Jero Wacik Tak Pernah Bawa Agenda Pribadi
Selama menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), saya tidak pernah membawa agenda pribadi. Saya tidak pernah membawa agenda Jero Wacik. Saya selalu membawa agendanya rakyat dan agendanya presiden. Karena presiden dipilih oleh rakyat. Apa yang diagendakan ke saya adalah agenda rakyat. Begitu Jero Wacik membocorkan resep jitunya hingga berhasil menjadi Menbudpar untuk kali kedua. Apa lagi resepnya?
“Kalau diperintah presiden SBY, sebagai menterinya, saya pasti jalankan. Tidak pernah pakai begana-begini, begana-begini,” akunya sebelum mengukuhkan pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), di Jakarta, Kamis (5/5/2010).
“Kerena saya selalu mengerjakan perintah presiden, makanya sewaktu SBY membuat Kabinet Bersama Indonesia (KBI) jilid 2, beliau mencantumkan nama saya lagi,” akunya.
Jadi resepnya, kalau ditugaskan A oleh presiden jangan laksanakan B. Kalau disuruh B jangan kerjakan Z. “Kalau menterinya tetap begitu, menjabat lima tahun saja itu sudah untung, tidak dua tahun saja,” terangnya seraya menambahkan bahwa begitulah hidup harus saling memberi.
Agenda yang ditugaskan oleh presiden SBY ke para menterinya adalah semua yang diurus harus menciptakan pro growth, pro job, pro poor, and pro environment. Dibidang budpar begitu juga. harus memberi pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, ikut mengentaskan kemiskinan, dan menjaga atau respek pada kelestarian lingkungan.
Dengan agenda itu Jero Wacik menegaskan bahwa pariwisata harus mensejahterahkan rakyat. “Saya tidak semangat bekerja kalau pariwisata tidak mensejahterakan rakyat. Saya mau begadang, mati-matian karena tujuan pariwisata itu demi mensejahterakan rakyat,” tekadnya seraya menegaskan lagi bahwa pariwisata itu tidak akan ada nilainya kalau tidak mensejahterahkan rakyat.
Jero Wacik akui baru terjun bebas ke pariwisata setelah jadi Menbudpar. Tapi jauh sebelumnya, dia sudah terjun bebas di bidang pariwisata juga. “Saya ngerti pariwisata karena saya pernah punya hotel dan vila. Bukan cuma ngerti tapi sangat ngerti,” tegasnya.
Dia mencontohkan, kalau turis dibaikin, diurus dengan baik, diberikan hospitality yang sempurna, turis itu akan datang lagi. “Tapi kalau turis itu kecewa, biar promosinya besar-besaran, dia kapok, dia tidak mau datang lagi. Saya sangat tahu itu,” terangnya.
Dan itu pula yang lakukannya sebagai Menbudpar, yakni mengajak semua pihak terkait dan masyarakat untuk menjadi tuan rumah bagi wisatawan dengan baik, ramah, dan menyenangkan.
Menurutnya pariwisata akan mundur kalau imej Indonesia seram. Karena itu dia berkali-kali menghimbau jangan bikin berita-berita yang menyeramkan. “Jangan ada kerusuhan sedikit terus dicover dari sana-sini kayak banyak betul kerusuhannya. Baru di pojok Jakarta ada kerusuhan saja, gede sekali pemberitaannya sehingga orang berpikir Jakarta hancur dan rusuh. Padahal tidak ada apa-apa. Ada demo di depan Istana Presiden, bakar ban mobil, beritanya seperti semua hancur. Padahal kalau Anda datang ke mall tenang-tenang saja,” terangnya.
Jero Wacik juga kerap mengatakan jangan menjelek-jelekkan negeri sendiri. Sebaliknya jangan justru membanggakan negara orang lain. “Banggalah menjadi bangsa Indonesia dengan tetap menggunakan, melestarikan, dan bangga berbudaya sendiri. Dengan begitu kita tidak akan kehilangan jatidiri sebagai bangsa yang berkarakter dan beraneka budaya tinggi,” terangnya.
Selama bekerja sebagai Menbudpar, Jero Wacik mengaku selalu bekerja sama dengan kementerian terkait termasuk dengan organisasi kepariwisataan. “Menteri macam apa saya kalau ada organisasi kepariwisataan yang bertujuan memajukan pariwisata Indonesia bersama-sama pemerintah, berteman, bermitra, masak kalau diminta bantuan kepada saya, saya tidak kasih. Pasti saya kasih tapi tidak banyak-banyak,” katanya.
Menurutnya lagi, anggaran Kemenbudpar ada tapi masih sedikit. “Jadi kita bagi sedikit-sedikit, biar bisa maju bersama. Dan anggaran itu uang rakyat, jadi harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat,” jelasnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
“Kalau diperintah presiden SBY, sebagai menterinya, saya pasti jalankan. Tidak pernah pakai begana-begini, begana-begini,” akunya sebelum mengukuhkan pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), di Jakarta, Kamis (5/5/2010).
“Kerena saya selalu mengerjakan perintah presiden, makanya sewaktu SBY membuat Kabinet Bersama Indonesia (KBI) jilid 2, beliau mencantumkan nama saya lagi,” akunya.
Jadi resepnya, kalau ditugaskan A oleh presiden jangan laksanakan B. Kalau disuruh B jangan kerjakan Z. “Kalau menterinya tetap begitu, menjabat lima tahun saja itu sudah untung, tidak dua tahun saja,” terangnya seraya menambahkan bahwa begitulah hidup harus saling memberi.
Agenda yang ditugaskan oleh presiden SBY ke para menterinya adalah semua yang diurus harus menciptakan pro growth, pro job, pro poor, and pro environment. Dibidang budpar begitu juga. harus memberi pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, ikut mengentaskan kemiskinan, dan menjaga atau respek pada kelestarian lingkungan.
Dengan agenda itu Jero Wacik menegaskan bahwa pariwisata harus mensejahterahkan rakyat. “Saya tidak semangat bekerja kalau pariwisata tidak mensejahterakan rakyat. Saya mau begadang, mati-matian karena tujuan pariwisata itu demi mensejahterakan rakyat,” tekadnya seraya menegaskan lagi bahwa pariwisata itu tidak akan ada nilainya kalau tidak mensejahterahkan rakyat.
Jero Wacik akui baru terjun bebas ke pariwisata setelah jadi Menbudpar. Tapi jauh sebelumnya, dia sudah terjun bebas di bidang pariwisata juga. “Saya ngerti pariwisata karena saya pernah punya hotel dan vila. Bukan cuma ngerti tapi sangat ngerti,” tegasnya.
Dia mencontohkan, kalau turis dibaikin, diurus dengan baik, diberikan hospitality yang sempurna, turis itu akan datang lagi. “Tapi kalau turis itu kecewa, biar promosinya besar-besaran, dia kapok, dia tidak mau datang lagi. Saya sangat tahu itu,” terangnya.
Dan itu pula yang lakukannya sebagai Menbudpar, yakni mengajak semua pihak terkait dan masyarakat untuk menjadi tuan rumah bagi wisatawan dengan baik, ramah, dan menyenangkan.
Menurutnya pariwisata akan mundur kalau imej Indonesia seram. Karena itu dia berkali-kali menghimbau jangan bikin berita-berita yang menyeramkan. “Jangan ada kerusuhan sedikit terus dicover dari sana-sini kayak banyak betul kerusuhannya. Baru di pojok Jakarta ada kerusuhan saja, gede sekali pemberitaannya sehingga orang berpikir Jakarta hancur dan rusuh. Padahal tidak ada apa-apa. Ada demo di depan Istana Presiden, bakar ban mobil, beritanya seperti semua hancur. Padahal kalau Anda datang ke mall tenang-tenang saja,” terangnya.
Jero Wacik juga kerap mengatakan jangan menjelek-jelekkan negeri sendiri. Sebaliknya jangan justru membanggakan negara orang lain. “Banggalah menjadi bangsa Indonesia dengan tetap menggunakan, melestarikan, dan bangga berbudaya sendiri. Dengan begitu kita tidak akan kehilangan jatidiri sebagai bangsa yang berkarakter dan beraneka budaya tinggi,” terangnya.
Selama bekerja sebagai Menbudpar, Jero Wacik mengaku selalu bekerja sama dengan kementerian terkait termasuk dengan organisasi kepariwisataan. “Menteri macam apa saya kalau ada organisasi kepariwisataan yang bertujuan memajukan pariwisata Indonesia bersama-sama pemerintah, berteman, bermitra, masak kalau diminta bantuan kepada saya, saya tidak kasih. Pasti saya kasih tapi tidak banyak-banyak,” katanya.
Menurutnya lagi, anggaran Kemenbudpar ada tapi masih sedikit. “Jadi kita bagi sedikit-sedikit, biar bisa maju bersama. Dan anggaran itu uang rakyat, jadi harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat,” jelasnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar