Mari Berwisata di Negara-Negara Anggota ASEAN
Untuk memajukan pariwisata negara-negara ASEAN, masyarakat ASEAN sebaiknya berwisata di negara-negara ASEAN saja, jangan ke negara di luar ASEAN. Begitu himbauan bidang pariwisata yang dilontarkan Menbudpar Jero Wacik usai menghadiri Gala Dinner Pembukaan ASEAN ke-18 di Jakarta, Sabtu malam, (7/5/2011). Bagaimana di bidang budaya dan film?
Negara ASEAN yang terdiri atas Indonesia yang kini menjabat sebagai Kepala (Chairman), Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Myanmar, dan Kamboja memiliki obyek wisata kelas dunia yang beragam. Masing-masing negara pun memiliki obyek wisata andalan serta bermacam obyek wisata potensial baik alam, budaya, kuliner dan lainnya.
Selain keberagaman obyek wisata, jumlah penduduk ASEAN sekitar 600 juta jiwa merupakan pasar pariwisata yang dapat menjadi modal utama untuk memajukan pariwisata ASEAN. Sayangnya pariwisata di ASEAN masih berdiri sendiri-sendiri sehingga hasilnya belum optimal.
Karena itulah di bidang pariwisata, Menbudpar Jero Wacik menghimbau masyarakat di negara-negara yang tergabung dalam ASEAN berwisata di kawasan ASEAN bukan ke kawasan lain. “Lebih baik mendahului atau mengutamakan berwisata dke negara-negara di ASEAN untuk memajukan pariwisata ASEAN sendiri,” terangnya.
Dengan begitu, lanjut Jero Wacik, perputaran ekonomi dari sektor pariwisata akan terjadi di kawasan ASEAN, tidak keluar kawasan lain. “Dan yang menikmatinya adalah masyarakat kawasan ASEAN juga,” katanya.
Di bidang budaya, Menbudpar Jero Wacik juga menghimbau pertukaran budaya antarnegara ASEAN kembali ditingkatkan lagi untuk lebih memperkenalkan kebudayaan masing-masing negara ke generasi penerus. “Pertukaran budaya antarnegara ASEAN yang dulu pernah ada, harus digalakkan dan ditambah jumlahnya biar persaudaran antarnegara ASEAN lewat budaya tambah erat,” imbuhnya.
Festival Film ASEAN
Di bidang perfilman, Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini memiliki agenda dalam KTT ASEAN dengan menyelenggarakan Festival Film ASEAN. ”Rencananya akan dibuka di Jakarta dilanjutkan dengan roadshow di enam (6) provinsi dan beberapa kota lain di ASEAN. Sedangkan acara puncaknya di Bali bersamaan dengan ASEAN Fair dengan menghadirkan talkshow soal film bersama tokoh film dunia,” jelas Ukus Kuswara selaku Plt. Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF) Kemenbudpar pada hari dan acara yang sama.
Jenis film yang akan difestivalkan anatra lain film layar lebar, film pendek, dan dokumenter. ”Kami masih menunggu dan mengumpulkan film-film dari para peserta festival,” akunya seraya berharap fetiavala terebut menjadi langkah awal terbentuknya satu komunitas film ASEAN yang bertujuan menuju peningkatan daya saing dunia perfilman di kawasan Asia Tenggara.
Dengan adanya komunitas tersebut, lanjut Ukus akan terjadi saling tukar informasi dan pengalaman sehingga kualitas film di ASEAN makin berdaya saing tinggi.
Di bidang perfilman tambah Ukus, masing-masing negara ASEAN memiliki keunggulan tersendiri. Singapura misalnya memiliki fasilitas studio yang memadai, Thailand unggul dalam jasa teknisnya, sementara Indonesia unggul dalam genre film yang beragam serta lokasi syuting dan budaya yang lengkap.
Bidang perfilman dinilai sangat penting sebagai salah satu bahan bahasan dalam KTT ASEAN mengingat peran film dapat mempercepat pemahaman tentang sesuatu dan menjadi media interaksi efektif.
Pada malam Gala Dinner Pembukaan KTT ASEAN ke-18 yang dihadiri sejumlah kepala pemerintahan dan para menteri se-ASEAN ini dimeriahkan dengan penampilan Twilite Orchestra dengan konduktor Adie MS.
Saat Jamuan makan malam berlangsung, Twilite Orchestra mempersembahkan lagu-lagu populer dari negara-negara di ASEAN. Dilanjutkan dengan penampilan Tarian Geleng Ro’om dari Jawa Timur yang menceritakan kegigihan perempuan etnik Madura. Selanjutnya penampilan Elfa’s Singer membawakan lagu ciptaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertajuk Save Our Planet, disusul medley lagu kebangsaan negara-negara ASEAN dan diakhiri dengan suguhan musik interaktif dengan lagu Trepak dan Manuk Dadali.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus)
Foto: Irhamna Ilham, Pusformas, Kemenbudpar
Negara ASEAN yang terdiri atas Indonesia yang kini menjabat sebagai Kepala (Chairman), Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Myanmar, dan Kamboja memiliki obyek wisata kelas dunia yang beragam. Masing-masing negara pun memiliki obyek wisata andalan serta bermacam obyek wisata potensial baik alam, budaya, kuliner dan lainnya.
Selain keberagaman obyek wisata, jumlah penduduk ASEAN sekitar 600 juta jiwa merupakan pasar pariwisata yang dapat menjadi modal utama untuk memajukan pariwisata ASEAN. Sayangnya pariwisata di ASEAN masih berdiri sendiri-sendiri sehingga hasilnya belum optimal.
Karena itulah di bidang pariwisata, Menbudpar Jero Wacik menghimbau masyarakat di negara-negara yang tergabung dalam ASEAN berwisata di kawasan ASEAN bukan ke kawasan lain. “Lebih baik mendahului atau mengutamakan berwisata dke negara-negara di ASEAN untuk memajukan pariwisata ASEAN sendiri,” terangnya.
Dengan begitu, lanjut Jero Wacik, perputaran ekonomi dari sektor pariwisata akan terjadi di kawasan ASEAN, tidak keluar kawasan lain. “Dan yang menikmatinya adalah masyarakat kawasan ASEAN juga,” katanya.
Di bidang budaya, Menbudpar Jero Wacik juga menghimbau pertukaran budaya antarnegara ASEAN kembali ditingkatkan lagi untuk lebih memperkenalkan kebudayaan masing-masing negara ke generasi penerus. “Pertukaran budaya antarnegara ASEAN yang dulu pernah ada, harus digalakkan dan ditambah jumlahnya biar persaudaran antarnegara ASEAN lewat budaya tambah erat,” imbuhnya.
Festival Film ASEAN
Di bidang perfilman, Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini memiliki agenda dalam KTT ASEAN dengan menyelenggarakan Festival Film ASEAN. ”Rencananya akan dibuka di Jakarta dilanjutkan dengan roadshow di enam (6) provinsi dan beberapa kota lain di ASEAN. Sedangkan acara puncaknya di Bali bersamaan dengan ASEAN Fair dengan menghadirkan talkshow soal film bersama tokoh film dunia,” jelas Ukus Kuswara selaku Plt. Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF) Kemenbudpar pada hari dan acara yang sama.
Jenis film yang akan difestivalkan anatra lain film layar lebar, film pendek, dan dokumenter. ”Kami masih menunggu dan mengumpulkan film-film dari para peserta festival,” akunya seraya berharap fetiavala terebut menjadi langkah awal terbentuknya satu komunitas film ASEAN yang bertujuan menuju peningkatan daya saing dunia perfilman di kawasan Asia Tenggara.
Dengan adanya komunitas tersebut, lanjut Ukus akan terjadi saling tukar informasi dan pengalaman sehingga kualitas film di ASEAN makin berdaya saing tinggi.
Di bidang perfilman tambah Ukus, masing-masing negara ASEAN memiliki keunggulan tersendiri. Singapura misalnya memiliki fasilitas studio yang memadai, Thailand unggul dalam jasa teknisnya, sementara Indonesia unggul dalam genre film yang beragam serta lokasi syuting dan budaya yang lengkap.
Bidang perfilman dinilai sangat penting sebagai salah satu bahan bahasan dalam KTT ASEAN mengingat peran film dapat mempercepat pemahaman tentang sesuatu dan menjadi media interaksi efektif.
Pada malam Gala Dinner Pembukaan KTT ASEAN ke-18 yang dihadiri sejumlah kepala pemerintahan dan para menteri se-ASEAN ini dimeriahkan dengan penampilan Twilite Orchestra dengan konduktor Adie MS.
Saat Jamuan makan malam berlangsung, Twilite Orchestra mempersembahkan lagu-lagu populer dari negara-negara di ASEAN. Dilanjutkan dengan penampilan Tarian Geleng Ro’om dari Jawa Timur yang menceritakan kegigihan perempuan etnik Madura. Selanjutnya penampilan Elfa’s Singer membawakan lagu ciptaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertajuk Save Our Planet, disusul medley lagu kebangsaan negara-negara ASEAN dan diakhiri dengan suguhan musik interaktif dengan lagu Trepak dan Manuk Dadali.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus)
Foto: Irhamna Ilham, Pusformas, Kemenbudpar
0 komentar:
Posting Komentar