Foto-foto Pra dan Pascaerupsi Merapi Dipamerkan
Seorang ibu tua duduk di atas tikar dan berpayung di bawah terik mentari sambil menjajakan dagangannya. Sementara di belakangnya tampak jelas tegakan Gunung Merapi dan hamparan lahan yang hangus dan porak poranda oleh awan panas wedus gembel dan muntahan material Merapi lainnya. Foto bertajuk “Pasca Erupsi” karya Agus Sastriawan Pramudito yang diambil di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada 16 Desember 2010 pukul 08.54 Wib itu begitu menyentuh.
Itulah salah satu foto pameran bertajuk “Merapi Sahabatku” atas kerjasama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bekerjasama dengan Disbudparprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jogja Tanggap Cepat (JTC) di lobi Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta sejak Jum’at, 7 Januari hingga Minggu, 9 Januari 2011.
Masih ada beberapa foto lain yang diambil per Desember 2010 atau sebulan setelah Merapi Meletus antara lain foto berjudul Memanggul Pakan Ternak jempretan Berti L Nuamberi, Konservasi Lereng Selatan Merapi (Ardi Rimbawan), Berkah Merapi (Ditya Fajar Rizkizha), Gotong Royong (CHR Andi Nurhaynta), Mengais Harapan (Stanlie AT), dan Foto Merapi Selalu Menemani Kami Bekerja karya Tri Saputra yang diambil tanggal 19 Desember 2010 di Desa Ganding, Argomulyo, Cangkringan, Sleman.
Semua foto tersebut berlatar Gunung Merapi yang masih berdiri tegak meski baru sebulan lalu menumpahkan sebagian kecil isi perutnya hingga menelan korban.
Sementara belasan foto lainya, masih berlatar Gunung Merapi diambil sejumlah juru foto lainnya sebelum merapi meletus hebat November 2010 lalu. Rentang waktu foto- foto praerupsi diambil pada tahun 2006 sampai dengan Oktober 2010.
Semua foto tersebut, selain dipamerkan juga dijual untuk penggalangan dana. Harga foto-foto tersebut berkisar antara Rp 7juta sampai dengan Rp 10juta per foto. Hasil penjualan foto-foto tersebut 30% untuk pemilik atau fotografernya sementara 70% untuk disumbangkan.
“Foto-foto yang dipamerkan membuktikan setiap bencana itu ada hikmahnya. Jangan mudah menyerah dan lekas ambil tindakan yang justru wisatawan jadi takut datang,” sindir Menbudpar Jero Wacik usai membuka pameran ini dan melihat foto-foto yang dipamerkan.
Sementara Kadisbudparprov Tazbir mengatakan pameran foto ini bukan semata menggalangkan dana pun menjadi sarana promosi bagi pariwisata Jogja yang tengah berusaha bangkit dari keterpurukan akibat dampak erupsi. “Dengan foto-foto ini, pastinya akan membuat pengunjung pameran tertarik ingin datang langsung ke lokasi. Apalagi sekarang sudah ada paket-paket tur pascaerupsi ke Merapi,” jelas Tazbir.
Pada hari pertama pameran, sejumlah pejabat eseolon satu Kemenbudpar dan para undangan lain hadir menyaksikan pameran foto ini. “Foto-fotonya bikin hati terenyuh, saya sampai tak kuat melihatnya. Kalau saya beli foto tersebut pasti saya simpan aja di kamar,” kata Titien Sukarya, Staf Ahli Menteri Kemenbudpar.
Lain halnya dengan Purnomo, Presdir PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Dia mengatakan foto-foto yang dipamerkan luar biasa indah. Padahalnya kalau lihat langsung lokasi pascaerupsinya sangat parah. “Mungkin karena yang motret para fotografer andal, fokus pada obyek tertentu jadi terlihat lebih bagus. Sementara kalau lihat langsung dengan bentangan penglihatan yang terlalu luas, jadi tidak fokus,” terangnya.
Beberapa pengunjung lainnya sempat berkomentar soal label harga di masing-masing foto yang dipamerkan. Ada segelincir orang yang mengatakan harga foto yang dijual untuk penggalangan dana itu terlalu murah. “Harusnya harga dinaikkan karena foto-fotonya lumayan bagus-bagus. Atau dengan cara dilelang, pasti dana yang terkumpul lebih besar,” terang salah seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya.
Nah, mumpung masih ada kesempatan. Anda bisa datang dan membeli foto yang dipamerkan. Hitung-hitung menyumbang untuk membantu korban bencana erupsi Merapi yang hingga kini belum sepenuhnya hidup seperti semula.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Itulah salah satu foto pameran bertajuk “Merapi Sahabatku” atas kerjasama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bekerjasama dengan Disbudparprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jogja Tanggap Cepat (JTC) di lobi Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta sejak Jum’at, 7 Januari hingga Minggu, 9 Januari 2011.
Masih ada beberapa foto lain yang diambil per Desember 2010 atau sebulan setelah Merapi Meletus antara lain foto berjudul Memanggul Pakan Ternak jempretan Berti L Nuamberi, Konservasi Lereng Selatan Merapi (Ardi Rimbawan), Berkah Merapi (Ditya Fajar Rizkizha), Gotong Royong (CHR Andi Nurhaynta), Mengais Harapan (Stanlie AT), dan Foto Merapi Selalu Menemani Kami Bekerja karya Tri Saputra yang diambil tanggal 19 Desember 2010 di Desa Ganding, Argomulyo, Cangkringan, Sleman.
Semua foto tersebut berlatar Gunung Merapi yang masih berdiri tegak meski baru sebulan lalu menumpahkan sebagian kecil isi perutnya hingga menelan korban.
Sementara belasan foto lainya, masih berlatar Gunung Merapi diambil sejumlah juru foto lainnya sebelum merapi meletus hebat November 2010 lalu. Rentang waktu foto- foto praerupsi diambil pada tahun 2006 sampai dengan Oktober 2010.
Semua foto tersebut, selain dipamerkan juga dijual untuk penggalangan dana. Harga foto-foto tersebut berkisar antara Rp 7juta sampai dengan Rp 10juta per foto. Hasil penjualan foto-foto tersebut 30% untuk pemilik atau fotografernya sementara 70% untuk disumbangkan.
“Foto-foto yang dipamerkan membuktikan setiap bencana itu ada hikmahnya. Jangan mudah menyerah dan lekas ambil tindakan yang justru wisatawan jadi takut datang,” sindir Menbudpar Jero Wacik usai membuka pameran ini dan melihat foto-foto yang dipamerkan.
Sementara Kadisbudparprov Tazbir mengatakan pameran foto ini bukan semata menggalangkan dana pun menjadi sarana promosi bagi pariwisata Jogja yang tengah berusaha bangkit dari keterpurukan akibat dampak erupsi. “Dengan foto-foto ini, pastinya akan membuat pengunjung pameran tertarik ingin datang langsung ke lokasi. Apalagi sekarang sudah ada paket-paket tur pascaerupsi ke Merapi,” jelas Tazbir.
Pada hari pertama pameran, sejumlah pejabat eseolon satu Kemenbudpar dan para undangan lain hadir menyaksikan pameran foto ini. “Foto-fotonya bikin hati terenyuh, saya sampai tak kuat melihatnya. Kalau saya beli foto tersebut pasti saya simpan aja di kamar,” kata Titien Sukarya, Staf Ahli Menteri Kemenbudpar.
Lain halnya dengan Purnomo, Presdir PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Dia mengatakan foto-foto yang dipamerkan luar biasa indah. Padahalnya kalau lihat langsung lokasi pascaerupsinya sangat parah. “Mungkin karena yang motret para fotografer andal, fokus pada obyek tertentu jadi terlihat lebih bagus. Sementara kalau lihat langsung dengan bentangan penglihatan yang terlalu luas, jadi tidak fokus,” terangnya.
Beberapa pengunjung lainnya sempat berkomentar soal label harga di masing-masing foto yang dipamerkan. Ada segelincir orang yang mengatakan harga foto yang dijual untuk penggalangan dana itu terlalu murah. “Harusnya harga dinaikkan karena foto-fotonya lumayan bagus-bagus. Atau dengan cara dilelang, pasti dana yang terkumpul lebih besar,” terang salah seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya.
Nah, mumpung masih ada kesempatan. Anda bisa datang dan membeli foto yang dipamerkan. Hitung-hitung menyumbang untuk membantu korban bencana erupsi Merapi yang hingga kini belum sepenuhnya hidup seperti semula.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar