Buat Fakultas Perfilman dan Tambah Bioskop
Dalam upaya menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang perfilman yang bermutu, Kementerian Kebudayaan & Pariwisata (Kemenbudpar) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan pihak terkait tengah membahas pembuatan Fakultas Perfilman.
Kata Menbupdar Jero Wacik, mulai tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya kita akan membuat film yang banyak dengan mutu yang lebih baik. Untuk itu diperlukan SDM perfilman yang baik.
“Sekarang kita cuma memiliki Sekolah Film di IKJ. Itu dinilai sangat kurang. Oleh karema itu saya menggagas membuat Fakultas Perfilman bekerjasama dengan Kemendiknas. Saya sudah mengajukan surat ke Mendiknas karena kebetukan Kemendiknas dan Kemenbudpar berada di komisi X DPR maka pembahasannya nanti akan di komisi X,” jelasnya usai membuka Lokakarya Pengembangan Seni Budaya dan Perfilman di Jakarta, Rabu (06/03/2011).
Saat ini, lanjut Jero Wacik sedang dipelajari dimana tempat yang tepat untuk membuat Fakultas Perfilman itu. “Ada beberapa usulan seperti di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja atau Bali. Usulan lain di perguruan tinggi besar lain seperti ITB, UI ataupun Gajah Mada. Mana tempat yang sanggup dan cocok membuat fakultas perfilman, ini yang sedang dibahas,” terangnya.
Kemenbudpar juga tengah mengusulkan pihak-pihak terkait untuk menambah gedung bioskop, mengingat gedung bioskop yang ada sekarang jumlahnya masih kurang. Menurut Jero Wacik, jumlah layar bioskop kita baru 600 layar. Diharapkan pada tahun 2014 sudah ada 1.000 layar agar rakyat di daerah dan kota lain di seluruh Indonesia dapat menonton film.
“Saya minta Walikota dan Bupati, jika ada orang yang meminta izin mendirikan bangunan (IMB) untuk membuat mall, ditambah persyaratannya di mall itu harus ada gedung bioskiop 1-2 layar. Ini yang sedang kita dorong. Sehingga dalam 3 tahun ini jumlah layar film kita bisa menjadi 1.000,” imbuhnya.
Untuk meningkat jumlah dan mutu film Indonesia lainnya, Kemenbudpar sedang menyiapkan anggaran yang sudah disetujui oleh Komisi X DPR RI untuk mensubsidi film-film yang bercerita tentang kepahlawan dan membangun karakter anak-anak.
“Banyak orang bilang film tentang kepahlawanan atau membangun karakter anak-anak itu tidak laku. Menurut saya itu salah. Contoh cerita film kepahlawanan Naga Bonar dan Naga Bonar Jadi 2 yang dibuat lucu itu sukses atau film tentang anak-anak seperti Garuda Di Dadaku dan Laskar Pelangi itu yang membangun karakter anak, itu juga sangat laku. Karena banyak orangtua kita yang ingin anak-anaknya menonton film yang mendidik,” jelasnya yang juga akan mendorong perkembangan seni musik yang sudah sangat baik serta teater dan juga sastra yang dirasa semakin terlupakan. Menurut
Ketua Komisi X DPR RI Prof. DR.H.Mahyuddin NS,Sp.OG, sebelum menyetujui anggaran yang diajukan Kemenbudpar, dilihat dulu apa isi filmnya, apakah membangkitkan budaya lokal atau kepemimpinan atau karakter bangsa dll. “Berapa jumlah besar anggarannya, kita akan sharing. Yang pasti anggaran itu keluar dari APBN tahun 2011, karena kita ingin meningkatkan jumlah film lebih dari 100 tahun ini juga,” jelasnya.
Lokakarya yang mengkat Tema “Pembangunan Kebudayaan untuk Menyeimbangkan Kesejahteraan dan Harmoni Kehidupan Bangsa” ini diikuti sekitar 180 peserta baik seniman-budayawan, anggota DPR dari Komisi X, orang-orang perfilman, asosiasi kesusastraan, akademisi, media dan lainnya.
Lokakarya ini diharapkan menghasilkan usulan-usulan dan pemikiran-pemikiran yang akan dikemas menjadi program-program untuk membangun karakter bangsa yang didanai APBN.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto:. Dok. Ist.
Kata Menbupdar Jero Wacik, mulai tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya kita akan membuat film yang banyak dengan mutu yang lebih baik. Untuk itu diperlukan SDM perfilman yang baik.
“Sekarang kita cuma memiliki Sekolah Film di IKJ. Itu dinilai sangat kurang. Oleh karema itu saya menggagas membuat Fakultas Perfilman bekerjasama dengan Kemendiknas. Saya sudah mengajukan surat ke Mendiknas karena kebetukan Kemendiknas dan Kemenbudpar berada di komisi X DPR maka pembahasannya nanti akan di komisi X,” jelasnya usai membuka Lokakarya Pengembangan Seni Budaya dan Perfilman di Jakarta, Rabu (06/03/2011).
Saat ini, lanjut Jero Wacik sedang dipelajari dimana tempat yang tepat untuk membuat Fakultas Perfilman itu. “Ada beberapa usulan seperti di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja atau Bali. Usulan lain di perguruan tinggi besar lain seperti ITB, UI ataupun Gajah Mada. Mana tempat yang sanggup dan cocok membuat fakultas perfilman, ini yang sedang dibahas,” terangnya.
Kemenbudpar juga tengah mengusulkan pihak-pihak terkait untuk menambah gedung bioskop, mengingat gedung bioskop yang ada sekarang jumlahnya masih kurang. Menurut Jero Wacik, jumlah layar bioskop kita baru 600 layar. Diharapkan pada tahun 2014 sudah ada 1.000 layar agar rakyat di daerah dan kota lain di seluruh Indonesia dapat menonton film.
“Saya minta Walikota dan Bupati, jika ada orang yang meminta izin mendirikan bangunan (IMB) untuk membuat mall, ditambah persyaratannya di mall itu harus ada gedung bioskiop 1-2 layar. Ini yang sedang kita dorong. Sehingga dalam 3 tahun ini jumlah layar film kita bisa menjadi 1.000,” imbuhnya.
Untuk meningkat jumlah dan mutu film Indonesia lainnya, Kemenbudpar sedang menyiapkan anggaran yang sudah disetujui oleh Komisi X DPR RI untuk mensubsidi film-film yang bercerita tentang kepahlawan dan membangun karakter anak-anak.
“Banyak orang bilang film tentang kepahlawanan atau membangun karakter anak-anak itu tidak laku. Menurut saya itu salah. Contoh cerita film kepahlawanan Naga Bonar dan Naga Bonar Jadi 2 yang dibuat lucu itu sukses atau film tentang anak-anak seperti Garuda Di Dadaku dan Laskar Pelangi itu yang membangun karakter anak, itu juga sangat laku. Karena banyak orangtua kita yang ingin anak-anaknya menonton film yang mendidik,” jelasnya yang juga akan mendorong perkembangan seni musik yang sudah sangat baik serta teater dan juga sastra yang dirasa semakin terlupakan. Menurut
Ketua Komisi X DPR RI Prof. DR.H.Mahyuddin NS,Sp.OG, sebelum menyetujui anggaran yang diajukan Kemenbudpar, dilihat dulu apa isi filmnya, apakah membangkitkan budaya lokal atau kepemimpinan atau karakter bangsa dll. “Berapa jumlah besar anggarannya, kita akan sharing. Yang pasti anggaran itu keluar dari APBN tahun 2011, karena kita ingin meningkatkan jumlah film lebih dari 100 tahun ini juga,” jelasnya.
Lokakarya yang mengkat Tema “Pembangunan Kebudayaan untuk Menyeimbangkan Kesejahteraan dan Harmoni Kehidupan Bangsa” ini diikuti sekitar 180 peserta baik seniman-budayawan, anggota DPR dari Komisi X, orang-orang perfilman, asosiasi kesusastraan, akademisi, media dan lainnya.
Lokakarya ini diharapkan menghasilkan usulan-usulan dan pemikiran-pemikiran yang akan dikemas menjadi program-program untuk membangun karakter bangsa yang didanai APBN.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto:. Dok. Ist.
0 komentar:
Posting Komentar