. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 23 November 2010

Stop Pembangunan Hotel Baru di Bali Selatan


Akomodasi seperti hotel berbintang, resort, dan penginapan kelas melati menumpuk di Bali Selatan. Pembangunan akomodasi baru harus distop. Sebaiknya dialihkan ke Bali Utara untuk menghindari kemacetan yang kian parah terutama di kawansan Kuta, sekaligus memberi pemerataan pendapatan ekonomi ke kawasan lain.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (Puslitbangpar), Badan Pengembangan Sumber Daya (PSD), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) pada tahun 2010, sebagaimana dipaparkan Ika K. Permanasari, salah seorang anggota tim peneliti di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin, (22/11/2010).

“Di Bali sekarang sudah ada 52.764 kamar yang tersebar di seluruh kabupaten yang tercatat di Disparda Bali tahun 2009 ditambah data dari Bali Villa Association yang belum tercatat. Dari total tersebut, lebih dari 60 % berada di Bali Selatan yakni Kuta, Legian, Jimbaran, Seminyak, Cangu, dan Nusa Dua. Jumlah itu sudah mencukupi kebutuhan akomodasi bagi wisatawan sampai dengan 2014,” jelas Ika.

Akibat pemusatan akomodasi di kawasan tersebut, selain terjadi kemacetan yang kian parah, pun terjadi masalah sosial dan eksploitasi tanah. “Dampak lainnya, tidak adanya pemerataan pendapatan dari pajak dan lainnya,” terang Ika.

Hasil penelitian ini juga merekomendasikan pembuatan bandara baru di Bali Utara mengingat Bandara Ngurah Rai di Denpasar sudah terlalu padat dan hanya memiliki 1 runway (lintasan). “Bandara baru tersebut sebaiknya untuk domestik, sedangkan Bandara Ngurah Rai khusus internasional. Memiliki dua bandara sangat memungkinkan di Bali mengingat sebagai daerah tujuan wisata nusatara dan dunia seperti halnya Jakarta, Tokyo-Jepang, dan Kuala Lumpur-Malaysia,” terangnya.

Rekomendasi lain dari hasil penelitian ini, perlu adanya pembangunan kereta yang menghubungkan Bali Selatan dengan wilayah lain di Bali Utara, Timur, dan Bali Barat secara terintegrasi. “Untuk sementara mungkin pembangunan kereta untuk angkutan umum masyarakat sehingga menjadi moda alternatif bagi masyarakat untuk mobile. Kalau kereta rakyat sudah berjalan dengan baik, baru dibuat kereta khusus wisata,” imbuh Ika.

Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas (Kapusformas), Kemenbudpar I Gusti Ngurah Putra di Jakarta, Selasa (23/11/2010), usulan pembangunan bandara baru di Bali Utara dan atau kereta yang menghubungkan seluruh wilayah di Bali bukanlah hal baru.

Sebelumnya Menbudpar Jero Wacik sudah melontarkan wacana tersebut di Bali. “Pada awalnya, wacana tersebut mendapat respon negatif dari beberapa masyarakat Bali. Namun berkat penjelasan Menbudpar, belakangan terlihat semakin banyak yang setuju akan ide positif tersebut,” tambah Ngurah Putra.

Selain hasil penelitian di Bali, ada 3 penelitian lain yang disampaikan secara bergantian oleh perwakilan tim peneliti, yakni penelitian mengenai kearifan lokal di daerah rawan bencana di lereng Gunung Merapi-Jogja dan Sumatera Barat, penelitian pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT GT), dan penelitian letusan Gunung Tambora yang memusahkan peradaban di wilayah tersebut.

Menurut Kepala Badan PSD Kemenbudpar, I Gde Pitana hasil penelitian yang diadakan di lingkungan Badan PSD Kemenbudpar memiliki banyak kemajuan. “Hasil penelitiannya mencantumkan pula rekomendasi. Sebelum mengajukan penelitian, terlebih dulu diseleksi mana penelitian yang benar-benar berkualitas, baru kemudian dipublish ke masyarakat lewat media,” jelasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP