. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 08 Juni 2011

12 Kiat Memulihkan Kejayaan Obyek Wisata


Toraja di Sulsel, dulu pernah menjadi obyek wisata tersohor setelah Bali. Begitupun Danau Toba (Sumut), Gunung Leuser (Aceh), dan Taman Nasional Lore Lindu (Sulteng) yang sempat merasakan kejayaan dengan kehadiran sejumlah wisman. Kini semuanya masih sepi merana. Bagaimana memulihkan kejayaannya agar kembali panen wisman?

Ada sekurangnya 12 (duabelas) kiat untuk memulihkan kejayaan obyek wisata yang hingga kini masih mengalami paceklik wisman versi travelplusindonesia.

1. Menciptakan Sadar Wisata di setiap individu masyarakat. Ibarat pohon, sadar wisata itu akarnya yang menjadi penyangga hingga pohon tumbuh subur dan kiat. Pengertian sadar wisata adalah terciptanya suatu kondisi kepariwisataan yang ideal, konsisten, konsekuen yang tumbuh atas kesadaran dari dalam diri sendiri.

2. Menerapkan kembali Sapta Pesona. Tujuh unsur terkait itu dapat digunakan sebagai tolak ukur peningkatan mutu produk pariwisata, termasuk obyek wisatanya. Ketujuh unsur tersebut adalah aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

3. Membuat event menarik, unik, dan profesional yang dilakukan secara kontinyu, terjadwal, dan terpublikasikan. Event tersebut harus senantiasa diperbaharui dan ada peningkatan mutu dari waktu ke waktu. Event bisa berupa festival budaya, karnaval, musik, perlombaan watersport, kejuaraan olahraga terkait wisata, dan lainnya.

4. Membuat kerajinan tangan yang tak ada di tempat lain. Jenisnya bervariasi, terjangkau harganya, dan dapat dibawa pulang sebagai cenderamata, bisa dipesan, dan dipaketkan.

5. Membuat kuliner baik berupa panganan maupun makanan berat khas. Kuliner tersebut bisa menjadi oleh-oleh dengan harga terjangkau dan variatif. Contoh Bandung sukses menjadi incaran wisatawan untuk berkuliner selain berbelanja. Bahkan ada kota yang tersohor berkat kulinernya seperti Palembang dengan Pempek-nya, Jogja dengan Gudeg-nya.

6. Tersedia infrastruktur dan sarana transportasi yang memadai, aman, dan nyaman. Seindah dan seunik apapun obyek wisata, kalau aksesnya sulit membuat wisatawan enggan datang. Infrastruktur yang harus dipenuhi terutama jalan dan jembatan, dilengkapi marka jalan dan penunjuk arah ke lokasi, lapangan udara berskala internasional yang mempunyai direct fligh ke sejumlah kota besar di dalam dan luar negeri, kendaraan penghubung ke lokasi seperti taksi, mobil travel, dan lainnya, atau stasiun dengan keretanya, terminal dengan bus dan angkot serta pelabuhan dengan kapal laut, feri ataupun speedboat yang teratur pemberangkatannya.

7. Tersedia akomodasi yang memadai sesuai kondisi obyeknya. Jenis akomodasinya bisa hotel atau cukup homestay asalkan nyaman, bersih, dengan pelayanan memuaskan dan terjangkau.

8. Menjaga hubungan baik dengan obyek wisata lain baik di dalam maupun di luar provinsi dengan membuat paket wisata antarobyek. Perlu diingat wisman yang datang biasanya bukan ke satu obyek saja. Mereka sudah jauh-jauh hari mengatur waktu dan menentukan obyek yang dipilih untuk dikunjungi sesuai waktu dan dana yang tersedia. Kalau obyek yang ingin dia kunjungi ternyata tidak aman, kotor, tidak ramah, dan berimej buruk lainnya, pastinya dia akan mencoret obyek tersebut dari daftar kunjungannya.

9. Kreatif dan inovatif dalam membuat daya tarik obyek wisata baru baik buatan, alami ataupun kombinasi keduanya. Bisa juga kreatif dan inovatif dalam mengemas obyek wisata maupun event yang sudah ada. Ini dilakukan terus-menerus biar wisman mendapatkan obyek wisata baru jadi tidak bosan dengan obyek itu-itu saja atau tampilan yang sama.

10. Mempublikasikan atau mempromosikan obyek wisata secara kontinyu lewat internet. Harus memiliki website untuk mempromosikan obyek wisata ditambah penyebaran info terkini ke jejaring sosial facebook dan twitter. Informasi tersebut minimal dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris. Dan mengunakan alternatif publikasi lainnya yang efektif, praktis, dan optimal.

11. Belajar dari kasus atau pengalaman obyek wisata lain baik kesuksesannya maupun kebangkrutannya. Jadikan pedoman dan kondisikan dengan sikon obyek sendiri. Ambil pelajaran bagaimana obyek wisata bisa bangkit pascabencana seperti Jogja maupun pascatragedi bom seperti Bali. Ambil juga pelajaran mengapa Gunung Lueser dan Taman Nasional Lore Lindu serta Danau Poso yang dulu diminati wisman kini sepi. Tak lain tak bukan akibat dampak negatif dari konflik bersenjata, wisman jadi cemas bahkan takut datang karena belum yakin benar-benar aman. Sedangkan kemerosotan wisman ke Danau Toba akibat lingkungannya rusak, kotor, dan beberapa faktor lain terkait hospitability dan keramahtamahan. Atau Toraja dan Gunung Kerinci yang menurut wismannya karena akses jalannya rusak dan jauh.

12. Menciptakan imej positif yang membuat orang ingin berwisata dan datang kembali. Imej tersebut menumbuhkan kekangenan terus-menerus dan kebanggaan usai beriwisata serta ingin kembali lagi bahkan bangga menyebarluaskan imej baik tersebut ke orang lain. Citra tersebut tercipta bila seluruh komponen di atas terpenuhi, terutama keamanan, kebersihan, keramahtamahan, kejujuran, keindahan, keunikan, ketersediaan bermacam kuliner, kerajinantangan, dan beragam obyek wisatanya serta fasilitas pendukung pariwisatanya. Intinya menjadi tuan rumah yang baik, menyenangkan, dan mengesankan.

Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Jurnalis Pemerhati Pariwisata

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP