didien dapat dijadikan contoh oleh daerah wisata lain. ”Semestinya daerah tujuan wisata lain meniru proyek percontohan ini. Jangan menunggu ada bencana, baru dibenahi atau sebaliknya jangan dibantu setelah daerah mendapat bencana, karena masih banyak daerah wisata yang belum terurus,” jelasnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis Tiwa Sukrianto mengatakan program bantuan UNWTO selain perbaikan fisik juga pelatihan terkait SDM-nya, misalnya mendidik orang-orang hotel melayani tamu dengan baik, mengajarkan bagaimana menjadi pemandu wisata yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, dan rehabilitasi terumbu karang.
Kalau yang terkait dengan efiseinsi energi, tambahnya juga bersifat praktis misalnya limbah hotel didaur ulang menjadi energi, limbah ikan menjadi pakan ikan, atau sampah diolah menjadi cenderamata.
”Kepala udang daripada dibuang digiling jadi pelet atau pakan ikan yang laku dijual, sampah plastik didaurulang jadi kerajinan tas. Sebelum tsunami itu tidak ada. Sejak adanya bantuan pelatihan itu, sekarang masyarakat sudah dapat menjual produk dari daur ulang tersebut,” terangnya.
Dengan bantuan dari UNWTO ini, lanjut Tiwa diharapkan pariwisata Pangandaran khususnya dan Ciamis umumnya punya daya saing dengan daerah lain mengingat daerah lain juga tengah berlomba membenahi pariwisatanya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Program bantuan dari UNWTO ini bertujuan memperbaiki sektor pariwisata Pangandaran. Ada perbaikan infrastruktur dan pelatihan kepada masyarakat pascatsunami. ”Misalnya masyarakatnya dilatih agar jangan down, harus bangkit. Dan sekarang sudah bangkit. Kalau sekarang datang ke Pangandaran sudah bagus.” jelas Menbudpar Jero Wacik usai acara inauguration of UNWTO programme of energy efficiency for tourism industry Pangandaran di Jakarta, Senin, (13/6/2011).
Sekjen UWNO Taleb Rifai mengatakan program ini merupakan proyek kedua yang diberikan UNWTO untuk memperbaiki Pangandaran ”Kami yakin pariwisata Pangandaran akan segera pulih dengan adanya proyek ini. UNWTO membantu Indonesia mengingat Indonesia menjadi bagian terpenting dari pariwisata dunia,” jelasnya.
Ketum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi mengatakan bantuan proyek ini dapat mengangkat citra Paagandaran kembali sebagai daerah tujuan wisata nasional. ”Apalagi ada pengenalan energi efisiensi, misalnya mematikan lampu di hotel kalau sedang tidak ada tamunya. Hal-hal kecil itu selama ini kita lupakan, padahal energi itu makin lama makin mahal,” terangnya.
Pengembangan pariwisata di Pangandaraan pascatsunami semacam ini, lanjut Didien dapat dijadikan contoh oleh daerah wisata lain. ”Semestinya daerah tujuan wisata lain meniru proyek percontohan ini. Jangan menunggu ada bencana, baru dibenahi atau sebaliknya jangan dibantu setelah daerah mendapat bencana, karena masih banyak daerah wisata yang belum terurus,” jelasnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis Tiwa Sukrianto mengatakan program bantuan UNWTO selain perbaikan fisik juga pelatihan terkait SDM-nya, misalnya mendidik orang-orang hotel melayani tamu dengan baik, mengajarkan bagaimana menjadi pemandu wisata yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, dan rehabilitasi terumbu karang.
Kalau yang terkait dengan efiseinsi energi, tambahnya juga bersifat praktis misalnya limbah hotel didaur ulang menjadi energi, limbah ikan menjadi pakan ikan, atau sampah diolah menjadi cenderamata.
”Kepala udang daripada dibuang digiling jadi pelet atau pakan ikan yang laku dijual, sampah plastik didaurulang jadi kerajinan tas. Sebelum tsunami itu tidak ada. Sejak adanya bantuan pelatihan itu, sekarang masyarakat sudah dapat menjual produk dari daur ulang tersebut,” terangnya.
Dengan bantuan dari UNWTO ini, lanjut Tiwa diharapkan pariwisata Pangandaran khususnya dan Ciamis umumnya punya daya saing dengan daerah lain mengingat daerah lain juga tengah berlomba membenahi pariwisatanya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar