. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 23 November 2010

Negara Pengimpor Angklung Meningkat



Pasca-penga-kuan angklung sebagai Repre-sentatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO, permintaan alat musik tradisional asal Jawa Barat ini ke mancanegara meningkat. Bila semula Jepang dan Korea menjadi negara utama pengimpor angklung, belakangan Singapura, Malaysia, Arab, dan China bahkan beberapa negara di Eropa seperti Jerman ikut memesan.

Demikian disampaikan Taufik Hidayat Udjo, Chief Executive Officer Saung Angklung Udjo usai pengukuhan angklung oleh UNESCO di Balairung Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (22/11/10) malam. “Pesanan ekspor angklung diprediksi akan melonjak tajam sebesar 300% pada tahun 2011 pasca terdaftar dan diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan PBB itu. Padahal tahun 2010, ekspor angklung cuma naik 30% dibandingkan tahun 2009,” kata Taufik.


Semula Jepang, lanjut Taufik menjadi yang negara paling banyak mengimpor angklung Indonesia. “Pada tahun 2009 Negara Sakura itu pesan 500 angklung, naik 20% dari tahun 2008,” jelasnya.

Pada tahun 2010, Korea mengambil alih negara pengimpor ekspor angklung utama. “Volume ekspor ke negara gingseng itu 10.000 angklung per tiga bulan sekali, baik angklung orkestra maupun angklung untuk souvenir,” terangnya.

Besarnya permintaan angklung untuk Korea itu, sambung Taufik karena ada 8.000 sekolah TK sampai Universitas yang belajar angklung, dengan 8.000 guru angklung. “Ironisnya Indonesia sebagai pemilik sah angklung dan negara produsen angklung, jumlahnya tidak sebesar Korea," terangnya.

Meningkatnya permintaan angklung ini jelas membutuhkan bahan baku dalam hal ini bambu yang berkualitas untuk angklung. Menurut ahli angklung IndonesiaHE Handiman Diratmasasmita, persediaan bahan baku bambu khususnya di Jawa Barat tidak perludi khawatirkan. “Di pelosok-pelosok Jawa Barat, khususnya di daerah Pantai Selatan seperti Ciamis, Tasikmalaya, Rawabuaya di Garut, Cidaun di Cianjur, Surade, Jampangkulon sampai ke Banten, tersedia hutan bambu untuk bahan baku angklung”, jelas Handiman.

Empat Unsur
Terkait dengan pelestarian dan pengembangan angklung pascapengakuan dari UNESCO, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mendukung diadakannya perlombaan angklung tingkat pelajar untuk menggairakan dan mengembangkan angklung di tanah air.

Menbudpar Jero Wacik juga menghimbau hotel dan akomodasi lain untuk memasukkan arsitektur dan interiornya dengan 4 unsur minimum yakni keris, wayang, batik, dan angklung. “Bila 1 hotel terdiri dari 300 atau 400 kamar, dan setiap kamarnya ada wayang, keris, batik ataupun angklung, bayangkan berapa besar terjadi gerakan ekonomi”, jelasnya.

Ketua Masyarakat Musik Angklung Obby AR Wiramahardja menilai pengakuan angklung oleh Unesco menjadi titik awal (starting point) untuk mengembangkannya. “Kita tidak boleh terlena setelah diakui. Justru ini jadi tantangan kita bersama, baik pemerintah, swasta, komunitas, dan instansi terkait seperti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Perindustrian, dan Kementerian Pertanian. Kita harus mengadakan penataran dan pelatihan untuk mencetak guru-guru angklung, dan para perajin angklung, termasuk penataran dan pelatihan pengenalan jenis bambu yang bermutu untuk bahan baku angklung serta cara penanamannya ”, imbuhnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Rozi, Pusformas, Kemenbudpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP