Kereta Ekonomi Versus Kereta Wisata
Dua gambar ini jelas menerangkan mana kereta api ekonomi dan mana kereta api wisata. Yang satu begitu merakyat, begitu 'diminati' sampai ruang bagian atapnya penuh. Satu lagi begitu lapang lengkap dengan fasilitas hiburan namun tak terjangkau rakyat kebanyakan. Bisakah kereta api ekonomi senyaman kereta api wisata? Ah jangan mimpi!
Berdesakan. Berdiri saja susah apalagi dapat duduk di jam-jam sibuk. Bahkan mau masuk pun penuh perjuangan. Masuk wangi keluar apek dan lecek. Begitulah wajah kereta ekonomi yang beberapa hari ini ramai dibicarakan sejak PT KA melakukan penertiban penumpangnya yang duduk di atap kereta.
Kalau Anda tak percaya coba saja berangkat pagi dari arah Bogor menuju Jakarta. Dan sebaliknya jam pulang kantor, sore dan jelang malam dari Jakarta menuju Bogor. Kondisi serupa juga terjadi dari arah Rangkasbitung ke Tanah Abang pagi dan kereta ekonomi dari Bekasi ke Jakarta pagi dan sore hari. Dijamin Anda bakal menikmati siksaan neraka dalam gerbong kereta murah meriah ini. Sampai ada plesetan masuk singkong keluar tape.
Tak urung ratusan orang terpaksa naik ke atap kereta daripada mereka telat ke sekolah, kampus, ke pasar, ke tempat kerja dan lainnya. Mereka rela menaruhkan nyawa daripada tidak terangkut. Karena memang tak ada pilihan. Mungkin kalau jumlah kereta ekonomi memadai, gerbongnya bisa menampung manusia secara manusiawi bukan seperti sekarang ini,ribuan penumpangnya diperlakukan bak segerombolan binatang saja. Tersiksa, berangkat dan pulang kerja. Pasti penumpang lebih memilih di dalam daripada di atas. Sayang itu masih mimpi.
Penertiban penumpang yang duduk di atap kereta beberapa hari belakangan ini lalu penumpang nakal yang terjaring diberi peringatan dan denda lima kali harga tiket Rp1.500, jadi Rp7.500. Bukanlah solusi jangka panjang. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007, penumpang di atap kereta api dapat dihukum tiga bulan penjara dan denda maksimal Rp15 juta.
Begitu juga penyemprotkan air berwarna ke atap kereta dengan harapan penumpang tidak lagi naik ke atap. Lihat saja pagi hari petugas sibuk mengawasi penumpang yang berjejalan. Tapi jelang malam tidak ada yang mengawasi. Sejumlah penumpang kembali duduk di atas. Lagi-lagi mereka bilang. Ini terpaksa karena di atas lebih adem sedangkan di dalam seperti dipanggang.
Fasilitas Hiburan
Lain lagi dengan kereta wisata seperti KA Nusantara, KA Toraja, dan KA Bali yang dapat disewa dengan tarif khusus sesuai jarak. KA ini disambungkan dengan dengan KA kelas Argo sesuai kapasitas tarik lokomotif.
KA Nusantara berkapasitas 19 tempat duduk eksklusif, kamar tidur untuk 2 orang yang dilengkapi kaca rias, lampu tidur, dan wastafel. Gerbong ini juga dilengkapi balkon VIP, jadi Anda dapat melihat pemandangan ke arah luar arah belakang secara leluasa. Di lobi tengah Anda dapat berkaroke atau menonton TV, ruangannya ditata mewah berikut fasilitas audio-video, TV monitor, AC, dan kamar mandi. Desain interior dan segala aksesoris di KA Nusantara menggambarkan seni dan keindahan dari berbagai pelosok Nusantara.
KA Toraja bernomor seri S67802 memiliki 22 tempat duduk eksklusif, 16 tempat duduk di meeting room, dan 6 tempat duduk di ruang khusus (kabin). Sama seperti KA Nusantara, KA ini pun dilengkapi minibar, kamar mandi, fasilitas audio-video, dan AC. Desain interiornya serta ukiran dan lukisan di dinding kereta bermotif seni budaya Tana Toraja.
Begitu pula dengan fasilitas dan desain interior dan pernak-pernik KA Bali, yang mencerminkan seni budaya Bali seperti lukisan penari perempuan Bali dan lainnya.
Untuk menikmati KA Wisata yang dijadikan satu rangkaian dengan KA eksekutif itu, Anda harus menyewa satu gerbong yang tarifnya mencapai Rp 20 juta per satu gerbong atau setara dengan 40 tempat duduk KA Argo Gede yang harga tiketnya sekitar Rp 500.000 per orang.
Tarif KA Wisata dari Jakarta ke Yogyayakarta dan Solo Rp 17,5 juta tahun lalu. Sedangkan dari Jakarta ke Surabaya (Rp 20 juta). Kalau di bagi 22 orang tidak sampai 1 juta per orang.
Tarif tersbut jelas hanya terjangkau mereka yang berkantong tebal, kalangan pejabat dan artis. Tahun 2009 lalu Mantan Menkeu Fuad Bawazier menyewa KA Wisata ini untuk mudik ke Cilacap. Sedangkan artis Mayang Sari dan keluarga menggunakannya untuk balik ke kampung halamannya, Purwokerto.
Bagaimana dengan rakyat jelata yang biasa menggunakan kereta ekonomi? Rasanya bisa menikmati kereta wisata itu cuma impian. Apalagi berharap kereta ekonomi senikmat kereta wisata. Ah lagi-lagi, jangan mimpi!
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar