. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 25 November 2010

Pascaerupsi Merapi, Tren Pariwisata Sleman ke Wisata Budaya


Pascaerupsi Merapi, pariwisata Kabupaten Sleman trennya akan diarahkan ke wisata budaya. Mengingat kekuatan utama masih ada pada budaya masyarakatnya. Faktor pendukungnya, masih tersedia sejumlah desa wisata yang menampilkan semata keberadaan budaya yang berakar kuat dan tumbuh di masyarakat setempat.

“Kalau kita arahkan ke wisata alam, kita kalah dengan Bali, Lombok dan daerah lain. Kalau kita buat wisata buatan, kita akan kalah dengan wisata di kota-kota besar seperti Jakarta, Badung, dan Makassar. Satu-satu andalan kita adalah udaya yang tidak mungkin disamai oleh daerah lain. Cuma masalahnya bagaimana mengemas wisata budaya tersebut agar menarik dan bisa punya nilai jual,” jelas Kepala Dinas Kebupayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo kepada travelplusindonesia di Yogyakarta, baru-baru ini.

Wisata budaya Sleman yang dijual antara lain tradisi-tradisi masyarakat di sejumlah desa wisata. Untuk mempersiapkan itu, sambung Untoro setiap kecamatan yang ada di Sleman menjadi pusat pengembangan dan pelestarian budaya. “Hampir setiap desa dan dusun yang ada di setiap kecamatan, dihidupkan kembali sebagai desa budaya yang kelak menjadi aset yang mendatangkan wisman. Kalau budayanya sudah berjalan dan dikemas dengan menarik, baru kita jual. Tapi yang terpenting embrionya sudah ada,” terangnya.

Kelebihan desa wisata di Sleman, lanjutnya dari aspek ekonomi dipegang langsung oleh masyarakat. Artinya masyarakat yang punya ide, yang bekerja dan memperoleh hasil. Dari sisi pengunjung, biaya akomodasinya relatih murah dibanding hotel. “Budaya yang dijual adalah kehidupan masyarakat seutuhnya, yang berakar dan tumbuh di masyarakat desa tersebut, seperti kendurian, bajak sawah, pembuat aneka kerajinan antara lain batik, bermacam tradisi dan upacara tradisonal lainnya”, tambahnya.

Travel Dialog
Pascaerupsi Merapi, lanjut Untoro, Sleman siap menerima wisatawan yang ingin berwisata. “Kami sudah bekerjasama dengan asosiasi pariwisata seperti ASITA, HPI dan lainya untuk persconference dan kegiatan famtrip untuk anak- anak pengungsi yang akan kami publish,” terangnya.

Mengingat pasar desa wisata di Sleman itu kebanyakan dari Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Jakarta, tambahnya, Disbudpar Sleman bekerjasama dengan Java Promo akan mengadakan travel dialog di Jawa Barat dan DKI Jakarta yang akan digelar Desember 2010.

Sebelum Merapi meletus, target wisatawan mancanegara (wisman) yang ke Sleman dari 150ribu pada 2009 menjadi 300ribu pada 2010. Wisman yang paling banyak antara lain dari Jepang. “Tapi dengan ada bencana ini, saya ragu target itu bisa tercapai. Tapi kalau mendekati bisa, mengingat sampai Juli 2010 sudah sekitar 60 % atau lebih dari setengah dari target yang ditentukan terpenuhi,” jelasnya.

Menurut Untoro lagi, dari sejumlah kabupaten dan 1 kota di DIY, selama ini kontribusi Kabupaten Sleman untuk DIY dari sektor pariwisata termasuk terbesar dan signifikan. Sleman menyumbang di atas 20 %, menyusul kemudian Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP