. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 08 Juli 2010

Freefall di Curug Gendang



Dang..,dang..,dang...Begitu bunyi yang dihasil-kan oleh tumpahan air terjun itu hingga warga sekitar menamakannya Curug Gendang. Tapi itu dulu. Konon suara itu berasal dari terpaan airnya yang deras ke sebatang pohon besar di bawahnya. Belakangan batang pohon itu hanyut terbawa arus hingga bunyi seperti gendang ditabuh itu tak lagi terdengar. Namun nama gendang itu tetap melekat dan justru menarik orang untuk bertandang.

Perempuan berkaos tanktop merah itu adalah salah satunya. Dia datang jauh-jauh karena terpikat daya tarik nama Curug Gendang yang bersemayam di ketinggian 170 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Jelang sore minggu itu, dia berada di atas tebing batu, di puncak air terjun yang mata airnya berasal dari hulu Gunung Pangajaran. Dia ambil ancang-ancang, sepintas seperti ingin bunuh diri. Rekannya pria bertelanjang dada, siap-siap mengabadikannya. Setelah dia memberi aba-aba ok, perempuan berambut pirang sebahu itu meloncat, terjun bebas dari sisi kiri tumpahan Curug Gendang, setinggi kurang lebih 7 meter.

Byur...ketika badannya menimpa air, masuk ke dalam genangan kolam alami tumpahan curug itu yang dalamnya sekitar 10 meter. Tak lama berselang dia muncul lalu berenang ke tepian. Aksi nekatnya sempat mengundang kagum beberapa pasang mata, termasuk aku yang berhasil mengabadikannya.

Sebenarnya aksi terjun bebas perempuan itu adalah hal biasa yang kerap dilakukan pengunjung yang beryali lebih. Udri (20) dan Ardi (17) misalnya, dua pemuda lokal ini sudah berkali-kali terjun bebas di curug ini. Setelah terjun dan berenang ke tepian, mereka berenang lagi ke dinding tebing lalu memanjatnya tanpa batuan akar apalagi tali. Setibanya di atas, mereka kembali terjun bebas.

Melihat aksi Udri dan Ardi berulang kali tanpa lelah dan takut, seolah sedang bermain-main di arena waterpark alami saja. Padahal untuk terjun bebas dari puncak curug ke kolamnya dibutuhkan keberanian. Terlebih memanjat tebingnya yang berair dan licin. Tubuh mereka lentur seperti cecak sedang merayap tembok. Bagi Udri dan Ardi, memanjat dinding Curug Gendang lalu terjun bebas dari puncaknya adalah keharusan sekaligus kesempurnan. Tanpa terjun bebas, keutuhan kunjungan rasanya kurang lengkap.

Puas mengabadikan aksi terjun bebas dari puncak curug. Aku bergegas menuruni setapak menuju kolam alami. Sebelum sampai ke bibir sungai, sempat berpapasan dengan perempuan bule ber-tangtop merah yang tadi melakukan aksi terjun bebas itu. Where do you come from? Tanyaku. “I’m Germany,” balasnya sambil tersenyum. How after freefall? “Verry satisfied,” akunya dengan wajah cerah yang menyiratkan kepuasan hatinya.

Awalnya aku pikir setapak menurun itu langsung menuju kolam alami, ternyata tidak. Aku harus menyusuri sungai sepanjang 15 meter, aliran dari tumpahan curug itu yang membelah dua tebing bebatuan di kiri kanannya. Aksi buka celana panjang dan underware pun tak terhindar. Daripada pulang berbasah-basah, cukup bercelana pendek saja.

Kesulitan pertama teratasi. Kesulitan kedua muncul. Aku lupa bawa kantung plastik untuk mengamankan kamera dari kemungkinan terjatuh lalu terbawa arus. Tak ada pilihan selain berjalan ekstra hati-hati, pelan namun pasti. Pikiranku kini terpusat bagaimana caranya kamera yang kubawa tidak tercebur.

Melangkah dari batu satu di dasar sungai yang terlihat ke batu satu lagi, buat aku seperti sebuah perjalanan perjuangan penyelamatan kamera. Aku menjinjingnya seperti menjinjing senapan, seolah sedang berperang gerilya mendekati markas musuh, melewati sungai berarus hingga setinggi dada.

Untunglah perjalanan pendek yang terasa lama itu tuntas. Aku sampai di bebatuan di tepian kolam curug itu. Dari situlah aku puas memotret tumpahan air Curug Gendang, tebing-tebingnya dan gemuruh airnya. Termasuk mengabadikan aksi Daden, penggiat alam bebas asal Kecamatan Menes, dan tentu saja aksi terjun bebas Udri dan Ardi yang begitu energik.

Minum kopi hangat, selepas mandi di air Curug Gendang yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan rematik dan memberi aura cinta itu adalah pilihat tepat. Di atas puncak curug ada pondok warung yang menjual minuman mineral, kopi, makanan kecil, dan mie rebus.

Sebenarnya masih ada satu air terjun lagi tak jauh dari Curug Gendang, namanya Curug Putri. “Curugnya lebih indah, seperti Green Canyon,” kata Daden. “Cuma 30 menit dari Curug Gendang, sebelum tiba di curug itu harus menyusuri sungainya,” timpal Sardi yang baru mengantar turis asal Jerman dan dua rekannya itu.

Sayang, waktu tak cukup. Sore ini juga harus balik. Maklum kedatangan ke Curug Gendang benar-benar dadakan. Semula tujuan ke Pandeglang cuma untuk menyumbang sejumlah judul buku ke Rumah Buku Lentera Kalbu yang dikelola Fitri Suciwati secara swadaya di kediaman orangtuanya di depan Jalan Raya Labuan Km 2, Ciekek Melati.

Di tengah perjalanan, selagi mobil masih melaju di jalan tol Tangerang dari Jakarta menuju Serang, terlintas ide ke Curug Gendang yang memikatku setelah melihat tayangannya di sebuah TV swasta. Kedua rekanku, Herman dan Yadi menyetujui usulanku.

Gayung bersambut. Usai menyerahkan buku, tetangga Fitri bernama Adi bersedia menemani kami ke Curug Gendang. Dia mengajak Daden, rekan kuliahnya dulu yang tahu seluk-beluk curug itu. Kami pun menjemput Daden dan menunggunya di pertigaan Menes-Jalan Raya Labuan. Lalu kami berlima pun meluncur menuju Curug Gedang.

Di tengah perjalanan, Daden dan Adi menceritakan banyak hal. Mulai seputar demonstrasi yang terjadi di Pandeglang beberapa waktu lalu, soal politik, sampai kondisi pariwisata Pandeglang. Sementara rekanku, Herman mengaku perusahaan tempatnya bekerja pernah batal berinvestasi di provinsi ini lantaran kerumitan birokrasinya. Menurutnya kondusi birokrasi seperti itu menjadi salah satu penyebab investor urung menanamkan modalnya. Alhasil pembangunan Banten tertinggal dibanding provinsi lain.

Lokasi Pengungsian Tsunami
Setibanya di Jalan Raya Carita, mobil kami berbelok ke kanan. Masuk gerbang bertuliskan Taman Wisata Alam Carita (TWAC). Inilah satu-satunya jalan menuju Curug Gendang. Taman seluas 95 hektar ini dikelola Perum Perhutani KPH Banten. Tak jauh dari gerbang, ada pos tiket yang dijaga beberapa petugas, salah satunya bernama Iwan.

Iwan memberi penjelasan singkat seputar kawasan TWAC, lalu menyodorkan dua lembar tiket senilai Rp 8 ribu per orang dengan rincian Rp 6.000 untuk tiket hiking track termasuk asuransi karena melewati hutan yang dikelola Perhutani. Sedangkan Rp 2.000 untuk tiket masuk ke Curug Gendang.

Menurut Didan, curug ini dulu ramai dikunjungi orang terutama warga Banten dan Jakarta, namun setelah dikenakan tarif baru pengunjungnya rada sepi. Apa yang dibilang Didan ternyata benar. Sewaktu mobil kami tiba di parkir setelah menyusuri jalan yang diteduhi pepohonan besar, hanya ada dua mobil pengunjung yang parkir. Di sana ada pos jaga juga yang tak ada petugasnya serta sebuah warung non permanen yang menjual minuman mineral dan makanan kecil.

Yang menarik dari TWAC ini, mulai dari depan gerbang dan di beberapa titik hingga pertigaan ke Pasanggrahan, ada plang bercat kuning dengan tulisan bercat hitam berbunyi “Ikuti Jalur Aman Bila Terjadi Tsunami”. Plang itu dibuat dan ditaman sejak 2009 lalu oleh Badan Kesbang dan Politik Provinsi Banten.

Rupanya TWAC yang semula menjadi bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon ini bukan hanya menjadi daerah resapan air dengan hutan yang masih terjaga. Di sini ada pengembangan hutan model RLKTA dengan tanaman Gaharu dan teknik rorak. Tapi juga menjadi lokasi aman untuk menyelamatkan diri bila suatu saat kawasan Carita dan sekitarnya diterjang tsunami.

Bukan hanya plang petunjuk arah ke lokasi penampungan pengungsi bila terjadi tsunami. Di puncaknya ada Pasanggrahan yang dikelola Perum Perhutani KPH Banten, BPKH Pandeglang. Pesanggrahan ini dilengkapi pondok wisata alam, aula (meeting room), camping ground, outbound, toilet, mushola, lapangan tenis, taman dengan bangku, meja, dan lampu, serta parkir.

Ada 16 kamar yang disewakan di Pasanggrahan ini, 4 di antaranya ber-AC. Menurut Surya, petugas Pasanggrahan, tarif sewa kamarnya Rp 150 ribu s/d Rp 250 ribu per malam. Sedangkan cottages-nya yang terdiri 2 kamar, dapur, dan kamar mandi Rp 350 ribu s/d Rp 550 ribu per malam, tergantung weekday, weekand atau peak season.

Dari tempat yang dikelilingi pepohonan besar dan rindang ini, lekukan bentangan Pantai Carita dengan kapal-kapal nelayan serta jalan raya jelas terlihat. Sayangnya beberapa menara listrik dengan kabel-kabelnya sedikit menggangu pemandangan.

TWAC yang ijo royo-royo dengan sejumlah flora besar seperti mahoni, meranti, jati, rotan, beringin, laban, benda, bambu, kecapi, khaya, pulai, dan manglid juga menjadi rumah yang nyaman bagi sedikitnya 7 jenis fauna antara lain kera, lutung, tando, biawak, elang laut, landak, dan musang.

Gemuruh air sungai dari Curug Gendang yang membelah TWAC terdengar dari jauh. Airnya terlihat masih bening dan arusnya putih. Itu membuktikan bahwa hutan kawasan ini masih terjaga. Kata Daden, air Curug Gendang dan alirannya tak pernah kering meskipun musim kemarau panjang. Namun untuk membuktikan apakah benar kawasan hutan di luar TWAC, terutama di bagian atas Curug Gendang dan Curug Putri ini masih terjaga? Perlu waktu lagi untuk memantau secara langsung.

Sebelum pulang, kami berlima sepakat untuk datang kembali dengan persiapan yang lebih matang. Kami berencana akan mengeksplorasi obyek wisata alam, sejarah, dan petulangan lainnya di Pandeglang selama 4 hari. Termasuk ke Gunung Karang dan Gunung Pulosari yang sedari awal perjalanan sebelum sampai ke kawasan Carita, puncak-puncaknya seolah melambai-lambaikan tangan, menanti untuk segera aku daki.

Dan pastinya kami juga akan ke Curug Gendang lagi sebagai lokasi rileksasi usai mendaki dua gunung itu. Untuk kembali menghirup udara bersih hutannya, menikmati khasiat airnya, dan mencoba melakukan aksi terjun bebas, sebebas-bebasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan

NB. cantumkan sumbernya, bila mengutip tulisan ini.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP