. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 27 November 2010

Suku Tengger Bromo Gelar Ritual Doa dan Buka Pintu Gerbang


Masyarakat Tengger yang tinggal di kawasan Bromo menggelar Ritual Doa dan Buka Pintu Gerbang sehari setelah gunung berketinggian 2.392 mdpl ini meletus, Jumat sore kemarin, (26/11/2010). Kedua ritual tersebut bertujuan memohon kepada para dewa agar keselamatan warga yang berada di lereng Bromo terjamin.

Ritual doa digelar di Desa Ngadisari yang berjarak 3 Km dari puncak kawah Bromo. Ritual dipimpin langsung Supoyo selaku kepala dukun adat Suku Tengger. Dalam ritual tersebut pendeta membacakan doa dan mantera tri sandia untuk shang yang widhi dengan dilengkapi dengan kembang tujuh rupa dan sajian makanan untuk para dewa. Asap dupa turut mengiringi doa yang dipanjatkan.

“Kita mengajak masyarakat untuk doa bersama sekalian memberikan penjelasan atau sosialisasi terakit dengan kondisi Gunung Bomo sekarang yang sedang berstatus Awas,” kata Supoyo.

Sementara Ritual membuka gerbang gunung juga digelar di punde yang mengarah langung ke Gunung Bromo digelar di Desa Cemoro Lawang, tak jauh dari tepi lautan pasir. Ritual ini dilakukan oleh pemangku adat setempat, Sugiono. “Saya bermeditasi atau persembahan kepada yang maha kuasa. Tujuannya agar masyarakat Tengger terutama yang ada di lereng Bromo diberi keselamatan,” kata Sugiono.

Masyarakat Tengger memang kerap menggelar ritual sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut yakni Hindu Dharma. Suku yang diyakini sebagai keturunan terakhir Kerajaan Majapahit yang lari karena tidak mau masuk Islam ini sekurangnya menggelar tiga ritual besar setiap tahun yakni Kesada atau Kesodo, Karo dan Unan-Unan.

Upacara Kesodo dirayakan tiap tahun bulan ke-12. Upacara bersifat massal ini berlangsung dari desa-desa di kawasan Bromo hingga puncaknya di kawah Bromo. Setelah berdoa di tengah lautan pasir, tepatnya di Pura Luhur Poten.

Upacara ini diakhiri dengan menyajikan korban (sesaji) ke kawah Bromo. Korban atau sesaji berupa aneka buah-buahan, penganan, hewan bahkan uang demi keselamatan masyarakat dan anak-cucuk masyarakat Tengger. Upacara Kesodo, saat ini juga digunakan untuk melantik dukun baru, disamping pelantikan para pejabat pemerintahan dan orang terhormat lainnya yang diangkat oleh masyarakat Tengger sebagai pinisepuh.

Upacara adat Karo dilaksanakan di rumah atau juga secara terpusat di kepala desa adat pada bulan kedua setiap tahun. Sedangkan Unan-unan adalah upacara yang bertujuan untuk bersih desa dengan memohon keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Tengger. Upacara ini juga bersifat massal dan terbuka bagi pengunjung.

Ritual dan upacara-upacara adat besar masyarakat Tengger inilah yang menambah nilai lebih bagi kawasan Bromo selain keindahan panorama alamnya. Kedua daya tarik itulah yang membuat banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara berdatangan ke Bromo, sekalipun statusnya sedang Awas dan meletus seperti yang terjadi saat ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP